Katalisator Cangkang Keong Mas Terhadap Sifat Mekanik Baja ST42 Melalui Proses Kaburasi

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KARBURISASI PADAT DENGAN KATALISATOR CANGKANG KERANG DARAH (CaCO2) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KEASUHAN BAJA St 37

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APLIKASI SERBUK ARANG TONGKOL JAGUNG DAN SERBUK CANGKANG KERANG MUTIARA SEBAGAI MEDIA CARBURIZER PROSES PACK CARBURIZING BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH WAKTU TAHAN PROSES PACK CARBURIZING

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

Oleh : Hafni. Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang. Abstrak

Meningkatkan Efektifitas Karburisasi Padat pada Baja Karbon Rendah dengan Optimasi Ukuran Serbuk Arang Tempurung Kelapa

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

ANALISA PENGARUH VARIASI KATALIS BaCO3, NaCO3 dan CaCO3 PADA PROSES KARBURASI BAJA KARBON SEDANG DENGAN PENDINGINAN TUNGGAL

UNIVERSITAS MERCU BUANA

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

Nevada J.M. Nanulaitta Dosen Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ambon

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Gambar 4. Pemodelan terjadinya proses difusi: (a) Secara Interstisi, (b) Secara Substitusi (Budinski dan Budinski, 1999: 303).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA NILAI KEKERASAN BAJA S-35 C DALAM PROSES KARBURASI PADAT MEMANFAATKAN TULANG SAPI SEBAGAI KATALISATOR DENGAN VARIASI WAKTU PENAHANAN

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penambahan karbon yang disebut carburizing atau karburasi, dilakukan dengan

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

ANALISA KERAGAMAN NILAI KEKERASAN BAJA ST-42 MELALUI PROSES KARBURASI MENGGUNAKAN KOMPOSISI BaCO 3 dan CARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENAHANAN

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

PENGARUH VARIASI MASSSA SERBUK ARANG DAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA PROSES KARBURASI TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON SEDANG

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

Proses Pack Carburizing dengan Media Carburizer Alternatif Serbuk Arang Tongkol Jagung dan Serbuk Cangkang Kerang Mutiara

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBURISING DENGAN BAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

Nevada J. M. Nanulaitta, *) Eka. R. M. A. P. Lillipaly **) Abstract

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

ANALISA KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA AISI 1018 AKIBAT PROSES PACK CARBURIZING DENGAN VARIASI KONSENTRASI SERBUK CANGKANG KEONG EMAS

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

ANALISIS PENGARUH MEDIA PACK CARBURIZING TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN SPROKET SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1 dan Sigit Budi Harton 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nevada J. M. Nanulaitta *), Alexander. A. Patty **) Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU JATI

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Analisa Sifat Mekanik Baja St 41 Pada Proses Pack Carburizing Menggunakan Media Arang Tempurung Kelapa Sawit Dengan Variasi Holding Time

PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP SIFAT KEKERASAN DENGAN REFINING THE CORE PADA PROSES CARBURIZING MATERIAL BAJA KARBON RENDAH. Darmanto * ) Abstrak

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

EFEK PERSENTASE BARIUM KARBONAT DENGAN ARANG TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KEKERASAN BAJA KARBON AISI 2015

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBURISING DENGAN BAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PENINGKATAN KEKERASAN DENGAN METODA KARBURISASI PADA BAJA KARBON RENDAH (MEDAN) DENGAN MEDIA KOKAS

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI ARANG KAYU SENGON NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

Meningkatkan kekerasan permukaan sparepart lokal kendaraan bermotor dengan cara Karburasi Cair ABSTRAK

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK

PRAKTIKUM METALURGI FISIK LAPORAN AKHIR

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

Campuran Arang Tempurung Kelapa Bekas dan Arang Tempurung Kelapa Baru untuk Media Karburasi Baja Karbon Rendah

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU JATI NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PROSES NITRIDASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN FCD 700 DENGAN MEDIA NITRIDASI UREA

II. TINJAUAN PUSTAKA. karbon sebagai salah satu dasar campurannya. Disamping itu baja juga

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR HARDENING TERHADAP KEKERASAN BAJA S45C DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

