BAB I PENDAHULUAN. dijamin oleh Negara untuk setiap individu didalamnya. Dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. retardasi mental atau keterbelakangan mental. Sekitar 48 kepala keluarga,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan. satu peran yang berbeda dari kedua Humas tersebut adalah Humas

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting untuk membentuk citra dan image dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. diberikan suatu pelatihan atau yang sering disebut Kuliah Kerja Media

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk menangkal persepsi yang salah. Komunikasi yang berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam profesi Humas antar instansi pun tidak jauh berbeda. Menurut Frank

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

BAB I PENDAHULUAN. salah pengertian dalam penyampaian komunikasi tersebut.

BAB IV ANALISA DATA. untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Humas memegang peranan penting dalam setiap organisasi, baik pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat dalam satu dekade terakhir ini. Terutama teknologi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paska perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB III PENYAJIAN DATA. yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, namun bukan angka-angka.

Inilah Tugas dan Fungsi Humas

BAB I PENDAHULUAN. Di sebuah organisasi, perusahaan, maupun instansi pemerintah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak awal kemerdekaan. Pesatnya perkembangan humas terlihat

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. terlihat seiring dengan era keterbukaan informasi publik saat ini. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perusahaan adalah untuk memperoleh citra positif dan. menjadi dua, yakni media eksternal dan media internal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali suatu informasi yang aktual dan terpercaya, suatu instansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam setiap kegiatan organisasi yang diselenggarakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi

BAB IV GAMBARAN UMUM Sejarah Terbentuknya Biro Humas dan Protokol. Diberlakukannya peraturan daerah Provinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan membawa dampak yang signifikan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia merupakan ujung tombak

PEDOMAN UMUM HUBUNGAN MEDIA BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan-kesimpulan ini meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti pengambilan keputusan pimpinan, juga pada tingkat pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. PR menurut (British) Institute of Public Relations adalah kesuluruhan upaya yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan citra organisasi yaitu Televisi Republik Indonesia ( TVRI).

BAB I PENDAHUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan publik dan sebaliknya. Hubungan komunikasi sangat dibutuhkan guna

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tidak diadakan untuk melayani diri nya sendiri. masyarakatnya tidak buta akan informasi yang ada pada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

BAB III DESKRIPSI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan media atau sering juga disebut dengan media relations.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo berada di provinsi Jawa Timur yang terletak sebelah

HUMAS PEMERINTAH Penulis: : Betty Wahyu Nilla Sari, S.T.P.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH

Studi Deskriptif Tentang Kegiatan Humas Pemerintah Terhadap Citra Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara

INTERVENSI PSIKOSOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA WARGA DESA KREBET PONOROGO

Standar Kompetensi Profesi Humas. Edited by: Sumartono, S.Sos., MSI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, mereka adalah komunitas, konsumen, pemerintah dan pers.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada publik mengenai kebijakan Pemerintah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. itu seorang Public Relations membutuhkan sebuah sarana yang tepat, efektif dan

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA. Konstruksi Branding melalui Acara Sambang Desa. Kabupaten Mojokerto guna terjun langsung ke desa-desa untuk

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma teknologi komunikasi dan informatika telah menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan

PAGU ANGGARAN BIRO HUMAS DAN PROTOKOL TAHUN ANGGARAN 2014

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. III, maka pada bab ini akan disimpulkan perbandingan pengamatan empiris

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Walikota Jakarta Barat memiliki fungsi Humas yaitu Suku Dinas

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

Media Relations. Menyusun Perencanaan Program Media Relations (1) Anindita, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Seiring dengan hal tersebut maka pemerintah sebagai

BAB IV ANALISIS DATA MEDIA RELATIONS PEMERINTAH KOTA SURABAYA. berguna untuk menelaah semua data yang diperoleh peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. media. Media itu sendiri sebagai alat humas yang berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur kematangan ilmu yang didapat itu juga sangat perlu,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang

BAB II KONDISI UMUM BIRO HUMAS DAN PROTOKOL

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi fungsi public relations sangatlah berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pabrik baru. Tanggal 16 Juni 2014, PT Semen Indonesia

11 Media Relations. Manajemen Isu dan Manajemen Krisis. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. Public Relations. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI MEDIA RELATIONS PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dianggap tidak memiliki peran penting dan bisa dibilang dianggap

Standar Kompetensi Profesi Humas

Oleh : Endar Widodo (EWI KR)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN HUMAS SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau instansi. Dapat kita lihat di berbagai instansi, baik instansi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi dituntut adanya keterbukaan bagi siapapun dan telah dijamin oleh Negara untuk setiap individu didalamnya. Dalam perkembangannya informasi saat ini menuntut adanya nuansa kebebasan dan keterbukaan bagi masyarakat. Adanya kebebasan dan keterbukaan ini, oleh masyarakat diikuti dengan berbagai tindakan dalam menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah atas berbagai kebijakan yang diwujudkan dengan meningkatnya unjuk rasa, pernyataan sikap maupun pengaduan termasuk di dalamnya menilai suatu kondisi daerah (Sumber : Undang-undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik). Hal ini menuntut pemerintah daerah khususnya kegiatan hubungan masyarakat (humas) menjadi sangat vital dalam usaha menyampaikan informasi kepada masyarakat dimana diperlukan suatu komunikasi yang berjalan dua arah antara pemerintah dengan masyarakat. Humas sebagai suatu bagian dari pemerintah daerah yang bertugas sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakat harus dapat memberikan informasi-informasi yang ada dengan tepat, akurat, terbuka, dapat dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan visinya, sehingga masyarakat dapat 1

mempercayai kinerja pemerintah daerahnya dan secara tidak langsung opini publik yang positif dapat terwujud (Ruslan, 2006: 343). Menurut Ruslan (2006: 67) humas dalam menciptakan opini publik menggunakan metode atau strategi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan faktor yang medukung baik faktor pendukung internal maupun faktor pendukung eksternal yang ada di lingkungan kerja humas. Demikian halnya dengan humas Kabupaten Ponorogo yang memiliki strategi tertentu dalam bekerja khususnya dalam menangani ekspose kampung idiot. Bagian humas Kabupaten Ponorogo secara langsung berhubungan dengan publikpubliknya baik internal maupun eksternal dan sekaligus menjadi jembatan penghubung untuk semua publik-publiknya juga harus bisa mengelola opini publik yang muncul di masyarakat. Date: 2013.02.16 Category: Uncategorized Tags: Mereka Terpaksa Berebut Gizi dengan Tikus(Radar Ponorogo, Rabu 22 Februari 2012). Pemberitaan di media mengenai kampung idiot digambarkan sebagai kampung yang ditelantarkan oleh pemerintah daerah dimana keberadaan kampung idiot di Ponorogo sudah ada sejak puluhan tahun dan sampai saat ini masih ada. Kondisi ini bukan karena dipelihara atau dilestarikan. Namun menghilangkan predikat idiot sendiri tentu tak semudah membalik telapak tangan. Banyak sudah program pengentasan yang dilaksanakan, pendampingan yang dilakukan elemen pemerintah maupun swasta dan juga bantuan yang diberikan. Namun, warga yang idiot itu masih saja idiot lantaran banyak warga 2

