BAB I PENDAHULUAN. Bisnis bank adalah bisnis yang rentan mengalami masalah secara tiba-tiba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank semata-mata dilandasi

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur baik dari segi materiil maupun spiritual yang

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

I. PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. badan badan usaha swasta, badan badan usaha milik negara, bahkan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun 1997, banyak kejadian-kejadian penting yang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

Perlindungan hukum atas dana nasabah pada bank melalui lembaga penjamin simpanan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

KAJIAN HUKUM MENGENAI PERANAN LPS DALAM PENJAMINAN DANA NASABAH PADA PERBANKAN DI INDONESIA. Erna Susanti. Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/34/PBI/2005 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

YOLANDA AKSARI MAZDA

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

ANALISIS TINGKAT LIKUIDITAS DENGAN METODE CASH RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN LOAN TO ASSET RATIO PADA BANK UMUM DEVISA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, tidak

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 7 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FUNGSI LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERBANKAN DI INDONESIA 1 Oleh : Juanda Mamuaja 2

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

Sumber Dana dan Alokasi Dana dalam Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan. 1 Hal ini berarti bahwa nasabah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan bank tersebut dimana dalam penilaian kesehatannya, Bank

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Jasa Keuangan ini. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/ 9 /PBI/2004 TENTANG TINDAK LANJUT PENGAWASAN DAN PENETAPAN STATUS BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERANAN BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Oleh Eli Ratnaningsih

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1 / 9 /PBI/1999 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 1988, ketika pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan usaha. Bank sebagai perantara pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini banyak bank yang dilikuidasi oleh Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. peran serta lembaga keuangan sebagai pihak yang memiliki fungsi penyedia dana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis bank adalah bisnis yang rentan mengalami masalah secara tiba-tiba dan menyeret bank menemui kegagalannya dalam menjalankan peranannya. Salah satu karakteristik bisnis ini adalah bermodal kepercayaan. Bukti bahwa kepercayaan merupakan modal penting bisnis bank adalah perbandingan modal disetor bank yang hanya kecil saja jika dibandingkan dengan dana masyarakat dalam tabungan, deposito dan giro. Bila nasabah kehilangan kepercayaan pada bank lalu beramai-ramai menarik dana mereka secara bersamaan. Dapat dipastikan bank akan hancur dalam sekejap. Untuk itulah, menjaga kepercayaan masyarakat menjadi hal krusial yang mesti dikelola oleh pengurus bank. Karakteristik lain dari bisnis bank adalah sebagian besar usaha bank dibiayai dengan uang (simpanan masyarakat dan utang lainnya). Hanya sebagian kecil saja usaha bank yang dibiayai dari modal disetor. Dengan sendirinya modal bank lebih kecil akan gampang habis bahkan menjadi negatif ketika bank mengalami kerugian cukup besar, misalnya, karena begitu besarnya kredit macet. Sehingga dapat mengakibatkan bank mengalami masalah solvabilitas. Masalah ini berarti bank tidak sanggup lagi memenuhi kewajiban kepada seluruh deposan dan kreditur meski sudah melego semua aset. Bila suatu bank tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya kepada deposan maupun kreditur, maka bank tersebut dapat dikatakan sebagai bank gagal (failure bank). Jika kita mengacu pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang 1

Perbankan seta Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, kita tidak akan menemukan definisi bank gagal. Definisi bank gagal dapat kita temukan pada Pasal 1 angka 7 Undang- Undang Lembaga Penjamin Simpanan dikatakan bahwa Bank Gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh Lembaga Pengawas Perbankan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. Definisi bank gagal dapat juga kita temukan pada Pasal 1 angka 9 Perpu Nomor 4 Tahun 2008 dikatakan bahwa Bank Gagal adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. Dampak dari krisis perbankan menyebabkan 16 bank dinilai oleh otoritas perbankan tidak mungkin lagi dipertahankan eksistensinya, sehingga dicabut izin usahanya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (sebelum direvisi dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998), yang memiliki kewenangan untuk menerbitkan dan mencabut izin usaha bank adalah Menteri Keuangan berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia. 1 Pencabutan izin usaha bank tersebut mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menjadi terpuruk. Sebagai tindak lanjut dari pencabutan izin usaha, dilakukan pembubaran badan hukum bank tersebu melalui proses likuidasi bank. Likuidasi bank terhadap 16 bank tersebut, pada saat ini ternyata menimbulkan domino effect antara lain didahului dengan rush disektor perbankan sehingga kepercayaan terhadap masyarakat terhadap perbankan menjadi terpuruk. 2 1 Adrian Sutedi. 2007. Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 131-132 2 Ibid 2