PERBEDAAN NILAI KEKERASAN PADA PROSES DOUBLE HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR DAN OLI SAE 20 PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

ANALISIS PENGARUH PANAS PADA DAERAH PENYEKATAN DALAM PROSES KARBURISING TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA KARBON

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

PENGARUH TINGKAT KEKERASAN DAN KEDALAMAN DIFUSI KARBON PADA BAJA ST 42 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

1.2. Tujuan 1. Mahasiswa memahami Heat Tratment secara umum 2. Mahasiswa memahami dan mengetahui cyaniding secara umum

Tris Sugiarto 1, Beta Hendrian 2, dan Fian Erfianto 3 1,2,3

Analisa Pengaruh Temperatur dan Waktu Pemanasan, serta Cara Pendinginan pada Proses Carburizing Terhadap Kekerasan Baja Karbon Rendah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun : YOGI KUNCORO NIM : D

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Meningkatkan Efektivitas Arang Bakau Pada Proses Karburising Padat Baja Karbon Rendah Menggunakan Barium Karbonat

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

PENGARUH KARBURASI DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN TERHADAP MICRO STRUKTUR BAJA KARBON

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Program Studi Teknik Mesin UN PGRI Kediri OLEH :

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Transkripsi:

Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 9 No. 1, April 016 (39-43) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jem ISSN: 30-555 (p) Katalisator Cangkang Keong Mas Terhadap Sifat Mekanik Baja ST4 Melalui Proses Kaburasi Abdul Hay 1)*, Arief Darmawa 1) 1) Jurusan Jurusan Teknik Mesin, Universitas Hasanuddin Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kekerasan pada material (baja st 4) yang dikarburasi dengan menggunakan katalisator cangkang keong mas (10%, 0%, 30%, 40%, 50%). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah (baja st 4). Bahan berbentuk silinder pejal dengan diameter 0 mm dan panjang 10 mm. Proses carburizing menggunakan media arang kayu jati dan cangkang keong mas (kalsium karbonat) dengan presentase campuran yang berbeda-beda yang dipanaskan pada suhu 950 o C dengan waktu penahanan selama1 jam dengan media pendingin air. Kemudian dilakukan pengujian kekerasan Rockwell B dengan beban100 kg (981 N), pengujian laju keausan dengan metode menggesekkan benda uji terhadap permukaan amplas. Hasil penelitian menunjukkan nilai kekerasan secara berurutan dari nilai kekerasan yang paling tinggi adalah: material dengan presentase 60% karbon kayu jati dengan 40% serbuk CaCO 3, material dengan presentase 70% karbon kayu jati dengan 30% CaCO 3, material dengan presentase 80% karbon kayu jati dengan 0% CaCO 3, material dengan presentase 90% karbon kayu jati dengan 10%.Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pengerasan dengan presentase 60% karbon kayu jati dan 40% CaCO 3 didapatkan nilai kekerasan yang paling tinggi. Kata kunci: Baja karbon rendah (st 4), carburizing, katalisator (cangkang keong mas), suhu, kekerasan, laju keausan Abstract This study aims to determine the difference of steel ST 4 hardness which is carburized by using a catalyst shell snails (10%, 0%, 30%, 40%, 50%). Specimens are made in form of solid cylindrical shape with a diameter of 0 mm and a length of 10 mm. Carburizing process is undertaken by using teak wood charcoal media and snails shells (calcium carbonate) with a different percentage of mixture heated at a temperature of 950 o C, socked at the temperature during one hour and then quenched in the water. The hardness of specimens are tested by Rockwell hardness B with load of 100 kg (981 N), meanwhile, the wear rate testing is carried out by moving of specimens against the surface of sandpaper. The results showed a hardness value in a sequence of values hardness from the highest are: a material with a percentage of 60% carbon teak with 40% powder CaCO 3, material with a percentage of 70% carbon teak with 30% CaCO 3, material with a percentage of 80% carbon teak with 0% CaCO 3, material with a percentage of 90% carbon teak with 10%. It can be concluded that the hardening process with a percentage of 60% carbon teak and 40% CaCO 3 obtained the highest hardness value. Keywords: Low carbon steels (st 4), carburizing, catalyst (shell snails), temperature, hardness, wear rate 1. Pendahuluan Salah satu proses perlakuan panas logam adalah proses karburasi (carburizing) yang bertujuan meningkatkan kadar karbon pada baja. Proses pengkarbonan dilakukan untuk klasifikasi baja dengan kadar karbon di bawah 0,30 % melalui tahapan pemanasan bahan sampai temperatur 800 0 C 950 0 C dalam lingkungan yang dapat menyerap karbon (zat arang) di mana kekerasan tertinggi pada suhu 950 0 C [1] kemudian dipertahankan beberapa waktu pada suhu yang sama, di mana pada penelitian yang dilakukan dengan waktu penahanan 15, 30, dan 45 menit di peroleh nilai kekerasan terbesar terjadi pada penahanan waktu 45 menit []. Carburizing adalah suatu proses penambahan kadar karbon pada permukaan baja yang dilakukan dengan cara memanaskan (900 0 C 950 0 C) baja dalam lingkungan yang banyak mengandung unsur karbon aktif [1]. Carburizing atau pengarbonan bertujuan memberikan kandungan karbon yang lebih banyak pada bagian permukaan dibanding dengan bagian inti benda kerja, sehingga kekerasan permukaan lebih meningkat. Proses karbonisasi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu temperatur, waktu atau lamanya perlakuan serta media karbon yang digunakan. Karburasi (pengarbonan) umumnya diterapkan pada jenis baja yang tidak mudah dikeraskan atau baja yang mengandung karbon (C) kurang dari 0,3% dengan demikian agar baja tersebut dapat dikeraskan permukaannya. Perubahan komposisi baja terjadi dengan jalan melarutkan karbon pada permukaan baja, cara seperti itu dapat meningkatkan komposisi karbon pada baja berkisar antara 0,3-0,9% C. Pertambahan karbon ini juga cukup berpengaruh *Korespondensi: Tel./Fax.: - E-mail: abdulhay_mukh@yahoo.co.id Teknik Mesin Universitas hasanudi 016