di desa itu yang mengalami keterbelakangan mental. Ada sebagian yang menilai sebutan kampung idiot terlalu ekstrim dan merendahkan harkat mereka. Sehingga, ada yang menggunakan istilah kampung dengan warga keterbelakangan mental. Ada lagi yang menyebutkan kampung berkebutuhan khusus. Apapun istilahnya, tak bisa dipungkiri bahwa di kampung tersebut memang banyak warga yang berkebutuhan khusus dikarenakan mengalami keterbelakangan mental atau lazim disebut idiot. Date: 2013.02.16 Category: Uncategorized Tags: Mereka Terpaksa Berebut Gizi dengan Tikus (Sumber: Radar Ponorogo, Rabu 22 Februari 2012). Pemberitaan lain adalah sebagaimana diberitakan oleh sebagai berikut: Ratusan warga di tiga desa di Ponorogo, Jawa Timur, mengidap keterbelakangan mental atau idiot. Jangankan bekerja, berkomunikasi pun mereka kesulitan. Kemiskinan diduga kuat menjadi penyebab kasus keterbelakangan mental ini. Salah satu keluarga yang mengalami keterbelakangan mental adalah Ginem. Sehari-hari warga Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, ini pergi ke sawah mencari pakan ternak dan mengumpulkan batu atau membantu bekerja di sawah tetangganya. Dari hasil menjadi buruh tani, Ginem hanya bisa mengumpulkan sekira Rp 6.000 per hari. Uang itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama tiga adik perempuannya yang mengalami keterbelakangan mental, yakni Boimen, Janem, dan Painten, serta adik laki-laki Dayat. Sehari-hari uang yang didapat hanya cukup untuk membeli gaplek atau tiwul. Keluarga Ginem adalah satu dari 43 3

keluarga di Desa Karang Patihan yang mengalami keterbelakangan mental dan sangat miskin. Dari total penduduk desa ini yaitu 5.439 jiwa, sebanyak 111 di antaranya mengalami keterbelakangan mental sedang dan 69 orang parah. Idiot parah maksudnya tak lagi bisa mencari nafkah sendiri dan harus menggantungkan dari pemberian orang lain. Itulah sebabnya daerah tersebut disebut kampung idiot. Tak hanya di desa ini, masih ada ratusan warga di Desa Pandak Kecamatan Balong dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon yang sebagian penduduknya mengalami nasib yang sama. Ketiga desa tersebut letaknya bersebelahan hanya dipisahkan oleh gugusan perbukitan Rajekwesi. Desa Sidoharjo berada di lereng sebelah utara, Desa Karang Patihan di lereng timur, sementara Desa Pandak berada di tenggara. Namun jarak antar desa mencapai puluhan kilometer dipisahkan hutan dan perbukitan kapur.. Date: 2013.02.16 Category: Uncategorized Tags: Mereka Terpaksa Berebut Gizi dengan Tikus (Sumber: Radar Ponorogo, Rabu 22 Februari 2012). Masih banyak penduduk yang mengalami down syndrome (keterbelakangan mental). Jumlahnya mencapai ratusan. Sebagaimana dikutip dari Jawa Pos (15/4), penderita down syndrome paling banyak di Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon. Yakni, 323 orang. Kemudian di Desa Karangpatihan dan Desa Pandak, keduanya di Kecamatan Balong, ada 69 orang dan 53 penderita down syndrome. Tak sedikit warga idiot yang hanya memakan daun-daunan. Ada pula warga idiot yang terpaksa dipasung selama puluhan tahun karena kerap marah dan menabrak apa saja yang ditemuinya. 4

Pemberitaan lain adalah sebagaimana diambil dari www.kaskus.co.id yang ditulis oleh Eko Prasetyo dalam Graha Pena edisi 15 April 2012 sebagai berikut: Kabupaten Ponorogo tidak hanya terkenal dengan budaya dan kesenian reog yang sudah tersohor kemana mana, ternyata juga menyimpan kondisi keterpurukan dalam kehidupan ekonomi masyarakatnya, yang cukup memilukan dan menyedihkan, entah sampai kapan pemerintah kabupaten Ponorogo ini menyembunyikan masyarakatnya dari dunia luar dengan nasib, yang dialaminya selama bertahun tahun hingga sampai saat ini beginilah wajah kabupaten Ponorogo yang terlihat gemerlap dan mempunyai kantor megah dengan lantai delapan yang merupakan kantor kabupaten yang paling megah di Indonesia ini, dengan sarana dan prasaranya namum kemegahan kantor pemkab ini, tidak sebanding dengan kehidupan masyarakatnya yang berada di pinggiran, mereka selalu kekurangan gizi dan penuh keprihatinan. Kampung idiot muncul di desa Krebat, Sidowayah dan Sidoarjo yang berada di kecamatan Jambon Ponorogo/kampung idiot kedua ditemukan di desa Karang Patihan kecamatan Balong, dan kali ini kampung idiot jilid tiga ditemukan lagi di desa pandak kecamatan Balong Ponorogo/kondisi kampung idiot ketiga ini tidak jauh kondisinya dengan kampung idiot yang jilid pertama dan kedua, kondisi masyarakatnya cukup mengenaskan dan memprihatinkan karena warga yang berada di desa Pandak yang memiliki 4 dusun ini rata rata penduduknya mengalami kurang gizi dan miskin sehingga untuk makanpun mereka hanya makan nasi gaplek atau tiwul selama bertahaun tahun. 5

