Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2014

SURAT TANDA DAFTAR USAHA BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN (STD-B) Kabupaten/Kota... Kecamatan...

(Surat Persetujan Penerbitan Benih Kelapa Sawit)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

PEMOHON MENGAJUKAN PERMOHONAN TERTULIS DITUJUKAN KEPADA KADISBUNSU

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN DAN PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN POLA KEMITRAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Rebuplik Indonesia Tahun 1945;

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LINTAS KABUPATEN/KOTA UNTUK USAHA PERKEBUNAN

Lingkup hunbungan kemitraan meliputi :

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 357/Kpts/HK.350/5/2002 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN MENTERI PERTANIAN,

6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

2017, No Republik Indonesia Nomor 5492); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara Republik In

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KABUPATEN BARITO KUALA,

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.19/Menhut-II/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

Kebijakan Pengelolaan Data Komoditas Perkebunan

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.14/Menlhk-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Adapun lingkup hunbungan kemitraan meliputi :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

2011, No Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU RAKYAT

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PAPARAN LATAR BELAKANG HASIL TELAHAN YURIDIS DRAF PERMENHUT SKEMA KHDTK PETA

LAMPIRAN VIII : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 34 Tahun 2016 TANGGAL : 9 Agustus 2016

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

1. Izin Usaha Perkebunan (IUP) URAIAN KOMPONEN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN. Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/Permentan/KB.410/5/2016

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Transkripsi:

Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Peraturan Terkait Perizinan Perkebunan UNDANG-UNDANG PERATURAN PEMERINTAH/ PRESIDEN KEPUTUSAN / PERATURAN MENTERI PERTANIAN UU No.12 Thn 1992 tentang Budidaya Tanaman UU No. 39 Thn 2014 tentang Perkebunan PP No.44 thn 1995 tentang Perbenihan Tanaman PP No.27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan Instruksi Presiden No.10 Thn 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut PERMENTAN No.38/Permentan/OT.140/8/06 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih PERMENTAN No.14/Permentan/PL.110/2/09 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit PERMENTAN No.07/Permentan/OT.140/2/09 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan PERMENTAN No.19/Permentan/OT.140/3/11 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia PERMENTAN No.98/Permentan/OT.140/9/13 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan KEPUTUSAN MENTAN No.3480/Kpts/HK.300/10/09 tentang Pemberian izin Usaha di Bidang Pertanian dalam rangka Penanaman Modal kepada Kepala BKPM

1. JENIS USAHA PERKEBUNAN Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan (IUP-B) Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (IUP-P) Usaha Perkebunan yang Terintegrasi antara Budidaya dengan Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (IUP) 3

2. KRITERIA PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN Izin Usaha Perkebunan Izin Usaha Perkebunan Untuk Budidaya (IUP-B) 25 Ha IUP-B Kpd persh < 25 Ha STD-B (surat tanda daftar budidaya) Badan hukum (BH) Asing/perorangan WNA harus bekerjasama dengan pelaku ush bun dalam negeri deng membentuk BH Ind dan berkedudukan di ind. s/d kapasitas Minimal IUP-P kpd Perusahaan Izin Usaha Perkebunan Untuk Pengolahan (IUP-P) < Kapasitas Minimal STD-P (surat tanda daftar pengolahan) IZIN USAHA PERKEBUNAN (IUP) TERINTEGRASI Sawit 1000 ha, Teh 240 ha, Tebu 2.000 ha 4

3. BATASAN LUAS PEMBERIAN IZIN USAHA PERKEBUNAN IUP-B atau IUP untuk 1 (satu) Perusahaan atau Kelompok (Group) Perusahaan Perkebunan diberikan dengan batas paling luas berdasarkan jenis tanaman sebagaimana tercantum dalam Lampiran V atau Lampiran VI. Batas paling luas merupakan jumlah dari izin usaha perkebunan untuk 1 (satu) jenis tanaman perkebunan. Kelompok (Group) Perusahan Perkebunan adalah kumpulan orang atau Badan Usaha Perkebunan yang satu sama lain mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan/ atau hubungan keuangan. Batas paling luas dimaksud tidak berlaku untuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi dan Perusahaan Perkebunan dengan status perseroan terbuka (go public) yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakat.

