HAK SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6 miliar, di mana di

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 Tentang : Rumah Susun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Tinjauan Falsafah Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN)

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

Bab II. Tinjauan Umum Tentang Rumah Susun / Kondominium

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PERIJINAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kerap kali istilah Rumah ku, istanaku sering diucapkan,kata-kata yang

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya 1.

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN PELANGGAN AIR MINUM DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. II/No.2/Apr-Jun/2014. PENGATURAN DAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH RUMAH SUSUN 1 Stefano Sampouw 2

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

Disusun oleh: INDRIANTO HERIBOWO C

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk membedakan pendefinisian kata rumah menjadi tidak sekedar

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari suatu badan dengan nama Pos en Telegraafdients yang

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

P A T I L U M A J N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 46 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 110 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK MILIK ATAS SATUN RUMAH SUSUN ( STUDI KASUS DI RUMAH SUSUN KABUPATEN KUDUS )

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR : 15 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 5 TAHUN 1974 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN ASURANSI MITRA BEASISWA PADA ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

BUPATI KUDUS TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS,

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang semakin komplek tidak terlepas dari adanya resiko kecelakaan jika

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

HAK SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : PRIYO JATI C 100 040 063 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat adil makmur yang merata baik materiil maupun spiritual. Salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut adalah dengan semakin ditingkatkannya pembangunan perumahan terutama yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Hal ini mengingat bahwa perumahan merupakan kebutuhan primer setelah makanan dan sandang atau pakaian bagi manusia. Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia, yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian bangsa. Perumahan dan pemukiman tidak dapat hanya dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi lebih merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan tatanan hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri 1. Untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan perumahan dan pemukiman yang dapat terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan/ atau untuk memenuhi tuntutan atau pemenuhan pola hidup modern berupa bangunan pasar modern dan pemukiman modern, pemerintah selalu dihadapkan pada 1 Arie Sukanti Hutagalung,, et.al/dkk, 1994, Suatu rangkuman Condominiu dan permasalahannya Materi Perkuliahan, Jakart: Elips Proyect-FH-UI, hal.1. 1

2 permasalahan keterbatasan luas tanah yang tersedia untuk pembangunan terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat. Demi meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah yang jumlahnya terbatas tersebut, terutama bagi pembangunan perumahan dan pemukiman, serta mengefektifkan penggunaan tanah terutama di daerah-daerah yang berpenduduk padat, maka perlu adanya pengaturan, penatan dan penggunaan atas tanah, sehingga bermanfaat bagi masyarakat banyak. Apalagi jika di hubungkan dengan hak asasi, maka tempat tinggal (perumahan dan pemukiman) merupakan hak bagi setiap warga Negara, sebagaimana diatur dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan. Dan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman pada Pasal 5 Ayat 1 yang bunyinya : Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Pembangunan rumah susun adalah suatu cara yang jitu untuk memecahkan masalah kebutuhan dari pemukiman dan perumahan pada lokasi yang padat, terutama pada daerah perkotaan yang jumlah penduduk selalu meningkat, sedangkan tanah kian lama kian terbatas serta sebagai upaya pemerintah guna

3 memnuhi masyarakat perkotaan akan papan yang layak dalam lingkungan yang sehat. Pembangunan rumah susun tentunya juga dapat mengakibatkan terbukanya ruang kota sehingga menjadi lebih lega dan dalam hal ini juga membantu adanya peremajaan dari kota, sehingga makin hari maka daerah kumuh berkurang dan selanjutnya menjadi daerah yang rapih, bersih, dan teratur. Peremajaan kota telah dicanangkan oleh pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1990, tentang peremajaan pemukiman kumuh yang berada di atas tanah negara. Menindak lanjuti dari Instruksi Presiden tersebut, maka pada tanggal 7 Januari 1993, telah diterbitkan adanya surat edaran dengan Nomor: 04/SE/M/1/1993, yang menginstruksikan kepada seluruh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepada Daerah Tingkat II untuk melaksanakan pedoman umum penanganan terpadu atas perumahan dan pemukinan kumuh, yang antara lain dilakukan dengan peremajaan dan pembangunan rumah susun 2. Dalam rangka memberikan landasan hukum dalam pembangunan Rumah Susun, pada tanggal 31 Desember 1985, Pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun (LN 1985-75; TLN 3317), (disingkat dengan UU No.16 Tahun 1985) dan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun (LNRI 1988-7; Penjelasannya dalam TLNRI nomor 3372), (disingkat dengan PP No.4 Tahun 1988) sebagai peraturan pelaksanaannya, yang mulai berlaku sejak tanggal 26 April 1988. 2 www.gmt.com