Abdul Hay et al. /Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 9 No. 1, April 016 (39-43) 40 terhadap kenaikan kekerasan baja tersebut. Tetapi kenaikan nilai kekerasannya tidak sebanding dengan nilai karbon yang telah terdifusi kedalam sepesimen, hal ini disebabkan karena setelah selesai spesimen tidak diberikan pendinginan cepat menjadikan atom-atom yang telah larut terdifusi kedalam austenite membentuk kembali sementite dan ferrite sehingga nilai kekerasan austenite berkurang karena tidak terbentuk struktur martensite yang cukup banyak [3]. Pengarbonan dengan gas dimana unsur karbon didapatkan dari penguraian bahan bakar yang digunakan sebagai pemanas dalam dapur yaitu Hidro Carbon (CH). Proses ini dilakukan dengan cara benda kerja dipanaskan didalam dapur gas sehingga bahan bakar akan terurai menjadi CH + O + CO+ H dan membentuk gas karbon monoksida (CO), jika jumlah O dalam dapur cukup banyak tetapi karena selama pembakaran tidak ada O yang mengalir maka gas tersebut menjadi gas karbon dioksida (CO) sehingga gas ini akan masuk pada permukaan benda dengan reaksi sebagai berikut : Fe + CO FeC+ (1) O Untuk mendapatkan tebal tipisnya pelapisan karbon pada proses ini adalah tergantung dari lamanya pemanasan dan proses gas carburizing dapat dipercepat dengan menggunakan pemanas induksi. Adapun keuntungan dari proses pengarbonan gas yaitu benda tetap bersih dan tidak terjadi uap yang mengandung racun selama proses berlangsung. Dalam penelitian ini digunakan korbonisasi dengan perantara zat padat atau pengarbonan bubukan dimana proses pengarbonan pada permukaan benda kerja dengan menggunakan karbon yang didapatkan dari bubukan arang kayu jati. Arang kayu jati sebagai sumber karbon padat pada baja, dirubah terlebih dahulu dalam bentuk butiran. Bentuk butiran akan membantu proses perubahan karbon padat menjadi gas melalui pemanasan. Pemanasan yang dilakukan pada proses ini, menggunakan temperature 950 0 C. Gas karbon yang dihasilkan akan berdifusi kedalam struktur baja sehingga kadar karbon meningkat. Pada proses pack carburizing ini oksigen dari udara bereaksi dengan karbon dari medium membentuk CO, CO ini kemudian bereaksi lagi dengan karbon dari medium menurut reaksi: CO + C CO () Pada saat suhu proses bertambah tinggi, kesetimbangan reaksi bergeser kesebelah kanan, sehingga kadar gas CO bertambah banyak. Pada permukaan baja, CO mengurai menjadi: CO CO + Catom (3) Catom mempunyai keaktifan yang tinggi bereaksi dengan Fe dan mudah berdifusi ke besi gamma dalam fasa austenite, sehingga terbentuk sementite pada bajadengan reaksi: 3λ Fe+ Catom Fe3C (4) CO yang dihasilkan dari reaksi diatas bereaksi kembali dengan karbon yang terdapat pada medium diikuti kembali dengan penguraian CO pada permukaan logam dan seterusnya, tetapi proses pembentukan gas CO dan CO seperti diuraikan diatas berlangsung sangat lambat. Untuk mengatasi hal tersebut diatas maka pada medium karbon yang berupa arang diberi bahan tambah sebagai katalisator. Katalisator yang dapat digunakan pada proses carburizing bubukan banyak macamnya antara lain; BaCO3, BaCl, BaO, CaO, KCO3, NaCO3, KSO4 dan K4Fe (CN)6. bahan tambah yang sering digunakan dalam proses carburizing bubukan adalah BaCO3 dan K 4Fe (CN)6. Pada suhu yang tinggi katalis berfungsi untuk membentuk dan mempercepat pembentukan gas CO seperti berikut : CaCO CaO+ (5) 3 CO C CO CO + (6) Gas CO yang terjadi kemudian larut kedalam fasa austenite atau bereaksi dengan Fe sebagai berikut: 3Fe + O FeC+ CO (7) 3 Gas CO yang terbentuk dari reaksi diatas kemudian bereaksi dengan CaO dan membentuk CaCO3, dengan demikian CaCO3 senantiasa ada selama proses sehingga reaksi-reaksi dapat berjalan terus. Semakin banyak kandungan karbon dipermukaan, atom karbon mulai berpindah menuju inti melalui mekanisme difusi. Penetrasi karbon kedalam baja tergantung pada temperatur, waktu penahanan (holding time), dan bahan pengarbonan. Proses pengarbonan dengan media padat (bubukan) dilakukan dengan cara baja dimasukkan spesimen kedalam suatu wadah atau kotak yang didalamnya terdapat bubukan arang yang mengandung unsur karbon dengan jarak antar benda kerja 30 mm dan ditutup rapat yang tutupnya diperkuat dengan campuan semen api dengan tetes tebu, sehingga selama proses tidak terjadi pemasukan udara kedalam kotak. Kemudian dipanaskan pada temperature 900 0C 950 0C. Proses carburizing ini berdasarkan kenyataan bahwa karbon akan masuk semakin banyak kedalam besi padat dalam bentuk kristal FCC (face centeredcubic), karbon mengurai dalam besi karena atom karbon cukup kecil untuk biasa masuk diantara atom besi yang lebih besar. Karbon memiliki kisi kristal berbentuk heksagonal dan karena kecilnya dapat menempati ruangan dipusat antara atom-atom besi gamma tersebut dalam kisi kristal FCC.

