BAB II LANDASAN TEORI. Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas pengaruh antara komponen Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

ISNI WIYATMI B

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan. Sekarang ini banyak perusahaan yang membuat adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaannya dimana kepemilikan berada di tangan pemegang saham sedangkan pengelolaan perusahaan berada di tangan manajemen. Hal tersebut berarti bahwa pihak pemilik (principal) tidak mampu untuk mengelola perusahaannya sendiri, sehingga pihak pemilik mendelegasikan wewenangnya terhadap pihak agen, hal tersebut yang dinamakan dengan teori keagenan. Teori keagenan mengasumsikan bahwa pihak pemilik (principal) tidak mengetahui banyak informasi mengenai kinerja agen. Agen memiliki banyak informasi tentang keseluruhan informasi dibandingkan dengan pemilik. Oleh karena itu pihak agen dapat melakukan hal yang tidak baik kepada pihak pemilik karena keterbatasan informasinya sehingga akan muncul masalah keagenan dan memungkinkan terjadinya praktik manajemen laba akibat adanya ketidakseimbangan dalam memperoleh informasi sehingga mengakibatkan terjadinya asimetri informasi. Menurut (Emirzon, yang dikutip dari Desi Kartikasari 2011) asimetri informasi merupakan informasi yang tidak seimbang yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agen yang dapat menimbulkan dua permasalahan karena adanya kesulitan

8 principal untuk melakukan kontrol terhadap kinerja agen. Asimetri informasi menyebabkan terjadinya moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul apabila pihak agen tidak melaksanakan ha;-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja. Jensen dan Meckling yang dikutip dalam Desi Kartikasari (2011) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak yang menyatakan bahwa seorang atau lebih (principal) meminta kepada orang lain (agen) untuk melakukan jasa tertentu demi kepentingan principal, dengan mendelegasikan otoritas kepada agen. Oleh karena itu kontrak yang baik antara principal dan agen adalah kontrak yang mampu menjelaskan apa saja yang harus dilakukan agen dalam mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada principal. Menurut Widyaningdyah yang dikutip dalam Tutut Dwi (2010) Teori keagenan memiliki asumsi bahwa masing-masing pihak (principal dan agen) termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agen. B. Good Corporate Governance Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance menimbang bahwa : a. Dengan semakin kompleksnya suatu risiko yang dihadapi oleh bank, maka semakin meningkat pula kebutuhan praktik Good Corporate Governance oleh perbankan;

9 b. Dalam rangka meningkatkan kinerja bank, perlu juga untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peraturan Bank Indonesia tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum sesuai dengan pasal 1 No.6 mendefinisikan bahwa : Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness). Penerapan praktik good corporate governance yang diatur dalam surat keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 pada bab 1 tanggal 1 Agustus 2002 disebutkan bahwa : BUMN menerapkan GCG untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai bagi pemegang sahamdalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan perundangan dan nilai-nilai etika. Organization for Economic Co-oporation and Development (OECD, 2004) mendefinisikan good corporate governance sebagai : the rules and practices that govern the relationship between the managers and shareholders of corporations, as well as stakeholders like employees, creditor, government, pensioners and local communities ensures transparency, fairness and accountability. Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam Trimanto (2010) mendefinikasikan bahwa good corporate governance merupakan sistem pengendalian dan peraturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme

10 hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan, maupun yang ditinjau dari nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri. 1. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Ada lima prinsip good corporate governance yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh penerapan GCG dalam suatu perusahaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah : a. Transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. b. Akuntabilitas (accountability) merupakan kejelasan dari fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya dapat berjalan dengan efektif. c. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. d. Independensi (independency) merupakan pengelolaan bank secara profesional tanpa ada pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. e. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11 Organisasi ICGN (International Corporate Governance Network) telah mengadopsi prinsip-prinsip good corporate governance yang dikembangkan oleh OECD sebagai standar minimal yang dapat diterima bagi perusahaan dan investor di seluruh dunia. Prinsip-prinsip penerapan GCG menurut ICGN, yaitu : 1. Honesty (kejujuran), prinsip ini mengharuskan perusahaan mangungkapkan kebenaran tanpa memperhatikan konsekuensinya. Karena kejujuran sangat penting dalam membangun hubungan saling percaya antara semua partisipan GCG yang meliputi dewan direksi, dewan komisaris, auditor, dewan penasehat, manajemen dan pemerintah. 2. Resilience (kekuatan segera pulih), prinsip ini menuntut perusahaan mengembangkan struktur GCG yang mampu bertahan hidup dan segera pulih kembali jika perusahaan mengalami kemunduran atau kegagalan. Mekanisme GCG dirancang untuk mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi segala bentuk kegagalan yang dialami oleh perusahaan. 3. Responsiveness (ketanggapan), prinsip ini menuntut perusahaan bereaksi cepat terhadap permintaan dan tuntutan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, mekanisme GCG menekankan arti penting penciptaan nilai bagi semua pemangku kepentingan, termasuk terhadap pelestarian lingkungan. 4. Transparency (transparansi), pada dasarnya prinsip ini menuntut perusahaan menyajikan secara terus-terang informasi yang relevan bagi para pemangku kepentingan secara andal dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Informasi yang disajikan tidak sebatas terkait dengan keuangan,