Keadaan ini memperlihatkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan perlu diperkuat, yaitu perlu diberikan jaminan atas dana yang disimpannya. Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan perlu diperkuat. Untuk itu perlu diberikan jaminan atas dana yang disimpannya. Keberadaan suatu sistem penjaminan simpan yang diatur secara tegas dan disusun secara lengkap dan meningkatkan kepercayaan pada akhirnya memperkuat seluruh sitem perbankan. 3 Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat. 4 Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpanan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, progam penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut digantikan dengan sistem yang terbatas. 5 3 Zulkarnain Sitompul. 2002. Hukum Perlindungan Dana Nasabah Bank. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia. hlm. 140. 4 http://id.wikipedia.org/wiki/lembaga_penjamin_simpanan diakses tanggal 3 Maret 2013 5 Ibid 3

Perkembangan dunia perbankan memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian di Indonesia. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Setiap bank harus memiliki image yang baik di dalam masyarakat agar suatu bank dapat dipercaya oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan perbankan yaitu meminjam dan menyimpan uang maupun memanfaatkan jasa-jasa perbankan lainnya. Bank harus dapat menjaga dan menjamin pengelolaan dana para nasabah sehingga memberikan rasa aman bagi nasabah untuk memberikan kepercayaan yang penuh bagi bank dalam menyimpan dan mengelola dananya. Image suatu bank dalam masyarakat menentukan kualitas dari suatu bank. Apabila kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank menurun maka akan mempengaruhi sistem perbankan itu sendiri. Para nasabah akan melakukan penarikan dananya secara besar-besaran (rush). Alasan dan kondisi di ataslah yang menjadi latar belakang didirikannya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan. Lembaga Penjamin Simpanan dapat berfungsi untuk mengatur keamanan dan kesehatan bank secara umum. Di samping itu Lembaga Penjamin Simpanan juga dapat berfungsi sebagai pengawas yang dilakukan dengan cara memantau neraca, praktik pemberian pinjaman dan strategi investasi dengan maksud untuk melihat tanda-tanda financial distress yang mengarah kepada kebangkrutan bank. Oleh sebab itulah keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan sebagai bagian dari sistem 4

perbankan menjadi penting guna mencegah kepanikan nasabah dengan jalan menyakinkan nasabah tentang keamanan simpanan sekalipun kondisi keuangan bank memburuk. Dimensi lain dari pentingnya peran Lembaga Penjamin Simpanan dalam sistem perbankan didasarkan pada beberapa pertimbangan: 6 a. Dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara, peranan sektor finansial yang stabil sangat penting dan inti kestabilan sektor finansial adalah stabilitas sistem perbankan domestik. Peranan penting sektor perbankan itu dapat dilihat dalam aspek sistem pembayaran yang memungkinkan terjadinya transaksi perdagangan. Di samping itu, bank melakukan penghimpunan dana secara lebih efisien dan untuk seterusnya disalurkan kepada masyarakat. Sebaliknya, dana masyarakat yang disimpan di bank sangat menentukan eksistensi dan keuntungan suatu bank. b. Untuk mencegah terjadinya erosi kepercayaan masyarakat terhadap bank yang dapat mengakibatkan terjadinya rush yang sudah tentu dapat membahayakan bank secara individual dan sistem perbankan secara keseluruhan. c. Dalam era globalisasi dengan kemajuan teknologi informasi dan komputer telah mengakibatkan terjadinya global market pada sektor keuangan. Dalam global market dana bebas bergerak dari satu negara ke negara lain. Kalau pemilik dana kurang percaya pada sistem perbankan nasional, maka ia dapat menanamkan dananya di luar negeri (capital flight) yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya kekuatan yang produktif dari suatu negara. Skim penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan telah dimulai secara penuh pada sejak tanggal 22 Maret 2007, yang diikuti dengan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS 2008 tentang Likuidasi Bank yang diganti dengan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS 2011 dan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS 2010 tentang Progam Penjaminan Simpanan. Apabila terdapat bank yang mengalami kesulitan 6 M. Dahlan Sutalaksana, The Importance of A Deposit Protection Scheme, ASEAN Conference on Deposit Protection System, (Desember 1993), hal 11. 5

keuangan dan gagal disehatkan kembali sehingga harus dicabut izin usahanya, Lembaga Penjamin Simpanan akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu, sebagaimana ditetapkan. Adapun simpanan nasabah yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Lembaga Penjamin Simpanan didirikan untuk kepentingan yang lebih besar yang perlu diselamatkan, yaitu perekonomian nasional. Bukan sekedar menyelamatkan bank yang dinyatakan gagal. Definisi bank gagal sendiri adalah bank yang sudah tidak bisa disehatkan lagi oleh pengawas bank. Lembaga Penjamin Simpanan menghadapi resiko bangkrut kalau bank yang gagal ini besar dan deposito yang harus diganti/dibayarkan lebih besar dari dana Lembaga Penjamin Simpanan. Di Amerika Serikat, karena banyaknya talangan yang dibayar oleh penjamin simpanan disana yakni Federal Deposit Insurance Corp (FDIC), keuangan menjadi terkuras. Lembaga ini nyaris bangkrut karena menipisnya dana-dana talangan untuk membayar klaim dana pihak ketiga yang dijamin pemerintah Amerika Serikat. Jika ini terjadi di negara kita, Lembaga Penjamin Simpanan tidak hanya harus dibailout dalam hal ini oleh pemerintah; dampaknya juga akan sangat signifikan terhadap stabilitas keuangan di Tanah Air. Dilihat dari minimnya hak untuk mendapatkan data yang akurat dan tepat waktu, memiliki hak ikut memeriksa bank namun tanpa kewenangan untuk ikut menetukan strategi penyehatan bank (early intervention), Lembaga Penjamin Simpanan seakan hanya difungsikan sebagai pay box atau juru bayar jika ada likuidasi bank. Tapi tugas yang dibebankan ke Lembaga Penjamin Simpanan 6

lebih sekedar pay box : Lembaga Penjamin Simpanan diberi tugas untuk intervensi bank dalam bentuk pengambilalihan bank gagal. Intervensi bank sebelum jadi bank gagal untuk mencegah kerugian/biaya yang lebih besar tidak dapat dilakukan. Dengan kata lain, intervensi yang bisa dilakukan Lembaga Penjamin Simpanan adalah ex post, bukan ex ante. Karena Lembaga Penjamin Simpanan tidak dapat melakukan intervensi ex ante, tugas ini seharusnya dilakukan pengawas bank karena mereka memiliki data yang lebih lengkap. Sayangnya, otoritas pengawas yang mestinya bisa intervensi dini pada bank yang mulai bermasalah dalam hal ini Bank Indonesia, belum memiliki strategi atau protokol penyehatan bank dalam bentuk prompt corrective action. 7 Kegiatan usaha yang dilakukan bank sangatlah terbuka. Hal ini membuat berbagai institusi bank berkompetisi demi mendapatkan profit yang besar. Dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan usaha bank, terdapat potensi risiko yang mesti dikelola manajemen bank mempertontonkan kepada publik bahwa bisnis bank secara alami (by nature) memang penuh risiko. Bank Indonesia sesuai Peraturan Bank Indonesia PBI No 5/8/PBI/2003 dan perubahannya No 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum, menginisiasi bahwa setidaknya terdapat 8 (delapan) risiko yang mesti diperhatikan manajemen baik seperti risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, kepatuhan, strategis, reputasi, dan risiko hukum. Bila salah satu aspek dari delapan pos risiko itu terganggu, akan membawa dampak yang cukup 7 http://ririnhandayani.blogspot.com diakses tanggal 5 Maret 2013 7

signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Apalagi bila secara bersamaan ada beberapa aspek risiko tadi bermasalah. Dalam proses likuidasi pada Bank Perkreditan Rakyat Nasabah penyimpan dana selalu menjadi korban karena dana yang telah dipercayakan kepada Bank tidak dikelola dengan hati-hati, sehingga pemenuhan hak-hak nasabah wajib diutamakan. Realisasi pemenuhan hak-hak nasabah penyimpan dana pada bank perkreditan rakyat dalam proses likuidasi dilaksanakan oleh tim likuidasi bersama dengan Lembaga Penjamin Simpanan. Lembaga Penjamin Simpanan melakukan konsiliasi dan verifikasi dana nasabah untuk menentukan simpanan layak bayar dan simpanan tidak layak bayar sesuai ketentuan Undang-undang Lembaga Penjamin Simpanan. Simpanan layak bayar menyangkut data nasabah penyimpan dana yang telah terdaftar dalam registrasi bank serta memenuhi kriteria sebagai simpanan yang wajar dan sesuai dengan peraturan perbankan. Simpanan tidak layak bayar menyangkut data simpanan nasabah dimaksud tidak tercatat pada bank, Nasabah Penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar dan Nasabah Penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat. Pelaksanaan likuidasi bank oleh tim likuidasi wajib diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pembentukan tim likuidasi dan dapat diperpanjang oleh Lembaga Penjamin Simpanan paling banyak 2 (dua) kali masing-masing paling lama 1 (satu) tahun. Lembaga Penjamin Simpanan memberikan jaminan terhadap nasabah penyimpan dana yang memenuhi kriteria simpanan layak bayar dengan jaminan maksimum sebesar 2 8

milyar, sedangkan dana nasabah yang melebihi angka penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan maka kekurangannya akan diambil dari hasil pemberesan aset-aset bank oleh Tim Likuidasi. Realisasi pembayaran oleh Tim Likuidasi dilaksanakan secara proporsional dan obyektif sesuai dengan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nasabah penyimpan khususnya pada nasabah penabung akan diutamakan untuk segera dibayar untuk menghindari kegoncangan dunia perbankan mengingat nasabah penabung jumlahnya sangat banyak, dan nilai rata-rata nominal simpanannya relatif kecil. Penyelesaian kewajiban Bank Perkreditan Rakyat terhadap hak-hak nasabah penyimpan dana yang tidak dapat terpenuhi dalam proses likuidasi dapat dilakukan dengan meminta tanggung jawab pemegang saham bank bila pemegang saham terbukti sebagai penyebab bank menjadi bank gagal. Bahwa sebagai jaminan secara hukum perdata apabila nasabah penyimpan dana mampu membuktikan kesalahan dari pemegang saham, dan berhasil menyita seluruh harta pribadinya sebagai pemenuhan hak-hak nasabah penyimpan dana, maka terhadap nasabah yang belum juga terpenuhi haknya secara penuh, pemegang saham wajib bertanggung jawab sebagaimana yang akan dimiliki pemegang saham di kemudian hari sebagaimana mengacu pada pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata. Mengingat peran penting Lembaga Penjamin Simpanan terutama dalam hal menjamin stabilitas perekonomian dan menjamin kenyamanan nasabah di perbankan. Penulis menjadikan permasalahan tersebut sebagai objek penelitian dengan membatasi ruang lingkup pembahasan dengan judul : PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM MEMBERIKAN 9

PERLINDUNGAN NASABAH TERHADAP DILIKUIDASINYA PT BPR SALIMPAUNG SEPAKAT DI TANAH DATAR. B. Perumusan Masalah Dengan mengacu pada bagian sebelumnya dan juga berdasarkan judul di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan penjaminan simpanan nasabah pada bank gagal didalam memberikan perlindugam hukum di PT BPR Salimpaung Sepakat? 2. Bagaimana bentuk tanggung jawab Direksi dalam likuidasi PT BPR Salimpaung Sepakat? 3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian simpanan nasabah di PT BPR Salimpaung Sepakat dan bagaimana upaya penyelesaiannya? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang pelaksanaan penjaminan simpanan nasabah pada bank gagal didalam memberikan perlindungan hukum di PT BPR Salimpaung Sepakat. 2. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab Direksi dalam likuidasi PT BPR Salimpaung Sepakat. 3. Untuk memperoleh informasi tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian simpanan nasabah di BPR Salimpaung Sepakat dan upaya penyelesaiannya. 10

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis a. Untuk mengaplikasikan ilmu yang secara teoritis dari bangku perkuliahan. b. Untuk melatih kemampuan dalam melakukan penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tulisan. c. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang Hukum Bisnis, khususnya mengenai tugas Lembaga Penjamin Simpanan sebagai penjamin nasabah Bank Gagal, serta manfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya. 2. Secara praktis a. Bagi pihak-pihak yang terkait Memberikan manfaat bagi nasabah PT BPR Salimpaung Sepakat dalam penyelesaian simpanannya. b. Bagi masyarakat Agar dapat bermanfaat secara praktis bagi para pihak apakah itu mahasiswa, masyarakat umum, praktisi hukum dan institusi terkait dalam Lembaga Penjamin Simpanan. E. Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang konkrit sebagai data dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 11

1. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan secara yuridis sosiologis, yaitu dengan mengumpulkan bahan dari peraturan-peraturan yang erat kaitannya dengan objek penelitian dan melihat norma-norma hukum yang berlaku. Kemudian dihubungkan dengan kenyataan atau fakta-fakta yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat. 2. Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis faktafakta yang ada secara sistematis, faktual dan akurat dengan memperhatikan data-data serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Sumber dan Jenis Data Sumber data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu suatu metode pengumpulan dengan cara membaca atau merangkai buku-buku peraturan perundang-undangan dan sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian. Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: 1) Data primer. Data yang diperoleh langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait yaitu pimpinan bank dan 12

bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer seperti hasil penelitian, pendapat para sarjana, literature dan sebagainya. 2) Data Sekunder Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan berupa peraturan dan literatur dengan cara mempelajari bahan-bahan yang berupa bukubuku, peraturan perundang-undangan, dan peraturan yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian. a) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2008 tentang Besaran Nilai Simpanan Yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan, dan peraturan perundangan lainnya. b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer seperti hasil karya dari berbagai kalangan hukum yang dapat berbentuk buku, skripsi, majalah, dan artikel pada media cetak dan elektronik. c) Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan maupun petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif. 13

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara yaitu alat yang dipakai untuk mendapatkan data primer dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman dalam wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang yang berkaitan dengan judul yang dikemukakan. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur. b. Studi dokumen adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data sekunder dengan cara mempelajari bahan-bahan kepustakaan yang terutama berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti serta peraturan-peraturan yang sesuai dengan materi dan objek penelitian. 5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1) Pengolahan Data Setelah diperoleh dan dikumpulkan seluruh data dengan baik, maka dari data tersebut kemudian dilakukan: a. Editing, yaitu meneliti kembali catatan-catatan yang ada untuk mengetahui apakah telah cukup baik dan dapat disiapkan untuk keperluan selanjutnya. b. Coding, yaitu proses untuk mengklasifikasikan data menurut kriteria yang ditetapkan dengan tujuan untuk memudahkan kegiatan analisa data yang dilakukan. 2) Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu tidak menggunakan angka-angka (tidak 14

menggunakan rumus matematika), tetapi menggunakan kalimatkalimat yang merupakan pandangan, peraturan perundangan yang telah ada, termasuk data yang diperoleh di lapangan yang memberikan gambaran secara detil mengenai permasalahan yang diteliti. F. Sistematika Penulisan Isi dari skripsi yang akan penulis buat terdiri dari empat bab dan tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab. Bab tersebut adalah : BAB I : PENDAHUUAN Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Memuat Tinjauan Umum Tentang Perbankan, Tinjauan Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan dan Tinjauan Umum Tentang PT BPR Salimpaung Sepakat. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan lebih lanjut tentang apa yang diperoleh dalam penelitian seperti pelaksanaan penjaminan simpanan nasabah pada bank gagal didalam memberikan perlindungan hukum di PT BPRSalimpaung Sepakat, bentuk tanggung jawab Direksi PT BPR Salimpaung Sepakat, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian simpanan 15

nasabah di PT BPR Salimpaung Sepakat dan upaya penyelesaiannya. BAB IV : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan penulis berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dan data-data lainnya. Sedangkan saran yang dipaparkan diharapkan berguna untuk menanggapi permasalahan yang dihadapi dalam masa penelitian dan juga hendaknya bermanfaat bagi semua pihak. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 16