4 Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun dinyatakan bahwa kebijaksanaan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk: a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dalam lingkungan yang sehat, secara adil dan merata serta mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia. b. Mewujudkan pemukiman yang serasi dan seimbang, sesuai dengan pola tata ruang dan tata daerah serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna. Selanjutnya pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988, dinyatakan bahwa: Pengaturan dan pembinaan rumah susun tersebut diarahkan untuk meningkatkan usaha Pembangunan Perumahan dan Pemukiman yang fungsional bagi kepentingan rakyat banyak, dengan maksud untuk: a. Pengembangan pembangunan daerah perkotaan kearah vertikal untuk meremajakan daerah-daerah kumuh. b. Mendukung konsepsi tata ruang yang di kaitkan dengan Meningkatkan optimasi penggunaan sumber daya tanah perkotaan. c. Mendorong pembangunan pemukiman berkepadatan tinggi. Pengertian Rumah Susun sendiri terdapat dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun yaitu: Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang di bangun dalam suatu lingkungan, terbagi dalam bagian-bagian yang di strukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuansatuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama; benda bersama dan tanah bersama.

5 Jadi rumah susun secara yuridis merupakan bangunan gedung bertingkat, yang senantiasa mengandung sistem pemilikan perseorangan dan hak bersama, yang penggunaanya untuk hunian atau bukan hunian, secara mandiri atau secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem pembangunan. Dengan demikian berarti tidak semua bangunan gedung bertingkat itu dapat disebut sebagai rumah susun menurut pengertian Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun, tetapi rumah susun adalah selalu gedung bertingkat 3. Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan permukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya terus meningkat, karena pembangunan rumah susun dapat mengurangi penggunaan tanah, membuat ruang-ruang terbuka kota yang lebih lega dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk peremajaan kota bagi daerah-daerah kumuh 4. Syarat pembangunan Rumah susun harus mememuhi berbagai persyaratan yaitu persyaratan teknis dan administratif yang ditetapkan dalam pasal 6 UURS Jo. PP No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun. Pembangunan rumah susun memerlukan persyaratan teknis dan administratif yang lebih berat karena rumah susun memiliki bentuk dan keadaan khusus yang berbeda dengan perumahan biasa. Rumah susun merupakan gedung bertingkat yang akan dihuni banyak 3 Badan Pertanahan Nasional, 1989, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, hal. 61. 4 Arie Sukanti Hutagalung, et.al/ dkk, op.cit, hal.3.

6 orang sehingga perlu dijamin keamanan, keselamatan dan kenikmatan dalam penghuniannya 5. Keberadaan rumah susun tersebut merupakan pemenuhan hak-hak pada masyarakat, oleh karena hak atas perumahan merupakan hak asasi manusia, maka ia menimbulkan kewajiban pada Negara dalam hal ini pemerintah untuk melindungi, menghormati dan melaksanakannya. Pemerintah Kota Surakarta di dalam memenuhi hak masyarakat untuk memiliki rumah, salah satunya dengan mendirikan Rumah Susun Sederhana Sewa atau Rusunawa. Rusunawa sendiri adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuansatuan yang masing-masing dapat dimanfaatkan dengan tata laksana sewa dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama, yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi sosial meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal dan cara hidup 6. 5 M. Rizal Alif, Analisis Kepemilikan hak Atas Tanah Satuan Rumah Susun di dalam Kerangka hukum Benda, Bandung: Nuansa Mulia, hal. 73. 6 Direktorat Jendral Ciptakarya Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Umum Pelaksanaan Pengelolaan Rusunawa, 2004, hal.3.

