Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Model Inkuiri pada Materi Sistem Indera Kelas XI MIA 6 SMA N 4 Surakata Tahun Pelajaran 2014/2015

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem Melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

BAB III METODE PENELITIAN

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 3 September 2012 Halaman 73-80

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PETA

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

Ummu Muslihah, Trustho Raharjo, Dwi Teguh Raharjo

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman

Keywords: guided inquiry, science

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

OLEH : IVAYATUL LAILIL LESTARI NPM : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Penerapan Model Pembelajaran Blended-Problem Solving

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SLEMAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI GUIDED DISCOVERY LEARNING

LINDA ROSETA RISTIYANI K

Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI BACAAN

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

BIO-PEDAGOGI ISSN: Volume 5, Nomor 2 Oktober 2016 Halaman 48-55

Kata Kunci: keterampilan berbicara, model Problem Based Learning (PBL). 1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

MENINGKATKAN KETERAMPILAN HITUNG PENJUMLAHAN PADA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PERMAINAN BUJUR SANGKAR AJAIB KELAS II SD 1 PEDES ARTIKEL JURNAL

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

JURNAL. Oleh. Naelal Ngiza NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi. Oleh: Puput Dwi Maret Tanti K

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD. 1 Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3 Dosen PGSD FKIP UNS

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN METODE INKUIRI

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR KELAS IV SD N BALANGAN II

RAHMAT FAUZI NIM. K

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DIPADU READING ASSIGNMENT UNTUK MENINGKATKAN SCIENTIFIC WRITING SKILLS SISWA KELAS X MIA 4 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR

Oleh: Ari Herliyanto, Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.2, Oktober 2014, hlm

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

Ermei Hijjah Handayani*, Elva Yasmi Amran**, Rini***

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Diterima 21 Agustus 2013, disetujui 17 Januari 2014

Keywords: Scientific, Concrete Media, Mathematics

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN MEDIA GAMBAR

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7, Nomor 3 Oktober 2015 Halaman 70-77

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE BERMAIN ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH PUNGGAWAN TAHUN 2016/2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM SARAF DAN SISTEM INDRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING BERBASIS ECO-CAMPUS

Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3) phone :

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIATY (SETS)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN IPA

Tarmini 1 SDN Maribaya 01, Kec. Kramat, Kab. Tegal Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Media Gelas Fakel

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

YUNITA NUR ANGGRAENI K

PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SDN KOTA TEBING TINGGI

Istikomah *) Chatarina Muryani **) Singgih Prihadi **) Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRACT

Pendidikan Biologi FKIP UNS, b. Pendidikan Biologi FKIP UNS, c

Transkripsi:

SP-005-5 Perdani et al. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis di SMA N 4 Surakarta Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Model Inkuiri pada Materi Sistem Indera Kelas XI MIA 6 SMA N 4 Surakata Tahun Pelajaran 2014/2015 Increasing The Students Critical Thinking Through Inquiry Learning on System of Senses Subject At Class XI MIA 6 SMA N 4 Surakarta Class Year of 2014/2015 Wahyu Setiya Roning Perdani 1,*, Slamet Santosa 1, Murni Ramli 1, Yulianto Edi Martono 2 1 Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 2 SMA Negeri 4 Surakarta *Email: wahyusetiya99@gmail.com Abstract: Keywords: The aim of this research is to increase the students critical thinking through inquiry learning. This research was a classroom action research with 3 cycles conducted from March until April 2015. Each cycle consisted of 4 phases, i.e. planning, acting, observing, and reflecting. The participants of the research are 34 students of grade XI MIA 6 SMAN 4 Surakarta. Data was obtained from questionnaire, multiple choices test, and interview. The main data of the students critical thinking includes several aspects as follows: interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, and self-regulation. Data was analyzed descriptively, and validated using a triangulation method. The research procedure used was the spiral method by Kemmis and Mc.Taggart. The result of the research shows that inquiry learning increased the students critical thinking. The student s critical thinking from the pre cycle is 35,04 %, the first cycle is 42,40 %, the second cycle is 51,71 %, the third cycle is 63,97 %. Inquiry Learning, Critical Thinking, System of Senses 1. PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam berbagai bidang kehidupan. Pendidikan pada abad ke-21 bukan hanya berorientasi pada mengenal konsep, melainkan harus mulai memberikan kesempatan siswa untuk berpikir sains. Pembelajaran sains adalah pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, dapat memberikan pengalaman kepada siswa, dan mampu membentuk pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang dipelajari. Kemampuan siswa untuk mengkonstruksi pola pikirnya sendiri menjadi tujuan dari pembelajaran sains yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan jaman. Menurut Trilling dan Hood (1999) serta Nursito (2000), perkembangan jaman pada abad 21 ini diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang mempunyai beberapa kemampuan, antara lain kemampuan bekerja sama, memahami keberagaman budaya, menguasai IPTEKS, mampu belajar sepanjang hayat serta berpikir tingkat tinggi. Menurut Liliasari (2011), berpikir tingkat tinggi di antaranya meliputi kemampuan berpikir kritis (tajam dalam menganalisis) dan kreatif (bersifat daya cipta). Kemampuan berpikir baik kemampuan berpikir kritis maupun berpikir kreatif merupakan hal penting dan sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang akan datang. Berpikir tingkat tinggi di bidang pendidikan nantinya akan membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam proses belajar. Kemampuan berpikir kritis pada siswa menjadi hal yang sangat penting, karena pada umumnya masalah nyata di dunia saat ini tidak sederhana. Kemampuan berpikir kritis siswa adalah hal yang perlu dikembangkan agar kemampuan berpikir siswa dapat terlatih dalam proses pembelajaran (Redhana dan Liliasari,2008). Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas XI MIA 6 SMA N 4 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 melalui pengamatan langsung pada hari Senin, 20 Oktober 2014 menunjukkan bahwa persentase siswa bertanya mengenai materi yang 260 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