LAMPIRAN V DAN VI PERMENTAN NO. 98 TAHUN 2013 BATAS PALING LUAS PEMBERIAN IUP-B UNTUK 1 (SATU) PERUSAHAAN ATAU KELOMPOK (GROUP) PERUSAHAAN PERKEBUNAN No. Tanaman Batas Paling Luas (ha) 1 Kelapa 40.000 2 Karet 20.000 3 Kopi 10.000 4 Kakao 10.000 5 Jambu Mete 10.000 6 Lada 1.000 7 Cengkeh 1.000 8 Kapas 20.000 No. BATAS PALING LUAS PEMBERIAN IUP UNTUK 1 (SATU) PERUSAHAAN ATAU KELOMPOK (GROUP) PERUSAHAAN PERKEBUNAN Tanaman Batas Paling Luas (ha) 1 Kelapa Sawit 100.000 2 Teh 20.000 3 Tebu 150.000

4. PEMBERI IZIN IUP-B, IUP-P, atau IUP yang lokasi lahan budidaya dan/atau sumber bahan baku berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota diberikan oleh bupati/walikota; IUP-B, IUP-P, atau IUP yang lokasi lahan budidaya dan/atau sumber bahan baku berada pada lintas wilayah kabupaten/kota diberikan oleh gubernur;

5. SYARAT PERMOHONAN IZIN USAHA PERKEBUNAN Syarat IUP (Pasal 21, 22 dan 23) a) IUP B (Pasal 21): 1. Profil Perusahaan; 2. NPWP 3. Surat Izin Tempat Usaha; 4. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-B yg diterbitkan oleh gubernur; 5. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP-B yg diterbitkan oleh bupati/walikota; 6. Izin lokasi dari bupati/walikota dilengkapi dg peta digital dg skala 1:100.000 atau 1:50.000 7. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari dinas yg membidangi kehutanan apabila areal yg diminta berasal dari kawasan hutan 8. Rencana kerja pembangunan kebun; 9. Izin Lingkungan; 10. Pernyataan kesanggupan (memiliki SDM utk pengedalian OPT dan pembukaan lahan tanpa bakar, pembangunan kebun masyarakat sekitar, dan melaksanakan kemitraan) 11. Surat pernyataan dari pemohon ttg blm menguasai lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17. 8

LANJUTAN SYARAT PERMOHONAN... b). IUP P (Pasal 22) 1. Profil Perusahaan; 2. NPWP 3. Surat Izin Tempat Usaha; 4. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-B yg diterbitkan oleh gubernur; 5. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP-B yg diterbitkan oleh bupati/walikota; 6. Izin lokasi dari bupati/walikota dilengkapi dg peta digital dg skala 1:100.000 atau 1:50.000 7. Jaminan Pasokan bahan baku 8. Rencana kerja pembangunan usaha industri pengolahan hasil perkebunan; 9. Izin Lingkungan; 10. Surat pernyataan dari pemohon ttg akan melalukan kemitraan. 9

LANJUTAN SYARAT PERMOHONAN... c). IUP (Pasal 23) 1. Profil Perusahaan; 2. NPWP 3. Surat Izin Tempat Usaha; 4. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-B yg diterbitkan oleh gubernur; 5. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP-B yg diterbitkan oleh bupati/walikota; 6. Izin lokasi dari bupati/walikota dilengkapi dg peta digital dg skala 1:100.000 atau 1:50.000 7. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari dinas yg membidangi kehutanan apabila areal yg diminta berasal dari kawasan hutan 8. Jaminan Pasokan bahan baku 9. Rencana kerja pembangunan kebun; dan unit pengolahan 10. Izin Lingkungan; 11. Pernyataan kesanggupan (memiliki SDM utk pengedalian OPT dan pembukaan lahan tanpa bakar, pembangunan kebun masyarakat sekitar, dan melaksanakan kemitraan) 12. Surat pernyataan dari pemohon ttg blm menguasai lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17. 10

6. ALAS HAK TANAH Dalam hal tanah yang digunakan untuk usaha perkebunan berasal dari tanah hak ulayat masyarakat hukum adat, maka pemohon izin usaha perkebunan wajib terlebih dahulu melakukan musyawarah dengan masyarakat hukum adat pemegang hak ulayat dan warga pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, dituangkan dalam bentuk kesepakatan penyerahan tanah dan imbalannya dengan diketahui oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan. Dalam hal tanah yang digunakan berasal dari kawasan hutan (KH) dan atau areal penggunaan lain (APL), maka pemohon izin usaha perkebunan wajib memproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 11

7. TRANSPARANSI PEMBERIAN IZIN Gubernur atau bupati/walikota dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja telah selesai memeriksa kelengkapan dan kebenaran persyaratan wajib memberikan jawaban menyetujui atau menolak. Apabila telah lengkap dan benar, gubernur atau bupati/walikota paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja harus mengumumkan permohonan pemohon yang berisi identitas pemohon, lokasi kebun beserta petanya, luas dan asal lahan serta kapasitas industri pengolahan hasil perkebunan kepada masyarakat sekitar melalui papan pengumuman resmi di kantor kecamatan, bupati/walikota atau kantor gubernur dan website pemerintah daerah setempat selama 30 (tiga puluh) hari sesuai kewenangan. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud, masyarakat memberikan masukan atas permohonan secara tertulis yang dilengkapi dengan buktibukti dan dokumen pendukung. Gubernur atau bupati/walikota setelah menerima masukan dari masyarakat melakukan kajian paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja. IUP-B, IUP-P atau IUP yang diterbitkan wajib diumumkan melalui papan pengumuman resmi di kantor kecamatan, bupati/walikota atau kantor gubernur sesuai kewenangan dan website pemerintah daerah setempat. Masa pemrosesan IUP, IUP-B dan IUP-P selama 57 (lima puluh tujuh) hari kerja. 12

8. KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA PERKEBUNAN Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki IUP-B, IUP-P, IUP sesuai Peraturan ini wajib: memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat bersamaan dengan pembangunan kebun perusahaan dan pembangunan kebun masyarakat diselesaikan paling lama dalam waktu 3 (tiga) tahun. melakukan kemitraan dengan Pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar; melaporkan perkembangan Usaha Perkebunan kepada pemberi izin secara berkala setiap 6 bulan sekali dengan tembusan kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Perkebunan; menyelesaikan proses perolehan hak atas tanah sesuai peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan;dan merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan peraturan perundang-undangan. 13

9. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PEMBERI IZIN Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan usaha perkebunan dilakukan oleh gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan. Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh gubernur atau bupati/walikota dalam bentuk evaluasi kinerja perusahaan perkebunan dan penilaian usaha perkebunan. Evaluasi kinerja Perusahaan Perkebunan dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan Pembinaan dan pengawasan dilakukan Direktur Jenderal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali terhadap pemberian izin dan pelaksanaan usaha perkebunan. Updating data dan informasi dilakukan per semester sesuai format yang telah disepakati mencakup data Izin Lokasi, Izin Usaha Perkebunan, data pelepasan kawasan dan HGU. 14