7 Pertimbangan Pemerintah Kota Surakarta dalam membangun Rusunawa karena potensi yang dimiliki kota Surakarta yaitu: a. Adanya Hak Pakai Pemkot yang belum dimanfaatkan b. Banyaknya masyarakat berpenghasilkan rendah yang belum memiliki rumah sendiri c. Besarnya animo masyarakat berpenghasilan rendah untuk mandiri dengan tinggal di rumah yang sehat. 7 Rusunawa dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Kemudian dikelola oleh Pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Pekerjaan Umum. Oleh pihak Pemerintah kota Surakarta Rusunawa dilengkapi dengan fasilitas seperti listik, air dan pagar karena pihak Departemen Pekerjaan Umum pusat hanya memberikan Rusunawa dalam bentuk bangunan gedung bertingkat. Kelengkapan bangunan Rusun ini harus sesuai dengan pasal 14 PP No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun yaitu; Rumah susun harus dilengkapi dengan: a. Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan dan perlengkapannya termasuk meter air pengatur tekanan air, dan tangki dalam bangunan b. Jaringan listrik yang memenuhi persayaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta pengaman terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan c. Jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya termasuk meter gas, pengatur arus, serta pengaman terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan d. Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan pemasangan 7 Brosur latar belakabg pembangunan Rusunawa oleh Dinas Pekerjaan Umum Surakarta.

8 e. Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan pemasangan f. Saluran dan/atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan g. Tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya h. Alat trasportasi yang berupa tangga, lift, atau eskalator sesuai dengan tingkat keperluan dan persyaratan yang berlaku i. Pintu dan tangga darurat kebakaran j. Tempat jemuran k. Alat pemadam kebakaran l. Penangkal petir m. Alat/sistem alrm n. Pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu o. Generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift. Jumlah Rusunawa di Surakarta untuk saat ini ada 3, yaitu: a. Rusunawa Begalon 1 dan 2. Dibangun oleh DPU tahun 2003-2004 yang berlokasi di Kelurahan Panularan Kecamatan Laweyan Surakarta, terdiri dari 192 unit dan telah dihuni sejak April 2009. b. Rusunawa Semanggi. Dibangun oleh DPU tahun 2006-2007 yang berlokasi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta, terdiri dari 196 unit dan telah dihuni sejak Januari 2010. c. Rusunawa Jurug. Dibangun oleh Kementrian Negara Perumahan Rakyat tahun 2009 yang berlokasi di Jebres Surakarta, terdiri dari 72 unit dan belum dihuni. Praktek di masyarakat, banyak masyarakat yang masih belum mampu membuat rumah sendiri, sehingga pemerintah mendirikan Rusunawa bagi masyarakat yang belum mampu memiliki rumah sendiri dengan cara