yang belum dipahami sebesar 13,33%. Siswa memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diberikan guru disertai pendapat yang logis atau referensi yang mendukung sebesar 11,11 %. Siswa memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diberikan guru tanpa disertai pendapat yang logis atau referensi yang mendukung sebesar 33,33 %. Pada kegiatan diskusi, baik kelompok maupun kelas, siswa mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar sebesar 23,52%. Siswa mengemukakan hasil diskusi dan menghubungkannya dengan teori yang ada sebesar 20,58 %. Siswa memberikan penilaian terhadap siswa lain yang telah mengemukakan pendapat sebesar 5,56%. Inti masalah diatas adalah siswa kurang memberdayakan penalaran dalam berpikir, sehingga kemampuan berpikir kritis secara riil masih rendah. Observasi kedua dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap hasil observasi awal di kelas XI MIA 6 melalui pemberian soal pada hari Rabu, 22 Oktober 2014. Hasil observasi lanjutan menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis menunjukkan bahwa kemampuan interpretasi masih kurang dibuktikan dengan siswa kurang bisa menyatakan arti suatu informasi dari soal, yaitu hanya sebesar 39,70%. Kemampuan analisis masih kurang dibuktikan hanya sedikit siswa yang menjawab benar dalam menganalisa soal, yaitu hanya 30,88%. Kemampuan evaluasi masih kurang dibuktikan pemberian soal yang bersifat menilai suatu pernyataan, siswa masih belum benar dalam menjawab dengan persentase sebesar 33,82%. Kemampuan penjelasan masih kurang dibuktikan siswa hanya bisa menjelaskan dengan tepat sebesar 36,76%. Kemampuan menyimpulkan masih masih kurang karena siswa kurang bisa menyimpulkan berdasarkan alasan, yaitu hanya sebesar 33,82%. Kemampuan pengaturan diri siswa masih kurang karena soal yang disajikan adalah bersifat mengevaluasi konsep, siswa masih salah dalam menjawab sebesar 35,29%. Observasi selanjutnya dilakukan menggunakan angket pada hari senin, 28 oktober 2014. Hasil observasi lanjutan diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis masih rendah, dapat dilihat bahwa aspek interpretasi yaitu 63,23%, aspek analisis yaitu 59%, aspek evaluasi yaitu 58,08%, aspek kesimpulan yaitu 57,90%, aspek penjelasan yaitu 60,11% dan aspek pengaturan diri yaitu 57,53%. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa banyak mengeluh karena pembelajaran biologi dianggap sulit, kurangnya keterlibatan siswa dalam penemuan konsep dan sumber belajar serta siswa belum optimal dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran seperti kegiatan berdiskusi, menganalisa permasalahan, menyimpulkan kegiatan belajar. Masalah utama yang ada dikelas tersebut adalah siswa kurang memberdayakan berpikir kritis secara riil. Hasil observasi menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 6 SMA N 4 Surakarta masih dibawah rata-rata sehingga perlu ditingkatkan. Diidentifikasi bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis diantaranya yaitu proses pembelajaran di sekolah masih menggunakan model pembelajaran kurang mampu mengembangkan potensi siswa yaitu kemampuan berpikir diantaranya kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis menurut Facione (2011) meliputi interpretation (interpretasi), analysis (analisis), inference (kesimpulan), evaluation (evaluasi), explanation (penjelasan), dan selfregulation (pengaturan diri). Kemampuan berpikir kritis merupakan hal penting dan sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang akan datang. Berpikir kritis adalah proses berpikir yang terarah dan jelas yang berpengaruh besar dalam kegiatan mental seorang individu seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi maupun dalam melakukan penelitian ilmiah (Johnson, 2010). Pemecahan suatu masalah memerlukan data yang akurat agar dapat menghasilkan keputusan atau solusi yang logis dan tepat, diperlukan pula kemampuan berpikir kritis yang baik sebagai kemampuan dasar dalam menganalisis data yang ada (Amri dan Ahmadi, 2010). Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan, yaitu pembelajaran menggunakan inkuiri, pembelajaran ini dapat mengembangkan seluruh potensi yang terdapat dalam diri siswa secara optimal termasuk kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran dengan menggunakan inkuiri dapat meningkatkan intelektual siswa diantaranya adalah berpikir kritis karena siswa diberi kesempatan sendiri untuk menemukan fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah yang dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa tinggi. Proses inkuiri berarti suatu rangkaian proses belajar mengajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran pada pembelajaran dengan inkuiri yaitu keterlibatan secara maksimal siswa dalam proses kegiatan belajar (Gulo, 2002). 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kelas X1 MIA 6 SMA Negeri 4 Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, yaitu bulan Maret-April tahun Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 261

Prosentase (%) Perdani et al. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis di SMA N 4 Surakarta pelajaran 2014/2015. Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini diterapkan pada siswa kelas XI MIA 6 SMA N 4 Surakarta semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari 15 putra dan 19 putri. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelas, penelitian dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama guru bidang studi. Permasalahan kelas pada penelitian ditangani dengan tindakan berupa aplikasi Model Inkuiri pada materi Sistem Indera. Data yang dikumpulkan dalam penelitian penerapan model Inkuiri berupa data utama mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dengan beberapa aspek meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan dan regulasi diri yang diukur dengan menggunakan tes yang disusun peneliti. Data utama kedua berupa angket terkait dengan sikap siswa yang mencerminkan kemampuan berpikir kritisnya. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui implementasi Model Inkuiri meliputi teknik tes dengan soal multiple choice dan teknik non tes dengan angket, dan metode dokumentasi. Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart yang berupa model spiral yaitu dalam satu siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Arikunto, dkk., 2011). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tindakan Model Inkuiri dalam riset ini mampu meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dari 35,04 % pada pra siklus menjadi 63,97 % pada siklus III. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan saat ini. Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel dalam dunia nyata (Sadia, 2008). Berdasarkan hasil penelitian menggunakan tes Kemampuan Berpikir Kritis terdapat peningkatan yang berbeda-beda untuk setiap aspek dari siklus pertama hingga siklus ketiga. Aspek dengan capaian tertinggi dari siklus pertama hingga siklus ketiga adalah aspek penjelasan Selanjutnya aspek dengan capaian tertinggi kedua adalah kesimpulan. Peningkatan hasil kemampuan berpikir kritis dapat disajikan pada Gambar 1. 80 60 40 20 0 Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Rata-Rata Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Gambar 1. Peningkatan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Peningkatan kemampuan berpikir kritis tersebut juga didukung oleh peningkatan hasil perhitungan angket kemampuan berpikir kritis siswa seperti terjadi peningkatan dari Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III yang meliputi: 1) Interpretasi meningkat sebesar 14,95% dari 63,23% menjadi 78,18%; 2) Analisis meningkat sebesar 19,49%, dari 59% menjadi 78,49%; 3) Evaluasi meningkat sebesar 20,78%, dari 58,08% menjadi 78,86%; 4) Kesimpulan meningkat sebesar 20,04% dari 57,90% menjadi 77,94%; 5) Penjelasan meningkat sebesar 18,47% dari 78,58% menjadi 60,11%. ; 6) Pengaturan diri meningkat sebesar 19,3% dari 57,53 % menjadi 76,83 %. Peningkatan terbesar dari pra siklus ke siklus III yaitu evaluasi. Model Inkuiri terdiri dari membuat rumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, analisa data dan membuat kesimpulan. Sintak-sintak ini memfasilitasi siswa untuk aktif dalam berpikir tingkat tinggi, khususnya berpikir kritis untuk menemukan konsep pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hastuti (2014) yang meneliti tentang kemampuan berpikir kritis dengan Model Inkuiri pada kegiatan di kelas. Penggunaan Model Inkuiri sesuai dengan teori belajar penemuan dari Bruner bahwa siswa dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen agar menemukan prinsipprinsip dalam belajar (Dahar, 2011). Tahapan pada Model Inkuiri diduga dapat melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu aspek interpretasi. Siswa mampu mengelompokkan permasalahan atau fenomena yang diterima, sehingga mempunyai arti dan bermakna jelas. Diskusi yang aktif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis seperti identifikasi masalah, klasifikasi, kategorisasi dan interpretasi (Jacobsen, 2009). Aspek analisis diperoleh dengan identifikasi permasalahan hingga dapat memperoleh konsep dan deskripsi serta pengajuan opini melalui pengalaman belajar (Facione, 2011). Kemampuan evaluasi dilatihkan pada siswa melalui kegiatan diskusi. Siswa dapat saling menilai atau menanggapi 262 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

pernyataan temannya, memberikan alternatif jawaban yang lain dan mengevalusi sumber informasi pada saat berdiskusi. Heidare, Poor, & Poor (2011) menambahkan dengan adanya saran dari hasil presentasi, tahap ini memungkinkan siswa untuk emngembangkan kemampuan berpikir kritis pada aspek evaluasi. Selain itu, aspek inference atau menyimpulkan meningkat dengan perlakuan Model Inkuiri. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Novitasari (2012) bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dengan melibatkan siswa dalam membuktikan suatu pernyataan, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan. Aspek pengaturan diri menggunakan Model Inkuiri juga mengalami peningkatan. Peningkatan dan perbaikan dari siklus pertama ke siklus berikutnya membawa perubahan bagi siswa pada aspek self-regulation. Siswa sudah mulai mengecek kembali hasil diskusi mereka tentang percobaan daya sensitivitas bau dan daya sensitivitas lidah pada pembelajaran di siklus kedua. Kemudian, pada siklus ketiga siswa juga sudah mulai mengecek hasil percobaan dengan mengecek apa yang sudah dikerjakan pada LKS indera peraba. Jufri (2013) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir ilmiah akan berkembang melalui kegiatan inkuiri yang didorong rasa ingin tahu. Keingintahuan merupakan kegiatan berpikir yang harus dirangsang dan dilatih secara teratur. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Gulo (2002) dalam (Trianto, 2007) yang menyatakan bahwa Model Inkuiri adalah sebuah rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Berdasarkan angket yang diberikan setelah siklus selesai juga terjadi peningkatan pada semua aspek. Aspek evaluasi paling tinggi di antara aspek yang lain. Hal ini dikarenakan siswa dapat menilai pendapat yang dibuat, baik secara induktif ataupun deduktif setelah melakukan percobaan yang dirancang secara mandiri (Facione, 2011), sehingga idealnya Model Inkuiri dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengevaluasi dari percobaan yang telah dilakukan. Capaian aspek evaluasi pada Lembar Observasi adalah tertinggi dibandingkan aspek yang lainnya, hal ini didukung hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil wawancara, siswa dan guru merasa senang dengan kegiatan menggunakan Model Inkuiri dan termotivasi untuk mengikuti setiap aktivitas karena pada setiap siklus terdapat materi dan cara penyampaian yang menarik. Pemahaman konsep pada materi dirasakan lebih mengena oleh siswa, karena selama ini pembelajaran biologi cenderung hafalan dan mencatat. Menggunakan Model Inkuiri dengan melakukan percobaan maka siswa akan lebih memahami materi lebih mendalam. Siswa juga memiliki sumber belajar yang bervariasi, selain itu membantu siswa dalam kegiatan diskusi serta mempresentasikan hasil didepan kelas, sehingga mengembangkan kemampuan berpikir. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Model Inkuiri dalam pembelajaran biologi dapat diterapkan serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa XI MIA 6 SMA N 4 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015, yang meliputi aspek interpretasi, analisis, penjelasan, evaluasi, kesimpulan, dan regulasi diri. 5. DAFTAR PUSTAKA Liliasari. (2011). Peningkatan Kualitas Guru Sains Melalui Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Seminar Nasional Pasca Sarjana. Bandung: UPI. Nursito. (2000). Menggali Kreativitas. Yogyakarta: PT. Mitra Gama Widya Trilling, B. & Hood, P. (1999). Learning, Technology, and Education Reform in the Kowledge Age. Educational Technology. Mei- Juni, 1-25. Johnson, E.B. (2010). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit Kaifa Facione, P.A. (2011). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. California : Measured Reason and The California Academic Press. Heidare, A., Poor, S.B., & Poor, F.N. (2011). Effect and Evaluation Of Creativity Instructional Methods On Creativity Of Students. Life Science Journal, 8 (4), 402-408 Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga Hastuti, D.W. (2014). Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Va Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi Di SDN Kepatihan 06 Jember. Jember : Universitas Jember Press Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 263

Penanya: Ivayatul Lailil Lestari (Universitas nusantara PGRI Kediri) Pertanyaan: a. Bagaimana cara pengambilan datanya? Soalnya Bagaimana? b. Dari siklus I dan II apakah soalnya sama? Berapa jam pelajaran? Jawaban: a. Pengambilan data menggunakan tes dan angket. Tes menggunakan soal multiple choice yang soalnya sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis. Misalnya aspek interpretasi ada 2 soal, aspek analisis ada 2 soal, dll b. Siklus I dan siklus II soalnya sama menggunakan multiple choice dan yang digunakan setiap siklus ada 2 pertemuan dimana @ pertemuan 2x45 menit 264 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya