Persepsi dan Evaluasi Keberhasilan Penertiban. Di Kabupaten Manokwari

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KURIKULUM 2013; RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR KOTA AMBON

MODAL SOSIAL: KEKUATAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DISEKITAR HUTAN TAMAN NASIONAL MANUSELA, MALUKU TENGAH

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN DI PULAU-PULAU KECIL PROVINSI MALUKU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

MENCERMATI DETERMINAN SOSIAL DAN KENDALA ANGGARAN UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER BAGI KAUM MISKIN DI KOTA AMBON

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT KABUPATEN BONE BOLANGO: DAMPAK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi pada Negara Kesatuan

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK KECAMATAN BUNGARAYA DESA BUNGARAYA PERATURAN DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

Membangun Kelembagaan Berbasis Masyarakat; Menuju Komunitas Tanggap Bencana di Renjani

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BUPATI BANGKA TENGAH

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Kelembagaan yang terkait pengaturan hutan

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tuntutan reformasi dan perubahan Undang-Undang Dasar Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014) Copyright 2014

PENERTIBAN HEWAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN TERNAK DALAM KABUPATEN PIDIE

DESA 2016 PERDA KAB. KONAWE SELATAN NO. 1, LD. 2016/ NO. 1, LL 121 HLM. PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TENTANG DESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %.

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

Bab 1. Pendahuluan. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Sekarang ini, Indonesia sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2011 Seri : D

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL ANGGOTA MASYARAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAM BELAJAR BAGI PELAJAR DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

ORANG TALIABU DI PULAU TALIABU: MERETAS JALAN MENUJU KESEJAHTERAAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

BAB VI PENUTUP. Mataram, Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor:

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

RENCANA AKSI PERBAIKAN KINERJA PENCAPAIAN PROGRAM DAN KEGI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SIAK

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MAGELANG

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

PENDAHULUAN. merencanakan pertumbuhan dan perubahannya (Catanese & Snider, 1988).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

Transkripsi:

1 Persepsi dan Evaluasi Keberhasilan Penertiban Hewan/Ternak Babi Di Kabupaten Manokwari Daniel Yohanis Seseray, S.Pt., M.Sc. Akademisi Fakultas Peternakan, Universitas Papua Manokwari Anggota Peneliti JiKTI Provinsi Papua Barat Prof. Dr. Ir. Roni Bawole, M.Si. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Papua Manokwari Focal Point JiKTI Provinsi Papua Barat PENGANTAR Kegiatan penertiban hewan/ternak di Kota Manokwari dinilai sebagai salah satu bentuk k ebijakan publik untuk memberikan pelayanan publik. Evaluasi kebijakan Bupati Kabupaten Manokwari terkait penertiban hewan/ternak sangat penting sebagai langkah mencip takan suasana kota yang aman, nyaman, tertib, b ersih dan indah. Evaluasi untuk mengkaji ulang t entang kebijakan yang diambil apakah sudah sesuai harapan, apa kendala dan faktor pendukung kegiatan tersebut sudah sesuai atau tidak. PERUMUSAN MASALAH Pemerintah Kabupaten Manokwari terus berupaya dalam meningkatkan keamanan, keter tiban, kebersihan dan kenyaman serta estetika Kota Manokwari sebagai Ibukota Provinsi Papua Barat. Wujudnya adalah Manokwari mem peroleh piala Adipura tahun 2014. Di sisi lain, Kota Manokwari diperhadapkan pada masalah penertiban hewan/ ternak peliharaan yang diumbar. Melalui SK B upati Manokwari No 357 tahun 2004 t entang penertiban hewan/ternak peliharaan, maka upaya penertiban ternak mulai digalakkan. Namun seiring dengan jalannya pemerintahan dan pergantian Bupati, mulai tahun 2010 hingga saat ini tahun 2014 aturan tersebut tidak lagi di terapkan karena anggaran tidak teralokasi. Banyak permasalahan terjadi ketika ternak dibiarkan berkeliaran di tempat-tempat umum, se perti kecelakaan lalu lintas, konflik antar tetangga, sampah yang berserakan dan cemaran pada badan air dan tanah, serta s anitasi lingkungan. Manajemen pemeliharaan dan t ingkat pengetahuan yang kurang menyebabkan banyak peternak (terutama babi) di Kota Manokwari membiarkan ternaknya berkeliaran dan mencari makan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Suku Arfak menerapkan cara pemeliharaan de ngan cara melepaskan babi tanpa dikandangkan, merupakan kebiasaan turun temurun, mereka beranggapan bahwa ternak babi yang dilepas tanpa kandang memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan dikandangkan (Marani, 2004). Di samping itu, ternak babi pada kalangan masyarakat Papua memiliki nilai budaya (culture) yang cukup tinggi. Ternak babi sering digunakan dalam