Abdul Hay et al. /Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 9 No. 1, April 016 (39-43) 41 Gambar 1. Hubungan lama waktu pemanasan dengan tebal lapisan karbon Dari gambar. 1 diatas dapat diketahui untuk membuat lapisan karbonasi setebal,5 mm dari tepi menuju kedalam dengan suhu 950 0C dibutuhkan waktu sekitar 15-0 jam, jika dengan suhu 900 0C untuk tebal lapisan karbonasi,5 mm dibutuhkan waktu sekitar 45 jam. Sedangkan tebal lapisan karbonasi yang sering dibuat oleh dunia industri adalah sekitar 1,0 mm. Jika dilihat pada garis dalam grafik diatas maka untuk mendapatkan ketebalan lapisan karbonasi 1,0 mm dengan suhu 950 0C dibutuhkan waktu sekitar 3-6 jam. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan suhu 950 0C dengan holding time 1 jam untuk proses karbonasi, dengan asumsi pada suhu 950 0C dan holding time 1 jam tersebut proses penyusupan karbon telah berlangsung sehingga kandungan karbon dalam specimen bisa lebih meningkat sesuai keinginan. Untuk dapat mengetahui daerah titik kritis atas, titik kritis bawah dan suhu pemanasan sebagai petunjuk dalam melakukan proses pengerasan baja, digunakan suatu diagram yang disebut diagram kesetimbangan (equilibrium), seperti ditunjukkan pada gambar 1. Difusi karbon terjadi karena atom bergerak ke dalam material secara penyisipan (interstisi) di batas butir. Laju difusi tergantung pada jenis atom yang berdifusi, jenis atom tempat difusi berlangsung dan ditentukan oleh koefisien difusi. Dan koefisien difusi tergantung pada temperatur, makin tinggi temperatur makin besar pula difusi yang berlangsung. Jarak tempuh difusi akan tergantung pada lamanya waktu yang tersedia untuk berlangsungnya difusi. Pada daerah suhu austenit atom atom besi menyusun diri menjadi bentuk kristal FCC. Dan struktur kristal FCC ini mempunyai bentuk kristal FCC. Dan struktur kristal FCC ini mempunyai kemampuan melarutkan karbon yang lebih besar dari pada logam dengan struktur kristal BCC karena kecuali struktur kristal FCC mempunyai kerapatan atom lebih besar dari pada BCC, juga karena pengaruh temperatur. Bila suhu atau temperatur naik, atom-atom bergerak dengan energi yang lebih besar sehingga atom mampu untuk pindah dari tempatnya. Katalisator ( Energizer ) biasa ditambahkan ke dalam media Carburizing untuk mempercepat proses pack Carburizing. Energizer pada proses ini umumnya adalah Barium karbonat (BaCO3) tetapi karena penggunaannya yang tidak ramah lingkungan dalam hal pembuangan limbahnya [4]. Sehingga banyak peneliti yang mencoba mengganti BaCO3 dengan CaCO3, misalnya pemakaian serbuk batu kapur dan batu marmer, Pemanfaatan limbah cangkang telur ayam dan Pemanfaatan cangkang kerang darah dan kerang simping. Gambar.. Diagram fasa (Fe-C). Metode Penelitian.1. Pembuatan spesimen Spesimen baja St 4 yang berbentuk silinder pejal dipotong dengan spesifikasi spesimen yang telah ditentukan dengan mesin bubut. Jumlah spesimen yang dibuat adalah 7 spesimen. Spesimen yang telah dipotong kemudian dihaluskan dengan amplas... Proses karburasi Proses pengarbonan dilakukan dengan menggunakan media bubukan arang jati dan katalisator cangkang keong mas yang ditumbuk dan diayak. Tahapan proses karburasi: 1. Mencampur bubuk Karbon (arang kayu jati) 90% dengan bubuk Cangkang Keong mas (CaCOз) 10 % dari komposisi 100 gr kemudian dicampur sampai rata.. Benda uji (St 4) diletakan kedalam kotak sementasi ditimbun dengan Carbon (arang kayu jati) dan bubuk cangkang keong mas (CaCOз) tadi hingga menutupi permukaan seluruhnya supaya didalam terjadi proses karburasi dan kedua bubuk tersebut benarbenar menyatu pada permukaan benda uji. 3. Masukan kotak karburasi kedalam tungku pemanas, dan tungku ditutup, nyalakan tungku pemanas lihat temperatur awal oven 7 0C. Tunggu sampai temperatur akhir pemanasan 950 0C, dengan penahanan waktu pemanasan 1 jam.

Abdul Hay et al. /Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 9 No. 1, April 016 (39-43) 4 4. Matikan oven pemanas lalu buka oven pemanas keluarkan kotak sementasi dari dalam oven pemanas dengan mengunakan penjepit. 5. Angkat benda uji (St 4) dari dalam kotak sementasi dengan mengunakan penjepit dan dimasukan kedalam media pendingin berupa air, biarkan hingga dingin. 6. Angkat benda uji (St 4) dari dalam media pendingin tersebut, lalu lap dengan kain halus sampai kering, lalu ampelas salah satu sisi hingga bersih (mengkilap) untuk proses pengujian kekerasan. 7. Untuk komposisi serbuk kalsium karbonat 0 %, 30 %, 40 %, dan 50 % (cangkang keong mas) gunakan langkah-langkah proses karburising dari poin 1-6. 8. Setelah proses karburising semua benda uji (St 4) diambil nilai kekerasannya pada proses pengujian kekerasan menggunakan mesin uji kekerasan (Hardness Testing Machine). 3. Hasil dan Pembahasan Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode Rockwell B pada beban 981 N (100 kg)dengan menggunakan indentor bola baja yang berdiameter 1/16 inchi. Tiap material uji dilakukan 5 kali pengujian yaitu dari titik kiri material dengan jarak antar titik kira-kira 3 mm sampai ke titik kanan material. Data-data hasil pengujian Rockwell B dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Data rata rata kekerasan material Keterangan: Material A: material tanpa perlakuan Material B: 0% arang dan 0% cangkang Material C: 90 % arang dengan 10 % cangkang Material D: 80 % arang dengan 0% cangkang Material E: 70 % arang dengan 30 % cangkang Material F: 60 % arang dengan 40 % cangkang Material G: 50 % arang dengan 50 % cangkang Dari gambar. 3 dapat diketahui material tanpa perlakuan memiliki nilai kekerasan dengan ratarata sebesar 71,8 HRB. Pada material karburasi (B) memiliki nilai kekerasan rata-rata sebesar 98,68 HRB atau meningkat 37,39%. Pada material karburasi dengan presentase 90 % arang dengan 10 % cangkangmemiliki nilai kekerasan rata-rata sebesar 10,9 HRB atau meningkat 43,30% terhadap material tanpa perlakuan. Atau mengalami peningkatan kekerasan sebesar 4,9% dari spesimen B. Gambar 3. Grafik Nilai kekerasan spesimen Pada material karburasi dengan presentase 80 % arang dengan 0 % cangkangmemiliki nilai kekerasan rata-rata sebesar 110,6 HRB ataumeningkat 54%terhadap material tanpa perlakuan. Atau mengalami peningkatan kekerasan sebesar 7,48 % dari spesimen C, dan mengalami peningkatan kekerasan sebesar 1 % dari spesimen B. Pada material karburasi dengan presentase 70 % arang dengan 30 % cangkangmemiliki nilai kekerasan rata-rata sebesar 119,06 HRB ataumeningkat 65 %terhadap material tanpa perlakuan. Atau mengalami peningkatan kekerasan sebesar 7,6 % dari spesimen D, juga mengalami peningkatan kekerasan sebesar 15,68 % dari spesimen C. Dan mengalami peningkatan kekerasan sebesar 0,65 % dari spesimen B Pada material karburasi dengan presentase 60 % arang dengan 40 % cangkangmemiliki nilai kekerasan rata-rata sebesar 16,78 HRB ataumeningkat 76,5%terhadap material tanpa perlakuan. Atau mengalami peningkatan kekerasan sebesar 6,48 % dari spesimen E, juga mengalami peningkatan kekerasan sebesar 14,60 % dari spesimen D, dan mengalami peningkatan kekerasan sebesar 3,18 % dari spesimen C, dan juga mengalami peningkatan kekerasan sebesar 8,47 % dari spesimen B. Pada material karburasi dengan presentase 50 % arang dengan 50 % cangkangmemiliki nilai kekerasan rata-rata sebesar 94,1 HRB ataumeningkat 31,0% dari material tanpa perlakuan. Namun pada material ini (spesimen G) sudah mengalami penurunankekerasan dari material karburasi dengan presentase 60 % arang dengan 40 % cangkang (spesimen F) yaitu sebesar 34,7 %. Nilai kekerasan secara berurutan dari nilai kekerasan yang paling tinggi adalah material F dengan nilai kekerasan sebesar 16,78 HRB, material E dengan nilai kekerasa 119.06 HRB,material D dengan nilai kekerasan 110,6 HRB, material C dengan nilai kekerasan 10,9

Abdul Hay et al. /Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 9 No. 1, April 016 (39-43) 43 HRB, Material B dengan nilai kekerasan 98,68 HRB, material G dengan nilai kekerasan 94,1 HRB, dan material A dengan nilai kekerasan yang paling rendah sebesar 71,8 HRB. Uji laju keausan Pengujian laju keausan dilakukan dengan metode menggesekkan benda uji terhadap permukaan amplas. Dalam pengujian keausan ini menggunakan amplas 180, beban 970 gram, waktu 40 detik. Data-data hasil pengujian laju keausan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel. Data pengujian laju keausan terendah diperoleh nilai sebesar 10,9 HRB (Material C, 10 % Cangkang keong mas).. Nilai kekerasan St 4 sebelum di karburasi yaitu 71,8 HRB, setelah karburasi nilai kekerasannya meningkat yaitu 37,39 %, pada material yang dicampur dengan 10 % berat cangkang keong mas (CaCO3) terjadi kenaikan kekerasan sebesar 40,3 %, Penambahan serbuk 0 % berat cangkan keong mas kenaikan kekerasan sebesar 54 %, penambahan serbuk 30 % berat cangkang keong mas kenaikan kekerasan sebesar 65,7 % dan kekerasan tertinggi pada penambahan serbuk 40 % berat cangkan keong mas dengan kenaikan kekerasan sebesar 76,5 %. Tetapi pada penambahan serbuk 50 % berat cangkang keong mas nilai kekerasannya menurun sebesar 18,3 % dari material 40 % cangkang keong mas. 3. Peningkatan nilai kekerasan material akan mengakibatkan penurunan laju keausan. Daftar Pustaka [1] M. Iqbal, Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Mekanis pada Proses Pengarbonan Padat Baja Karbon Rendah. Jurnal SMARTek, Teknik Mesin, Universitas Tadulako, Palu. Vol. 6, No., 104 11 008. Gambar 4. Grafik Nilai laju keausan spesimen Dari gambar 4 dapat diketahui material tanpa perlakuan (material A) memiliki nilai laju keausan yang paling besar yaitu 0.000001 gram/mm.detik, material G dengan nilai laju keausan sebesar 0.000000985 gram/mm.detik, material B dengan nilai laju keausan sebesar 0.000000834 gram/mm.detik, material C dengan nilai laju keausan sebesar 0.00000068 gram/mm.detik, material D dengan nilai laju keausan sebesar 0.000000454gram/mm.detik, material E dengan nilai laju keausan sebesar 0.000000303 gram/mm.detik, dan material F memiliki nilai laju keausan yang paling rendah yaitu sebesar 0.000000151 gram/mm.detik. [] Nevada J.M. Nanulaitta dan Alexander. A. Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) dengan Pengaruh Waktu Penahanan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) dengan Pemanfaatan Cangkang Kerang sebagai Katalisator. Jurnal TEKNOLOGI, Jurusan Mesin, Politeknik Negeri, Ambon, Volume 8 Nomor, 97 935, 011. [3] Ibnu Karuniawan P, Perbedaan Nilai Kekerasan pada Proses Double Hardening dengan Media Pendingin Air dan Oli SAE 0 pada Baja Karbon Rendah. Skripsi. Teknik Mesin, Universitas Negeri, Semarang, 007. [4] Sujien, Pengaruh Ukuran Butir Katalisator Cangkang Kerang Darah (CaCo3) pada Proses Karburasi Padat Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja ST 37. Skripsi, Teknik Mesin, Universitas Hasanuddin, Makassar, 014. 4. Simpulan 1. Pengaruh penambahan serbuk cangkang keong mas mempengaruhi nilai kekerasan pada baja St 4, dimana nilai kekerasan tertinggi diperoleh 16,78 HRB (Material F, 40 % Cangkang keong mas) dan nilai kekerasan