BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari


BAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kembang. Gizi buruk menyebabkan 10,9 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun. Secara

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

3. BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan kematian pada anak diberbagai negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan. KLB sering terjadi didaerah dengan sanitasi buruk, tidak (1, 2) tercukupinya air bersih, dan status gizi buruk. WHO dan Unicef menyatakan, setiap tahun terjadi sekitar 2 milyar kasus penyakit diare diseluruh dunia dan sekitar 1,9 juta anak balita meninggal karena penyakit diare. Hasil Riskesdas tahun 2007 melaporkan bahwa penyakit diare adalah penyebab no 1 kematian bayi (31,4%) dan kematian balita (25,2%) dalam kelompok penyakit menular. (3) Angka morbiditas dan mortalitas penyakit diare masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 didapat hasil angka kesakitan diare cenderung meningkat. Pada tahun 2002 Indeks Rata rata penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. (4) Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas, dan Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa dari tahun ketahun penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia. Hasil RISKESDAS 2007 menyatakan kejadian diare bila dilihat dari kelompok umur yang menderita diare yaitu prevalensi tertinggi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.Hasil kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan (ISP) menunjukkan bahwa angka kesakitan diare semua umur tahun

2012 adalah 214/1.000 penduduk semua umur dan angka kesakitan diare pada balita adalah 900/1.000 balita. Kematian diare pada balita 75,3/100.000 balita dan semua umur (4, 5) 23,2/100.000 penduduk semua umur. Achmadi (2012) menyatakan, penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dengan dengan lingkungan, serta antara perilaku dengan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan potensi penyakit.stefen Anyerdi Taosu dan R. Azizah dalam penelitiannya menyatakan Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare antara lain keadaan sanitasi dasar rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan (sarana air bersih, pemilikan jamban, saluran pembuangan air limbah, dan sistem pengelolaan sampah), pemanfaatan dan pemeliharaan sarana kesehatan lingkungan yang kurang baik serta perilaku (6, 7) hidup bersih dan sehat dari masyarakat yang juga kurang baik. Perilaku berkaitan dengan faktor-faktor pengetahuan, sikap, dan tindakan individu. Perilaku juga menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, selain itu perilaku juga berkaitan dengan dimensi ekonomi dan hal-hal yang merupakan pendukung perilaku tersebut. Perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakannya juga memiliki acuan kepada sistem nilai dan norma yang dianutnya. Dengan kata lain, sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bila seseorang untuk melakukan atau tidaknya sesuatu. Sistem nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut. (8) Perilaku kesehatan dimaksudkan semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobeservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini yaitu upaya mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. (9)

LaurenceGreen dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku adalah faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan, mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku. (9) Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) manyatakan ada hubungan antara kejadian diare dengan tingat pengetahuan ibu, dimana semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin rendah angka kejadian diare. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan yaitu upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan dengan melakukan perbaikan lingkungan untuk memutus mata rantai penularan penyakit.fikri Arif Subakri (2014) dalam penelitiannya, mendapatkan hubungan yangbermakna anatar pengetahuan, perilaku sehat dan sanitasi (4, 10) lingkungan terhadap kejadian diare akut di kelurahan TlogopojokKabupaten Gresik. Pengendalian penyakit berbasis lingkungan perlu dilakukan untuk mengetahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat. Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan kedalam suatu model atau paradigma yang menggambarkan hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia.patogenesis atau proses kejadian penyakit berbasis lingkungan dapat diuraikan kedalam 4 simpul, yakni simpul 1; sumber penyakit, simpul 2; komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit yang meliputi air, udara, makanan, dan binang penular penyakit, simpul 3; penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan,

perilaku, kepadatan, gender, dan simpul 4; penduduk yang mengalami sehat atau sakit setelah (10, 11) mengalami interaksi dengan komponen lingkungan yang mengandung agent penyakit. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang menunjukkan kasus diare dalam dua tahun terakhir masuk dalam 10 penyakit terbanyak di Kota Padang yakni terjadi peningkatan dari tahun 2013 sebanyak 8842 kasus menjadi 8872 kasus pada tahun 2014. Dari 22 puskesmas di Kota Padang, Puskesmas Lubuk Buaya, Puskesmas Air Dingin dan Puskesmas Padang Pasir merupakan urutan puskesmas terbanyak kasus diare. Puskesmas Pemancungan menduduki urutan ke 8 dari seluruh Puskesmas yang ada dikota Padang.Dalam Profil Puskesmas Pemancungan tahun 2013 terdapat 297 kasus diare dan 311 kasus pada tahun 2014. Puskesmas Pemancungan merupakan puskesmas yang terletak dipinggiran kotadengan wilayahnya sebagian besar memanjang disepanjang sungai yang mengarah menuju pantai Padang, tepatnya daerah muara. Air muara yang tidak mengalir dan penuh sampah membuat daerah ini terlihat kotor dan menimbulkan bau disepanjang aliran muara.kondisi seperti ini berpengaruh terhadap kejadian diare di wilayah Puskesmas Pemancungan. Kondisi sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Pemancungan tahun 2014 lebih rendah dibanding dengan puskesmas lain yang ada dikota padang. Persentase jumlah keluarga yang mempunyai sarana air bersih menggunakan, sebagai berikut : PDAM 30.2%, PMA 16.9%, SGL 14.2%. Persentase jumlah keluarga yang mempunyai jamban keluarga leher angsa 39.4%, cemplung 30.2% dan tidak punya jamban 30.3%. Jumlah rumah yang mempunyai saluran pembuangan air limbah ( SPAL ) menurut jenisnya adalah SPAL tertutup 53.6% dan SPAL terbuka 46.4%. Jumlah rumah yang mempunyai tempat sampah adalah dibuang ke TPS 43.4%, ditimbun 30% dan dibakar 35%. Survei awal yang dilakukan terhadap 10 rumah tangga yang tinggal di pemukiman sekitar Puskesmas Pemancungan, didapatkan hasil 7 orang dengan sanitasi dasar rumah

tangga masih kurang baik, seperti kondisi sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat yaitu air berwarna dan berbau, kondisi pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak tersedia tempat sampah di rumah, pembuangan limbah dan pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat.sedangkan untuk kejadian diare dari 10 ibu balita yang diwawancarai, 5 orang mengatakan bahwa balitanya mengalami diare dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hubungan perilaku ibu rumah tangga dan sanitasi dasar rumah tangga dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan. 1.2 Perumusan Masalah Angka kejadian diare meningkat di Puskesmas Pemancungan dari tahun 2013 sebanyak 297 kasus menjadi 311 kasus pada tahun 2014. Kondisi sanitasi di Pukesmas Pemancungan pada tahun 2014 lebih rendah dibandingkan puskesmas lain di Kota Padang, sehingga perlu diketahui hubungan perilaku ibu rumah tangga dan kondisi sanitasi dasar dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kecamatan Padang Selatan Kota Padang tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya hubungan perilaku ibu rumah tangga dan kondisi sanitasi dasar dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kecamatan Padang Selatan Kota Padang tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan tahun 2016. 2. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu balita tentang diare di wilayah kerja 3. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan tahun 2016. 4. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi sarana air bersih di wilayah kerja 5. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi pembuangan sampah di wilayah kerja 6. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi ketersediaan jamban di wilayah kerja 7. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi sarana pengelolaan limbah di wilayah kerja 8. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja 9. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan tahun 2016. 10. Diketahuinyahubungan kondisi sarana air bersih dengan kejadian penyakit diare di wilayah kerja 11. Diketahuinya hubungan frekuensi kondisi pembuangan sampah di wilayah kerja 12. Diketahuinyahubungan kondisi ketersediaan jamban dengan kejadian penyakit diare diwilayah kerja

13. Diketahuinya hubungan kondisi sarana pengelolaan limbah dengan kejadian penyakit diare di wilayah kerja 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh dibangku perkuliahan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik dan akhirnya memperbaiki mutu pelajaran.dan data hasil yang diperoleh dapat dijadikan dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember sampai selesai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga serta kondisi sarana penyediaan air bersih, kondisi sarana ketersediaan jamban keluarga, kondisi sarana pembuangan sampah, kondisi sarana pembuangan limbah denga variabel dependen yaitu kejadian penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kecamatan Padang Selatan Kota Padang tahun 2016. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.