Banyaknya media yang mengekspose kampung idiot ini yang paling gencar adalah di tahun 2011 yakni pada bulan Januari hingga bulan Juni, dalam jangka waktu kurang lebih setengah tahun ini baik media lokal maupun nasional bisa mencapai 5 kali dalam satu bulannya, namun lama kelamaan mereka juga tidak akan mengekspose secara terus-menerus. (Sumber: survei lapangan wawancara dengan kepala humas Pemkab Ponorogo). Jika dikaji dari hasil survey pendahuluan ini di mana selama kurun waktu 6 bulan tersebut paling tidak terdapat pemberitaan mengenai kampung idiot diberitakan 10 kali dengan berbagai macam pemberitaan yang materinya cenderung menyudutkan Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Hal tersebut bisa berdampak buruk terhadap pembentukan citra dari Pemkab Ponorogo dengan di eksposenya kampung idiot secara terus menerus di media. Menurut pendapat Yulianita (2003:42) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar PR memberikan penjelasan bahwa Tujuan Humas adalah untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi dari pada publik yang bersangkutan, Yulianita pun berkata dalam bukunya dasar-dasar PR, ada 4 hal prinsip dari tujuan PR yakni: menciptakan citra yang baik, memelihara citra yang baik, meningkatkan citra yang baik, memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun atau rusak. Untuk dapat menjalin hubungan dengan media, humas harus memiliki strategi yang tepat karena menjalin hubungan dengan media juga merupakan 6

cara untuk meningkatkan informasi dan citra sebuah instasi di mata masyarakat, yaitu khususnya hubungan dengan pers (press relations), yang dimaksud dengan pers disini adalah pers dalam arti luas, yakni semua media massa. Jadi selain surat kabar, juga majalah, kantor berita, radio siaran, televisi siaran dan lain-lain (Effendy, 2005:137). Untuk merealisasikan hal tersebut, maka kondisi yang terpenting yang harus dijaga adalah hubungan yang harmonis antara pers dengan sumber berita. Humas sebagai sumber berita juga memiliki peranan yang penting. Hubungan antara keduanya memiliki keterkaitan yang erat. Hubungan yang baik yang terpelihara terus akan memperlancar kegiatan humas khususnya publikasi. Humas Pemkab Ponorogo sebagai ujung tombak pengelolaan informasi, dibangun melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM), penguatan struktur dan infrastruktur, sistem dan prosedur, komunikasi organisasi, audit komunikasi, serta manajemen komunikasi krisis, dalam upaya menciptakan tata kelola kehumasan yang baik sebagai bagian dari tata kelola pemerintahan yang baik. Penilaian kinerja humas Pemerintah Kabupaten Ponorogo direspon masyarakat luas dengan pendapat yang beragam, ada yang merasa puas dan belum puas terhadap kinerja humas. Keberhasilan suatu strategi bisa diukur dari bagaimana pedoman tata kelola kehumasan di Pemerintah Kabupaten Ponorogo sudah dapat terlaksana atau belum. Penelitian terkait dengan judul yang diteliti saat ini mengenai strategi humas adalah penelitian yang dilakukan oleh Lily 7