12 tetapi juga informasi non-keuangan seperti misalnya informasi terkait dengan operasi, sturktur, dan konflik kepentingan yang mungkin terjadi di perusahaan. 2. Tujuan Good Corporate Governance Menurut Sutejo dan Aldridge (2005) dalam Tutut Dwi (2010), good corporate governance memiliki lima tujuan utama yaitu : 1. Melindungi hak dan kepentingan para pemegang saham; 2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non pemegang saham; 3. Meningkatkan nilai perusahaan 4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan komisaris dan manajemen perusahaan; 5. Meningkatkan mutu hubungan dewan komisaris dengan manajemen perusahaan. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan, maka diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian secara efektif dan efisien dalam mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda. (World Bank yang dikutip dalam Tutut Dwi, 2010). Menurut Bank Dunia (Hery, 2009) Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-

13 sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun keseluruhan. a. Proporsi Komisaris Independen Komisaris independen menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan GCG adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dalam hal keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Pasal 5 dalam peraturan bank Indonesia mengesahkan bahwa dewan komisaris harus terdiri dari komisaris dan komisaris independen, yang mana jumlah komisaris independen paling kurang harus sebanyak 50% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Peranan Komisaris independen ialah wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang dilakukan oleh manajemen, serta memberikan nasehat kepada pihak manajemen. Melalui pengawasan tersebut, proporsi komisaris independen dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Dapat diasumsikan bahwa proporsi komisaris independen yang anggotanya berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba.

14 Fama dan Jensen dalam Desi (2010) menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberikan tanggung jawab dalam pengawasan atas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Hal ini penting karena mengingat adanya kemungkinan bahwa manajemen melakukan praktik manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya keprcayaan investor terhadap perusahaan. Karena hal tersebut maka dewan komisaris diperbolehkan untuk mengetahui dan memiliki akses pada informasi-informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Pada pasal 10, peraturan Bank Indonesia menegaskan bahwa dewan komisaris wajib memastikan bahwa direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern Bank, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. b. Ukuran Dewan Direksi Berdasarkan peraturan BI No.8/4/PBI/2006 mengenai komposisi dewan direksi dalam suatu perusahaan menyatakan bahwa jumlah anggota dewan direksi paling kurang adalah sebanyak tiga orang, yang seluruhnya berdomisili di Indonesia. Selain itu tugas dan tanggung jawab direksi adalah wajib mengelola bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan wajib

15 menjalankan prinsip-prinsip good corporate governance dalam setiap kegiatan usaha bank. Pemisahan antara pemegang saham sebagai principal dan manajer sebagai agen, pada akhirnya manajer memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam mengelola dana investor (Jensen & Meckling yang dikutip dari Ani 2008). Dengan adanya pemisahan peran antara pemegang saham sebagai prinsipal dengan manajer sebagai agennya, maka manajer pada akhirnya akan memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam hal bagaimana mereka mengalokasikan dana investor (Jensen & Meckling, 1976; Shleifer & Vishny, 1997). Selain itu Mizruchi (1983 dalam Midiastuti dan Mackfudz (2003)) juga menjelaskan bahwa dewan merupakan pusat dari pengendalian dalam perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab utama dalam tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan secara jangka panjang (Louden, 1982 dalam Midiastuti dan Mackfudz (2003). c. Ukuran Komite Audit Pada tanggal 1 Juli 2001 Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengatur tentang pembentukan dewan komisaris dan komite audit tentang tata kelola perusahaan yang baik. Secara umum, dewan komisaris dapat mendelegasikan wewenangnya dengan membuat komite-komite yang dapat membantu pekerjaan dewan komisaris dalam pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.

