BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management. Menurut (Scott, 2000:351) manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan disengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan kemampuan manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan. Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan 1
2 keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen memotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba lebih baik. Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain kasus PT Ades Alfindo, PT Indofarma, PT Perusahaan Gas Negara, PT Bank Lippo, PT Kimia Farma, Eron Corporation, Green Tree Financial Corporation, Xerox, Worldcom (Sulistiawan et al, 2011). Bahkan krisis ekonomi Amerika yang terjadi pada tahun 2008, yang pada akhirnya berdampak pada ekonomi dunia, diduga juga disebabkan oleh praktik penipuan yang dilakukan oleh para pejabat perusahaan, misalnya Bank KPR Fannie Mae and Freddie Mac, lembaga asuransi American International Group (AIG), dan lembaga investasi Lehman Brothers Holding Co. Federal Bureau of Investigation (FBI) mencurigai bahwa beberapa lembaga keuangan telah menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan mengenai asetaset mereka. Rahmawati dkk. (2006) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajemen sebagai agent dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai principal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidak memiliki
3 sumber daya yang cukup, insentif, atau akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer (Richardson, 1998). Hal tersebut akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak benar, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Menurut Richardson (1998) Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management). Leverage merupakan hasil pembagian total utang tahun t dengan total ekuitas tahun t. Menurut Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa faktor leverage dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemberi pinjaman. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan praktik manajemen laba (earnings management) karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Perusahaan akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberikan posisi bargaining yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang perusahaan (Jiambalvo 1996 dalam Widyaningdyah 2001). Para peneliti masih belum memiliki tolok ukur yang jelas mengenai ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama an (2007) membagi ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang), large (besar) berdasarkan market value perusahaan. Ukuran perusahaan ditemukan
4 berhubungan dengan berbagai macam karakteristik perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sukartha (2007) dalam teori akuntansi positif menyatakan bahwa ukuran perusahaan digunakan sebagai pedoman biaya politik dan biaya politik akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan risiko perusahaan. Dalam teori ini dijelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai motivasi melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba guna menurunkan biaya politik Sebaliknya terjadi bagi perusahaan kecil yang berupaya menampilkan laba yang lebih baik. Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Moh d et al. (1998) dalam Pratana dan Mas ud (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Gideon, 2005). (Warfield et al., 1995 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007) menemukan adanya hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif antara
5 kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi dalam laba. Namun (Gabrielsen, et al. 1997 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007) menemukan hasil yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dengan manajemen laba serta menemukan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kualitas laba. Kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi ketidak selarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham. Berdasarkan beberapa hal di atas, maka penulis ingin mencoba menganalisis. Pengaruh asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba. Obyek penelitian merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2008-2011. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah faktor leverage berpengaruh terhadap manajemen laba? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba? 5. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba?
6 6. Apakah asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan (kepemilikan institusional dan kepememilikan manajerial) secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan (kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) secara parsial terhadap manajemen laba. 2. Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan (kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) secara simultan terhadap manajemen laba. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihakpihak yang berkepentingan baik secara praktis maupun teoritis: 1. Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi, informasi dan wawasan teoritis khususnya yang terkait dengan asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan manajemen laba. Memberikan kontribusi positif bagi penelitian selanjutnya dalam hal yang bersangkutan di masa mendatang.
7 2. Kontribusi Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial serta praktik manajemen laba, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah penelitian hanya membahas mengenai pengaruh asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan (kepemilikan institusioanal dan kepemilikan manajerial) terhadap manajemen laba yang terbatas pada perusahaan manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2008-2011.