Nurjana Tehuyo (2005) tentang Strategi Humas dalam Meningkatkan Citra Lembaga (Studi pada Humas Pemkab Masohi). Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa strategi yang dilakukan oleh humas untuk mewujudkan citra positif yaitu dengan sikap terbuka, tidak alergi dengan media dan melaksanakan pembangunan yang tepat waktu dan sasaran. Jika ada isu humas segera mengkonfirmasikan dan diteruskan dalam pengimplementasian dan juga butuh dukungan dari masyarakat. Penelitian lain dilakukan oleh Ayu Puspita Sari (2009) dengan judul Strategi Humas Pemerintah Kabupaten Malang dalam Menjalin Hubungan dengan Media Cetak. Hasil dari penelitian ini adalah mengembangkan akses informasi publik melalui ketersediaan data dan informasi yang aktual, faktual dan akurat serta meningkatkan kualitas pelayanan informasi dan pemberitaan melalui media massa serta kerjasama dengan pers. Dari beberapa strategi tersebut dalam rangka menjalin hubungan baik dengan media adalah sebagai berikut: (1) mengelola relasi, relasi tugas dan pribadi, pemberian kartu ucapan pada saat lebaran atau natal kepada wartawan. (2) mengembangkan strategi: menyediakan naskah sambutan bupati dan dokumentasi untuk selanjutnya membuat release dan memberikannya kepada media. (3) mengembangkan jaringan: membangun relasi dengan wartawan lokal, lalu berkembang dengan wartawan nasional untuk selanjutnya wartawan internasional. Strategi untuk setiap permasalahan tentulah berbeda jika kita ingin mengetahui kegiatan/kebijakan pemerintah kabupaten/kota. Humas sebagai juru 8

bicara pemerintah harus mengetahui segala kebijakan pimpinan, latar belakang kebijakan yang diambil dan tujuan yang diharapkan, disamping itu humas pemerintah harus memiliki strategi yang baik untuk menangani permasalahan yang dihadapi sekaligus mendapatkan citra yang baik oleh pemerintah itu sendiri. Setiap kebijakan publik yang diambil itu dapat diimplementasikan dengan baik, dan hal itu sangat membutuhkan dukungan publik. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Strategi Humas Pemkab Ponorogo Dalam Menangani Ekspose Kampung Idiot Di Media Online. Dalam penelitian ini peneliti mengambil kurun waktu dari tahun 2013 sampai tahun 2014, yaitu sejak dimulainya ekspose besar-besaran kampung idiot di media pada bulan Januari 2011. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Strategi apa yang dilakukan humas Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam menangani ekspose kampung idiot di media online? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui strategi yang dilakukan humas Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam menangani ekspose kampung idiot di media online. 9

1.4 Manfaat Penelitian Dari sudut kepentingan teoritik, signifikasi penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1.4.1 Secara teoritis 1. Melengkapi dan memperjelas hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti tentang humas khususnya yang berkaitan dengan strategi humas pemerintah 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam melengkapi konsep dan teori dalam bidang humas umumnya, khususnya yang berkenaan dengan strategi humas pemerintah. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi untuk dilakukannya penelitian lanjutan mengenai efektivitas humas untuk meningkatan keprofesionalitas para anggota organisasi, serta untuk peningkatan citra organisasi. 1.4.2 Secara praktis 1. Bagi Perusahaan Dari aspek praktis diharapkan dapat memberikan masukan ataupun motivasi kepada pemerintah khususnya para praktisi Humas Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam menangani kasus tereksposenya kampung idiot di media online 2. Bagi Program Studi 10

Sebagai bahan masukan untuk mahasiswa program studi ilmu komunikasi selanjutnya yang akan meneliti tentang kegiatan kehumasan dalam mengembangkan strategi humas 3. Bagi Peneliti Adalah sebagai syarat kelulusan program studi yang penulis sedang tempuh yaitu studi ilmu komunikasi dengan jenjang strata-1. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi media pengembangan dengan praktek yang didapat di lapangan. 11