16 Berdasarkan peraturan BI No.8/4/PBI/2006 menyatakan tentang tugas komite audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan proses pelaporan keuangan. Jumlah anggota komite audit minimal harus beranggotakan tiga orang dari pihak yang independen salah satunya harus memiliki keahlian dibidang akuntansi. Seorang yang memiliki keahlian dibidang hukum atau perbankan dan salah satu anggota komite audit harus berasal dari komisaris independen yang kemudian merangkap menjadi ketua komite audit. Komite audit harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara efektif atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta wajib memberikan rekomendasi. Komite audit memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan etika yang berlaku. Menurut Sillagan dan Machfoedz (2006) Komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: 1. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum, dan 2. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya komite audit memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu: berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat, berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat dan berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan illegal.

17 Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit bertugas untuk menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal yang gunanya akan menjamin proses audit internal dan eksternal dapat berjalan dengan baik agar dapat meningkatkan kepercayaan terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. C. Manajemen Laba 1. Pengertian Manajemen Laba Manajemen laba dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang dilakukan secara senganja sesuai dengan keinginan manajemen. menurut Scoot yang dikutip dalam Tutut Dwi (2010) manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang tujuannya untuk memaksimumkan utilitas manajer dan/atau nilai pasar dari perusahaan. Pihak manajemen dengan sengaja memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan tetapi menguntungkan bagi pihak manajer (Inten 2004, dalam Tutut Dwi 2011).

18 2. Motivasi Manajemen laba Ada berbagai macam hal yang mendorong terjadinya praktik manajemen laba. Menurut Skousen (2004) dalam Desi (2010) faktorfaktor yang memotivasi tindakan manajemen laba adalah sebagai berikut : a. Memenuhi target internal Target laba internal yang diharapkan dapat memberikan motivasi manajemen sebagai pengukuran kinerja ternyata membawa dampak buruk. Karena adanya rencana pemberian bonus bedasarkan laba yng dihasilkan perusahaan, ternyata membuat pihak manajemen memiliki kecenderungan yang meningkat untuk memanipulasi laba yang dihasilkan. b. Memenuhi harapan eksternal Dengan adanya kepentingan dari pihak eksternal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan, maka pihak manajemen berusaha menghindari pelaporan suatu kerugian dalam laporan keuangan agar tidak mengecewakan pihak-pihak yang berkepentingan. c. Meratakan laba (Income Smoothing) Perusahaan melakukan perataan laba agar di dalam laporan keuangan tidak terdapat angka yang terlalu berfluktuasi, maka pihak manajemen berusaha untuk mengelola laba yang dilaporkan. Tujuannya agar perusahaan lebih mudah mendapatkan pinjaman

19 dengan persyaratan yang menguntungkan dan dapat menarik perhatian investor. d. Memperbaiki laporan keuangan untuk keperluan penawaran saham perdana (IPO) Persyaratan pasar modal bagi perusahaan yang akan melakukan IPO adalah harus mendapatkan laba bersih. Hal tersebut membuat manajemen berupaya untuk selalu memenuhi persyaratan tersebut meskipun dengan memperluas asumsi-asumsi akuntansi sampai pada titik yang jauh dari aturan yang berlaku. Scoot yang dikutip dari Desi kartikasari (2010) mengemukakan beberapa faktor yang memotivasi pihak manajemen dalam melakukan manajemen laba, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Motivasi program bonus Sebelum melakukan manajemen laba, manajer memeiliki informasi yang cukup mengenai laba bersih perusahaan. Tujuan pihak manajemen mengelola laba bersih adalah untuk memaksimalkan bonus berdasarkan program kompensasi yang dibuat perusahaan. 2. Motivasi politik Perusahaan-perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik seperti bidang telekomunikasi, listrik dan sarana infrastruktur akan mendapat perhatian dari publik dan