10. SANKSI ADMINISTRASI Perusahaan Perkebunan yg memiliki IUP-P atau IUP yang melakukan kemitraan yang mengakibatkan terganggunya kemitraan yg ada, dan tidak melakukan penjualan saham kpd koperasi pekebun, dikenai sanksi peringatan tertulis 3 kali dg tenggang waktu 4 bulan,apabila tidak diindahkan IUP-P atau IUP dan hak atas tanah diusulkan utk dibatalkan. Perusahaan terbukti memberikan pernyataan status perusahaan sebagai usaha mandiri atau bagian dari kelompok (group) perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas paling luas yg tdk benar, IUP-B atau IUP dicabut tanpa peringatan dan hak atas tanah diusulkan utuk dibatalkan. Perusahaan yang tidak melaporkan pengalihan kepemilikan perusahaan, dikenai sanksi peringatan tertulis 3 kali dengan tenggang waktu 4 bulan, apabila tidak diindahkan IUP-B, IUP dicabut dan hak atas tanah diusulkan utk dibatalkan. Perusahaan yang tidak menyampaikan peta digital lokasi IUPB atau IUP, memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat, melakukan kemitraan, melaporkan perubahan kepemilikan dan kepengurusan, dikenai sanksi peringatan tertulis 3 kali masing-masing dlm tenggang waktu 2 bln. Apbl tdk diindahkan IUP-B, IUP-P atau IUP dicabut dan hak atas tanah diusulkan utk dibatalkan. 15

11. PENGGUNAAN SATU INFORMASI PERIZINAN DALAM PELAPORAN IZIN USAHA PERKEBUNAN Penggunaan Satu Informasi Perizinan (SIP) dalam pelaporan Izin Usaha Perkebunan yang masih dalam proses implementasi (diinisiasi oleh UKP4); SIP adalah sistem informasi dan pelayanan perizinan terintegrasi yang berbasis dalam jaringan (daring/online)yang memiliki fungsi sebagai pangkalan data, penyedia data/informasi, pengolahan/analisa data, pelayanan permohonan perizinan, sarana pelaporan, sarana penerimaan dan verifikasi permohonan perizinan dan sarana komunikasi antar penggunanya; SIP Perkebunan adalah SIP yang diperuntukkan bagi perizinan di bidang perkebunan, khususnya untuk pelaporan izin usaha perkebunan secara berjenjang yaitu kabupaten/kota, provinsi dan pusat secara on-line; Peran SIP: Portal online pengawasan pelaksanaan penerbitan izin perkebunan, dokumentasi arsip izin perkebunan dan dokumen pendukungnya dan penerbitan izin perkebunan di daerah.

1 MASALAH YANG DIHADAPI Pemahaman terhadap Permentan No. 98 /2013 belum optimal dan seringkali terjadi kesalahan persepsi 2 Pemberian Izin Usaha Perkebunan yang masih kurang persyaratan namun izin tetap diterbitkan 3 Masih banyak IUP yang tidak dilaporkan/tembusan kepada Mentan melalui Dirjen Perkebunan 4 Dalam proses pemberian izin, koordinasi dengan instansi terkait belum terlaksana dengan baik 5 Masih banyaknya perusahaan tidak melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku, seperti membangun kebun masyarakat 6 Masih Pemerintah daerah yang menerbitkan surat tanda daftar budidaya dan pengolahan bagi pelaku usaha dibawah 25 ha 7 Pemberian Izin Usaha Perkebunan belum melakukan pengawasan dan upaya pengendalian perizinan usaha perkebunan secara memadai

SOLUSI DAN UPAYA PENYELESAIANNYA Menyamakan persepsi, khususnya pemerintah daerah dan stakeholder perkebunan dalam memahami peraturan perizinan di bidang perkebunan; Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh stakeholders perkebunan; Menerapkan dan mengembangkan SIP untuk mendukung proses pelaporan secara on-line; Melaksanakan evaluasi kinerja dan penilaian usaha perkebunan terhadap perusahaan sesuai ketentuan; Melakukan pengawasan dan upaya pengendalian perizinan usaha perkebunan secara memadai; Melaksanakan sinkronisasi data terkait dengan perizinan usaha perkebunan setiap semester (izin lokasi, IUP, HGU, Pelepasan kawasan hutan, kelas kebun, dll) antara: - Ditjen Perkebunan dengan Dinas Perkebunan Provinsi - Ditjen Perkebunan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta BPN 18

TERIMA KASIH 19