2 Model kandang panggung di pesisir Teluk Doreri; sederhana, aman dan taat aturan.

3 Wawancara peneliti dengan beberapa peternak babi di Kabupaten Manokwari terkait pengetahuan mereka terhadap aturan penertiban ternak babi. erbagai kegiatan ritual budaya, mas kawin b dan alat tukar. Selain itu, ternak babi juga dapat menentukan status sosial (kekayaan) seseorang, semakin banyak ternak babi yang dimiliki oleh seseorang maka status sosialnya semakin tinggi (Pattiselanno & Iyai, 2005). Dasar hukum Surat Keputusan Bupati Menokwari No. 357 Tahun 2004 Tentang Penertiban Hewan/ ternak Peliharaan di Kota Manokwari hingga saat ini belum belum berjalan efektif sehingga melalui evaluasi ini dapat dijadikan pertimbangan dalam membenahi hewan/ternak peliharaan, misalnya dengan cara meningkatkan status hukumnya menjadi peraturan daerah (Perda). Sebagai contoh Kabupaten Buleleng menerapkan peraturan ini dalam Perda Penertiban Umum No.6 tahun 2009 termasuk tertib hewan dan/atau binatang peliharaan; Perda Penertiban Umum Kota Batam No 16 tahun 2007; di Kabupaten Tojo Una-Una, Perda No. 4 tahun 2008 tentang Penertiban T ernak. Wawancara stoukholder/responden kunci Satpol PP Kabupaten Manokwari (Bapak Yunus. M. Saleh). FAKTA DAN ANALISIS Hasil analisis persepsi peternak tentang SK Bupati Manokwari No. 357 tahun 2004 (penertiban hewan/ternak peliharaan) di Distrik Manokwari Barat dan Manokwari Timur Kabupaten Manokwari menunukkan bahwa 76,19% responden mengetahui tentang isi dari SK B upati tersebut, 20,95% diantaranya meng etahui tetapi tidak sampai mendetil, dan hanya 2,86% yang tidak mengetahui. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi tentang SK tersebut dilakukan cukup baik melalui berbagai media. Selanjutnya, 80,95% responden mampu menyebutkan jenis ternak yang dilarang berkeliaran, 16,19% responden mengetahui tetapi tidak secara rinci dan 2,86% tidak mengetahui. Dari aspek sistem pemeliharaan, 56,19% peternak babi telah menerapkan sistem peternakan intensif, dan 11, 43% semi intensif serta 32,38% non-intensif atau secara tradisional atau ternak di biarakan berkeliaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternakan manyatakan bahwa alasan ternak masih dipelihara secara semi intensif dan non-intensif adalah masalah penyediaan pakan bagi ternak, sudah menjadi budaya (khususnya suku Arfak), selain itu ternak sering keluar dengan sendirinya dari kandang dan ternak dibiarkan pertumbuhannya lebih s ehat dibanding ternak yang dikandangkan. Dari aspek sanksi/denda 80,95% responden telah mengetahui adanya sanksi yang diberikan apabila terjadi pelanggaran, 12% tahu tetapi tetap membiarkan ternaknya liar, dan 7,62%