9 menyewakannya. Hal ini sekaligus memberikan solusi atas kebutuhan perumahan sederhana dan sehat bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penataan wilayah kumuh di Surakarta sehingga tempat-tempat kumuh di Surakarta bisa berkurang. Menyewa rumah tentu saja memiliki keterbatasan-keterbatasan dan larangan-larangan, terutama terbatas waktu yang harus dipenuhi oleh calon penyewa atau penghuninya dan adanya hak dan kewajiban masing-masing apabila penghuni tersebut tidak memenuhi peraturan tersebut maka pihak pengelola akan memberikan sanksi. Dari hak dan kewajiban sewa menyewa antar pihak pengelola dengan pihak penyewa ini menimbulkan suatu hubungan hukum. Dimana hubungan hukum ini dapat terpelihara dengan baik apabila masingmasing pihak dapat memenuhi hak dan kewajiban yang telah ditentukan pada awal perjanjian sewa menyewa Rusunawa ini dibuat. Masyarakat yang ingin tinggal di rumah susun sewa terlebih dahulu harus membicarakan dengan pihak pengelola atau dalam hal ini diperlukan adanya perjanjian sewa-menyewa satuan rumah susun antara pihak penyewa dengan pihak yang menyewakan agar pihak penyewa memperoleh hak sewa atas satuan rumah susun yang disediakan oleh pihak pengelola. Pihak yang menyewakan tidak diwajibkan menjamin sipenyewa terhadap rintangan-rintangan dalam penggunaan dan kenikmatannya yang diperoleh atau dilakukan oleh orang-orang pihak ke tiga atau adanya peristiwa-peristiwa tanpa mengajukan suatu hak atas penyewa untuk melakukan tuntutan atas penyimpangan perjanjian sewa-

10 menyewa rumah. Gangguan-gangguan dengan peristiwa-peristiwa itu harus ditanggulangi oleh si penyewa.sipenyewa terikat dengan kewajiban melakukan pembetulan-pembetulan kecil apabila selama disewa mengalami kerusakan. Sewa menyewa merupakan suatu perjanjian konsensual yaitu bahwa ia sudah sah mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya yaitu barang dan harganya. Sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kepada pihak lain kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya (Pasal 1548 KUHPerdata). Perjanjian sewa menyewa itu bisa dilakukan secara lisan maupun secara tertulis. Jika sewa menyewa secara tertulis,maka sewa itu berakhir demi hukum (otomatis) jika waktu yang ditentukan sudah habis, tanpa pemberitahuan pemberhentian (Pasal 1570). Sebaliknya, sewa menyewa tidak tertulis, maka ia tidak berakhir pada waktu yang ditentukan,melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si-penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya. Dari perjanjian sewa-menyewa untuk mendapatkan satuan rumah susun sederhana sewa ini menimbulkan suatu hubungan hukum antara pihak penyewa dengan pengelola rumah susun dimana penyewa mendapatkan hak sewa atas satuan rumah susun dari proses sewa-menyewa tersebut. Dari hubungan hukum antara pihak pengelola dengan penyewa terkadang menimbulkan suatu masalah

11 yang menjadi hambatan dalam hubungan hukum tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaan sewa menyewa rumah susun, atas dasar pemikiran dan asumsi sebagaimana diuraikan di atas, maka judul yang penulis pilih adalah: HAK SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan masalah ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan hak sewa satuan rumah susun sederhana sewa di Surakarta? 2. Bagaimana hubungan hukum antara pihak pengelola dengan penyewa satuan rumah susun di Surakarta? 3. Apa hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sewa rumah susun sederhana di Surakarta? C. Tujuan Penelitian Dalam setiap pelaksanaan suatu aktifitas penulisan tidak dapat dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan aktifitas tersebut. Hal ini lebih bermanfaat dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, apabila telah dirumuskan terlebih dahulu, yaitu dapat dijadikan tolak ukur dan pegangan dalam penyelenggaraan suatu aktifitas, karena yang ingin dicapai pada dasarnya merupakan hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan. Sesuai dengan pernyataan diatas maka dalam penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

12 1. Tujuan Obyektif a. Mengetahui bagaimana hak sewa rusunawa di Surakarta. b. Mengetahui Hubungan hukum antara pihak pengelola dengan peyewa satuan rumah susun di Surakarta. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk mengupayakan data penelitian yang lengkap dan selanjutnya disusun menjadi sebuah penulisan hukum sebagai syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan guna meningkatkan dan mendalami wacana pemikiran penulis dalam khasanah ilmu sosial terutama ilmu hukum yang dapat bermanfaat di kemudian hari. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademik maupun praktis, yaitu : 1. Untuk kepentingan akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu-ilmu hukum, khususnya hukum asuransi berbasis sosial. 2. Untuk kepentingan praktis a. Untuk memberikan masukan-masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta yang berkaitan dengan objek yang di teliti.