20 pemerintah karena melibatkan kepentingan orang banyak. Perusahaan seperti ini cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan kepada perusahaan publik karena adanya tekanan publik yang mendorong pemerintah agar menetapkan peraturan yang lebih ketat. 3. Motivasi perpajakan Keinginan perusahaan untuk melakukan penghematan pajak menjadi motivasi untuk melakukan manajemen laba, karena beban pajak yang penghasilan yang besar. Berbagai metode akuntansi digunakan agar laba bersih yang dihasilkan rendah, supaya dapat menghemat pajak pendapatan. 4. Motivasi perubahan Manajemen laba dapat terjadi disaat mendekati pergantian CEO. Ketika waktu pengunduran diri bagi CEO semakin mendekat maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba perusahaan untuk memaksimalkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kualitas kinerjanya buruk memungkinkan pula untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba perusahaan dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian oleh pemegang saham. 5. Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang telah go public belum tentu memiliki nilai pasar sehingga memiliki masalah dalam menetapkan nilai saham

21 yang ditawarkan. Perusahaan menyajikan informasi mengenai laba bersih agar menarik perhatian calon investor dalam menilai suatu perusahaan. Manajer perusahaan akan melakukan manajemen laba untuk memperoleh nilai yang lebih tinggi atas sahamnya. 6. Motivasi perjanjian hutang Praktik manajemen laba dapat terjadi pula ketika perusahaan terlibat kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi peminjam terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap kontrak hutang akan mengakibatkan biaya yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari kondisi yang dianggap akan melanggar kontrak. D. Perbankan Menurut UU No 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan perubahan atas UU No 7 Tahun 1992, menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut UU No 10 Tahun 1998 tentang perbankan, Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan persoalan bank yang paling utama. Dana bank adalah uang tunai yang dimiki bank ataupun aktiva lancar yang

22 dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Dana-dana bank yang digunakan sebagai modal operasional bersumber dari: a. Dana dari modal sendiri, sering disebut juga dana dari pihak ke I, yaitu dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. b. Dana pinjaman dari pihak luar, sering disebut dengan dana pihak ke II, yaitu dana yang diperoleh dari pihak yang memberikan pinjaman dana pada bank c. Dana dari masyarakat, sering disebut dengan dana dari pihak ke III, yaitu dana yang diperoleh dari peran bank sebagai wadah perantara keuangan masyarakat. Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank seperti giro, deposito dan tabungan (Irmala Sari 2010). E. TINJAUAN PENELITI TERDAHULU Penelitian Marihot dan Doddy (2007) menyatakan bahwa variabel good corporate governance diwakilkan oleh komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite audit, kurang dapat mengukur secara komprehensif praktik corporate governance dalam perusahaan, sehingga perlu adanya indeks tertentu yang mencerminkan praktik good corporate governance secara lebih tepat. Penelitian Sefiana (2010) yang diukur menggunakan proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel pengukuran tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, hal ini dikarenakan penerapan good corporate

23 governance yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan sampel disebabkan karena untuk pemenuhan regulasi saja. Berikut ringkasan penelitian terkait dengan mekanisme good corporate governance dan manajemen laba : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan Tahun 1. Marihot Nasution dan Doddy Setiawan (2003) Judul Penelitian Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia Variabel yang Digunakan Variabel independen: 1. Komposisi dewan komisaris 2. ukuran dewan komisaris 3. Keberadaan komite audit Variabel dependen: 1. Manajemen laba Hasil Penelitian Mekanisme corporate governance mempengaruhi manajemen laba : 1. Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 2. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba 3. Keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 2. Eka Sefiana (2010) Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang telah go public di BEI Variabel independen: 1. Proporsi komisaris independen 2. Ukuran dewan komisaris 3. Keberadaan Komite audit Variabel dependen: 1.Manajemen laba 1. Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba 2. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba 3. Keberadaaan komite audit berpengaruh positif terhadap manajemen laba

24 3. Eddy Suranta dan Pratana Puspa Midiastuty (2005) Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktek Manajemen Laba Variabel independen: 1. Komite Audit 2. Komisaris Independen 3. Ukuran Dewan Direksi 4. Kepemilikan Institusional 5. Kepemilikan manajerial Variabel dependen: 1. Manajemen laba 1. Komite Audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 2. Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 3. Ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba 4. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 5. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba F. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan beberapa tinjauan penelitian terdahulu, dapat dilihat variabel terkait mekanisme good corporate governance adalah proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit. Untuk memudahkan pemahaman tentang mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba diperlukan suatu kerangka pemikiran. Berikut ini adalah skema kerangka pemikirannya :

25 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Variabel Independen Variabel Dependen Proporsi Komisaris Independen Ukuran dewan Direksi Manajemen Laba Ukuran Komite Audit