4 Model kandang panggung di pesisir Teluk Doreri; sederhana, aman dan taat aturan.

5 peternakan tidak mengetahui sanksi yang diberikan sehingga tetap membiarkan ternaknya liar atau tidak dikandangkan. Beberapa responden menanggapi hal ini dengan menyatakan bahwa belum adanya ketegasan dari aparat pemerintah dalam hal ini SATPOL PP dan Kepolisian untuk mengeksekusi atau menangkap bahkan menembak ternak, dan memberlakukan sanksi/ denda secara tegas. Dari aspek sadar-tahuan (kognitif); 64,76% responden mempunyai pengetahuan dan pe ngalaman yang baik dalam memahami SK Bupati, dan dapat mengadopsinya dengan baik, 35,24% responden pemahamannya terkategori tahu. Informasi pengetahuan yang didapat baik dari dalam dan luar diri sendiri menghasilkan perilaku yang baik. Selanjutnya, 100% r esponden memiliki adat istiadat yang sangat kuat, karena kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh r esponden behubungan dengan ternak babi yaitu dari kegiatan pembayaran emas kawin/ denda dan penentu status sosial. Pada p embayaran mas kawin dari pihak lelaki membayar pihak perempuan memberikan daging babi dan bahan makanan yang lain. Menurut Hide (2003), bahwa seluruh daerah yang berada di Papua m engunakan tenak babi sebagai ternak yang berhubungan dengan kegiatan adat istiadat. Evaluasi tingkat keberhasilan adalah jenjang kategori untuk dijadikan dasar dalam menentukan keberhasilan pencapaian program penertiban hewan/ternak peliharaan. Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pe nerapan SK Bupati dikategorikan sedang Para peternak yang mengumpulkan dan memanfaatkan limbah organik pasar sebagai pakan ternak. karena capaian target berkisar antara 34%-66% dari rentang nilai 0-100%. Kondisi ini dapat dikatakan belum mencapai target yang tinggi dika renakan masih ada peternakan yang membiarkan ternaknya diumbar, penegakan hukum ( kepatuhan dan sanksi) yang rendah, pengawasan dan patroli SATPOL PP tidak berjalan dengan baik akibat keterbatasan anggaran o perasional. Disamping itu, peraturan yang belum memiliki dasar hukum yang l ebih kuat dan status hukumnya masih sebagai SK Bupati dan belum di tingkatkan menjadi suatu aturan daerah yang kekuatan hukumnya lebih tinggi. Akibatnya, pelaksanaannya masih mengalami banyak Ternak liar yang berkeliaran di sekitar Pasar Wosi sebagai Pasar Sentral kota Manokwari.

6

7 kendala baik secara teknis seperti persediaan sarana yang terbatas maupun pendanaan yang terhambat yang disebabkan oleh pergantian rezim kepemimpinan bupati. Dalam konteks ini, diperlukan upaya untuk me ningkatkan status hukum dari SK Bupati menjadi Perda Kabupaten Manokawari. Sebanyak 96% peternak setuju dengan p enerapan aturan penertiban ternak. Mereka menyatakan perlunya penerapan aturan secara tegas dan sesuai aturan yang ditetapkan. Mereka b erkeinginan didampingi oleh petugas teknis seperti penyuluh peternakan dalam hal manajemen kandang, pemberian pakan dan kesehatan ternak, sehingga ternak tidak s emestinya diumbar. Sebaliknya 4% responden tidak menyetujui dengan pertimbangan bahwa pemeliharaan dengan tidak mengandangkan ternak sudah menjadi tradisi atau budaya. Perlu upaya mensinergikan antara sanksi yang diberikan berdasarkan hukum adat yang berlaku sehingga tidak ada pertentangan antara hukum adat dan peraturan formal yang dibuat. KEBUTUHAN IMPLEMENTASI DAN KEBIJAKAN TINDAK LANJUT 1Mengaplikasikan model peternakan babi ramah lingkungan (sistem peternakan moderen dan kondisi sosial budaya peternak) sehingga dapat memberikan rasa aman, nyaman dan tertib serta keindahan di Kota Manokwari, sekaligus peningkatan pendapatan peternak. Selain itu perlu a danya kerjasama antara pihak akademisi dengan pemerintah Kota Manokwari, sehingga kegiatan ini dapat dikawal dengan baik dan lebih efektif. 2Memaksimalkan tanggung jawab SATPOL PP dan petugas distrik dalam hal pengawasan ternak berkeliaran dan memproses setiap pelanggaran yang dilakukan. 3Meningkatan peraturan penertiban ternak dari SK bupati menjadi Peraturan Daerah sehingga pergantian rezim kepemimpinan tidak menghambat pelaksanaan aturan. Policy Briefs JiKTI 2015 adalah luaran akhir dari rangkaian Hibah Penelitian JiKTI 2014. Hibah Penelitian JiKTI dilaksanakan guna membangun tradisi penyusunan kebijakan berdasarkan penelitian (evidence-based policy) di KTI untuk menjawab tantangan pembangunan. Hibah Penelitian JiKTI adalah proses kolaboratif antara JiKTI-BaKTI, peneliti penerima hibah dan Dewan Panel Hibah Penelitian yang beranggotakan 4 orang peneliti senior JiKTI. Sekretariat Forum KTI JiKTI Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) Jl. H.A. Mappanyukki No. 32, Makassar 90125 Telepon: +62 411 832228 / 833383 Fax. +62 411 852146 Email: info@bakti.or.id Website: www.bakti.or.id www.batukarinfo.com Stock of Knowledge JiKTI: http://jikti.bakti.or.id

8 Potret di beberapa sudut Pasar Wosi sebagai Pasar Sentral kota Manokwari yang masih di hantui ternak liar yang berkeliaran.