13 b. Hasil penelitian ini sebagai bahan pengetahuan dan wacana bagi penulis serta sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka memperoleh derajat sarjana hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Metode Penelitian Agar penelitian ini memperoleh apa yang diharapkan, maka dibutuhkan metode yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman tentang cara-cara ilmuan mempelajari, menganalisis, dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya 8. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis, karena masalah yang akan diteliti adalah keterkaitan antara faktor yuridis terhadap faktor sosiologis. 2. Jenis penelitian Penelitian yang dilakukan disini tergolong dalam penelitian deskriptif yaitu suatu penelian yang dimaksud untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya, hal ini 8 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. UI.Jakarta.UI.Press.1986

14 dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, gejala-gejala lainnya 9. 3. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Data sekunder dapat dibedakan menjadi : 1) Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, yang terdiri dari: a) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun b) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun c) Undang-Undang Pokok Agraria d) KUH Perdata 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum yang tidak mempunyai kekuatan dan/atau hanya berfungsi sebagai penjelas dari bahan hukum primer, yang terdiri dari: bahan-bahan kepustakan, dokumen, arsip-arsip, artikel, makalah, literatur, majalah, serta surat kabar. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 9 Ibid. Hal 6

15 a. Studi Kepustakaan Yang dilakukan dengan cara cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, dan datadata sekunder yang lain, yang berkaitan dengan fokus permasalahannya. Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan objek yang dikaji. b. Wawancara Yaitu mengadakan komunikasi langsung dengan pengelola rumah susun sewa yaitu pihak Dinas Pekerjaaan Umum sehingga dapat diperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari pihak yang dianggap mampu memberikan keterangan secara langsung yang berhubungan dengan data sekunder yang diperoleh. c. Observasi (pengamatan) Adalah pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti serta melakukan pencatatan secara sistematis sehingga dapat mengetahui sebanyak mungkin tentang keadaan data pada masyarakat. 5. Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian merupakan hal yang penting agar data-data yang sudah terkumpul, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini.

16 Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan analisis normatif kualitatif, yakni suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan diolah, berdasarkan (dengan) norma-norma hukum, doktrin-doktrin hukum dan teori hukum yang ada. Kemudian dihubungkan dengan literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalah yang dibahas, selanjutnya mencari jalan pemecahannya dengan menganalisis dan akhirnya menarik kesimpulan untuk memperoleh hasilnya. F. SISTEMATIKA Dalam penulisan skripsi ini, sistematika penulisannya akan dibuat sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Susun 1. Pengertian Rumah Susun 2. Satuan Rumah Susun

17 3. Jenis-Jenis Rumah Susun B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian 2. Asas-Asas Perjanjian 3. Syarat Sahnya Perjanjian 4. Jenis-Jenis Perjanjian 5. Berakhirnya Perjanjian C. Tinjauan Umum Tentang Sewa Menyewa 1. Pengertian Sewa Menyewa 2. Sewa Tertulis dan Sewa Lisan 3. Hak dan Kewajiban dalam Sewa Menyewa 4. Berakhirnya Sewa Menyewa BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pelaksanaan hak sewa satuan rumah susun sederhana sewa di Surakarta. 2. Hubungan hukum antara pihak pengelola dengan penyewa satuan rumah susun di Surakarta. 3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sewa rumah susun sederhana di Surakarta.

18 B. PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan hak sewa satuan rumah susun sederhana sewa di Surakarta. 2. Hubungan hukum antara pihak pengelola dengan penyewa satuan rumah susun di Surakarta. 3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sewa rumah susun sederhana di Surakarta. BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran