Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

ABSTRACT ENVIRONMENTAL EFFECTS OF RELIGIOUS SCHOOLS BASED ON BREACH OF PROCEDURE OF CONDUCT IN SENIOR HIGH SCHOOL. by: Edwin Mahendra Pradana

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

Program Kerja Kesiswaan MTs. Wachid Hasyim Surabaya Tahun Pelajaran 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang digunakan tidak memberikan dampak negatif. Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan untuk dijadikan dasar perubahan tingkah laku. Fungsi pendidikan di Negara Indonesia tertuang dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta perdaban bangsa yang bernartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara tepat dan cepat di dalam berbagai lingkungan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemerintah ini, maka usahakan pendidikan dimulai dari tingkat SD sampai tingkat Universitas. Dengan itu bangsa Indonesia ini bisa

2 bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain mengenai Sumber Daya Manusia (SDM). Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan. Lembaga yang akan selalu membimbing dan mengarahkan anak didik semaksimal mungkin untuk menggali dan mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Agar fungsi dan tujuan pendidikan bisa berjalan dengan baik, sekolah membuat tata tertib dan peraturan di sekolah. Peraturan ini dibuat agar proses belajar mengajar berjalan dengan kondusif dan mempu memicu setiap perkembangan ilmu pengetahuan yang disusun berdasarkan kurikulum sekolah. Dalam pelaksanaannya diperlukan kedisiplinan dan kepatuhan dari masing-masing individu yang terkait dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pada kenyataannya, masalah sering terjadi dalam lingkungan sekolah adalah kurang disiplinnya peserta didik dalam mentaati tata tertib sekolah misalnya: sering membolos ketika jam pelajaran, merokok ketika jam istirahat, dan lain-lain. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang mulai berlaku tahun 2007 hingga sekarang. Dimana kurikulum yang sekarang mengacu pada SI dan SKL (Standar Isi Dan Standar Kompetensi Lulusan). Hal ini diharapkan agar peserta didik yang telah lulus dapat berkompeten serta dapat bersaing di dunia kerja. Untuk itu sekolah bebas melakukan inovasi-inovasi guna meningkatkan kualitas anak didik. Ada beberapa sekolah yang akhir-akhir ini berinovasi

3 dengan menggabungkan sekolah formal dengan berbasiskan religius. Sekolahsekolah ini biasa disebut sekolah berbasis religius. Karena di sekolah tersebut peserta didik diberi ilmu atau pengetahuan yang bersifat religius. Kegiatan tersebut antara lain seperti : melakukan shalat dhuha secara berjamaah pada waktu istirahat, mengaji sebelum memulai pelajaran, bersalaman dengan guru ketika masuk ke sekolah, mengadakan shalat jum at di lingkungan sekolah, melakukan pengkaderan terhadap peserta didik untuk menjadi petugas shalat Jum at, membaca Yasin setiap Jum at, dan lain sebagainya. Semua kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi kebiasaan baik dalam pergaulan mereka yang akhir-akhir ini sudah sangat memperihatinkan, ini terjadi karena pada masa remaja apalagi pada jenjang sekolah menengah mereka masih mencari jati diri yang dilakukan melalui peniruan atau imitasi, biasanya mereka meniru hal-hal yang ada di sekitar mereka seperti teman sebaya atau bahkan idola mereka dimana apabila tanpa pengawasan orang tua pergaulan mereka banyak yang kearah negatif dari pada positif. Dalam hal ini perlu adanya peran orang tua dalam mendidik anaknya, sebab sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama orang tua. Meskipun di sekolah mereka diajarkan nilai-nilai tata krama dan religius semua itu kembali kepada individu masing-masing serta bagaimana orang tua dituntut lebih berperan dalam perkembangan perilaku dan psikologis anak. Di dalam lingkungan sekolah formal maupun yang berbasiskan religius ini tidak menutup kemungkinan bila terdapat beberapa peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor

4 seperti Faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri dimana mereka belum bisa mengkontrol serta masih labil dalam memutuskan suatu perbuatan antara perbuatan yang baik dan buruk, hal ini terjadi karena mereka melihat dari lingkungan sekitar mereka serta rasa takut ketika dibilang cupu oleh teman sebayanya. Kemudian Faktor yang berasal dari keluarga dimana keluarga sangatlah penting untuk membentuk karakter anak. Orang tua merupakan role models bagi anak, karena baik buruknya sikap orang tua berpengaruh terhadap kepribadian anak di lingkungannya. Selain itu juga Faktor sekolah sangat mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik itu sendiri dimana dalam hal ini guru sangatlah berperan dalam pembentukan karakter peserta didik dimana ia menjadi contoh serta menjadi panutan oleh peserta didik Bagi sebagian peserta didik menganggap aturan yang di terapkan oleh sekolah adalah sekumpulan aturan yang dapat begitu saja dilanggar tanpa mengindahkan sanksi-sanksi yang akan di dapat ketika melanggarnya. Hal ini masih juga terjadi di sekolah-sekolah di Metro, begitu juga di SMA Muhammadiyah 1 Metro. Yang masih banyak peserta didik melanggar tata tertib sekolah diantaranya masih terdapat peserta didik yang terlambat datang ke sekolah, membolos saat jam pelajaran serta berpakaian yang ketat yang biasanya dilakukan oleh siswi, merokok saat jam istirahat, dan lain-lain. Untuk lebih detail tentang pelanggaran dan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dapat dilihat dalam tabel berikut:

5 Tabel 1. Rekapitulasi pelanggaran tata tertib sekolah yang paling sering dilanggar peserta didik di SMA Muhammadiyah 1 Metro dari tahun 2010-2012 No Jenis Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Yang Paling Sering Di Langgar Jumlah Pelanggaran 2010 2011 2012 1 Terlambat masuk sekolah 178 156 143 2 3 4 5 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan Tidak mengikuti kegiatan shalat dhuhur berjamaah Tidak memakai seragam sesuai ketentuan (atribut tidak lengkap, berpakaian ketat, berpakaian tidak rapi, dll) Berpenampilan tidak rapi (rambut gondrong, dipirang, berhias terlalu berlebihan) 74 89 67 25 14 9 56 43 38 86 79 45 6 Merokok di lingkungan sekolah 64 35 40 Sumber Data: Bagian Kesiswaan/ Bimbingan Konseling Tabel diatas adalah hasil observasi awal di SMA Muhammadiyah 1 Metro oleh peneliti dapat dilihat dimana pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh peserta didik adalah terlambat masuk sekolah yaitu pada tahun 2009-2010 berjumlah 176 kasus kemudian menurun di tahun 2010-2011 menjadi 156

6 kasus dan tahun berikutnya yakni tahun 2011-2012 menurun kembali menjadi 143 kasus. Menurunnya jumlah pelanggaran karena letak sekolah yang tidak terlalu jauh dengan pusat kota Metro dimana sekolah tersebut dapat dicapai dengan menggunakan berbagai macam alat transportasi misalnya: motor, angkutan kota, bis, becak dan lain sebagainya. Selain itu berdasarkan dari hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling ini terjadi karena pada saat jam sekolah masuk yakni pukul 07.00 dengan toleransi keterlambatan 10 menit menjadi 07.10 kemudian pada jam 07.10-07.30 para peserta didik diwajibkan mengikuti kegiatan tadarus al-qur an serta apabila melebihi jam ketentuan maka peserta didik mendapatkan hukuman yakni mengaji di lapangan basket sekolah pada saat jam istirahat. Sehingga ada kemungkinan peserta didik merasa malu ketika terlambat masuk ke sekolah. Letak sekolah yang tidak jauh dari pusat kota serta pusat keramaian di kota Metro itu juga yang memicu terjadinya pelanggaran seperti: membolos, dan tidak mengikuti pelajaran dengan alasan atau dispensasi dari guru piket yang di salah gunakan oleh peserta didik untuk melakukan pelanggaran. Biasanya mereka membolos di tempat-tempat hiburan seperti di rental play station, billiard, atau bahkan di taman kota. Meskipun dinas pendidikan kota metro sering melakukan razia pelajar yang membolos kasus ini masih saja terjadi. Kurangnya kesadaran peserta didik ini yang diduga memicu terjadinya pelanggaran. Penerapan hukuman di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro pada kasus membolos atau tidak mengikuti jam pelajaran tanpa keterangan dan merokok di lingkungan sekolah adalah hukuman secara tidak langsung yakni berupa surat peringatan dimana berisi tentang pemanggilan orang tua peserta

7 didik kesekolah, ini diharapkan menjadi efek jera bagi peserta didik. Ini dirasa cukup untuk membuat jera para peserta didik terbukti dengan turunnya tingkat pelanggaran yang dilakukan, meskipun terkadang terdapat peningkatan pada kasus yang sama. Kemudian pada kasus membolos saat shalat dhuhur, tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan, dan berpenampilan tidak rapi terjadi penurunan yang sangat signifikan dimana berdasarkan hasil wawancara mereka yang melanggar mendapatkan hukuman secara langsung seperti ketika peserta didik ketahuan tidak mengikuti kegiatan shalat dhuhur secara berjamaah mereka mendapatkan hukuman berupa shalat dhuhur di lapangan basket sekolah, kemudian ketika mereka berpenampilan tidak rapi mereka mendapatkan hukuman dimana rambut mereka di potong tidak beraturan, serta ketika tidak memakai atribut sekolah secara lengkap maka tindakan pertama adalah menegur secara langsung, kemudian melakukan sosialisasi tentang pentingnya atribut yang mereka pasang, akan tetapi ketika dirasa sudah cukup sosialisasi tetapi masih saja terjadi pelanggaran mereka dihukum berdiri di depan tiang bendera. Hukuman-hukuman tersebut dirasa cukup efektif guna memberikan efek jera kepada peserta didik terbukti dengan adanya penurunan jumlah kasus yang signifikan dari tahun ke tahun. Padahal pihak sekolah sendiri sudah memiliki program yang berbeda dengan sekolah-sekolah formal lainnya, seperti ketika sebelum memulai pelajaran peserta didik diharuskan tadarus al-qur an, dan ketika istirahat pun pihak sekolah juga mengadakan shalat dhuha secara berjamaah dan boleh di ikuti

8 oleh semua peserta didik tanpa terkecuali, dan setelah melakukan shalat dhuha secara berjamaah imam atau guru memberikan kultum yang mengangkat tema yang bernafaskan religius serta tak jarang himbauan dan sosialisasi tentang tata tertib yang berlaku atau yang akan berlaku di sekolah, semua kegiatan-kegiatan tersebut adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat intrakurikuler, kemudian masih ada lagi kegiatan ekstra kurikuler yang bertemakan religius seperti IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dimana peserta didik sangat dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Program ini dibina oleh salah satu guru dimana mereka diberikan ajaran-ajaran tentang kemuhammadiyahan yang biasanya menyangkut masalah fiqih, aqidah dan akhlak, hal ini sangat bermanfaat bagi peserta didik agar menjadi benteng untuk diri mereka. Utamanya untuk menjaga diri dari hal-hal yang negatif akibat dari pergaulan pada masa sekarang. Kegiatan ini bersifat umum dengan kata lain peserta didik sangat dibebaskan atau tidak terikat kepada organisasi Muhammadiyah. Dimana pengajaran ini diberikan tanpa mengandung unsur-unsur politik atau paksaan sehingga pilihan berada sepenuhnya di tangan peserta didik. Sekolah hanya mengajarkan nilai-nilai religius yang terkandung di dalam organisasi Muhammadiyah dimana harapannya peserta didik mempunyai bekal yang kuat untuk menjadi manusia yang religius, dan ber akhlakul karimah. Dalam proses pembelajaran pun guru diberi tugas untuk memberikan ilmuilmu yang bernafaskan religius, akan tetapi pada kenyataannya masih saja terdapat peserta didik yang melakukan pelanggaran-pelanggaran sehingga usaha guru untuk memberikan wejangan atau ilmu yang bernafaskan islam seperti sia-sia saja, padahal kegiatan semacam ini sangatlah berpengaruh

9 terhadap pola perilaku peserta didik dimana pada masa-masa SMA sangatlah labil dan gampang sekali terpengaruh. Akan tetapi masih saja pelanggaranpelanggaran tersebut dengan mudah dilanggar oleh para peserta didik. Hal ini terjadi akibat dari kurangnya kesadaran dari dalam diri peserta didik untuk tertib dan mematuhi aturan yang berlaku. Karena mereka tidak berfikir bahwa taat peraturan itu sebagai kebutuhan akan tetapi mereka berfikir taat peraturan sebagai suatu beban yang sangat berat sehingga peserta didik dengan mudahnya melanggar peraturan yang telah dibuat oleh sekolah. Sikap-sikap tersebut dapat dikurangi apabila pihak sekolah benar-benar menegakkan peraturan secara ketat dan intensif kepada peserta didik sehingga ruang gerak peserta didik terbatas untuk melakukan pelanggaran. Diantaranya melalui kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran dengan banyak memberikan pemahaman tentang pelanggaran tata tertib dan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang mengacu pada nilai-nilai religius. Dan perlu adanya kerjasama dari semua kalangan baik itu peserta didik, wali murid serta perangkat sekolah dan lingkungan dimana tempat bergaulnya peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui tentang Bagaimanakah Pengaruh Lingkungan Sekolah Berbasis Religius Terhadap Tingkat Pelanggaran Tata Tertib Di SMA Muhamadiyah 1 Kota Metro Tahun Ajaran 2012-2013. B. Identifikasi masalah

10 Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Peran guru masih kurang 2. Perhatian orang tua kepada anak masih kurang 3. Pengaruh teman sebaya dalam pelanggaran tata tertib sekolah 4. Banyaknya peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah 5. Rendahnya kesadaran peserta didik dalam mentaati peraturan sekolah 6. Kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan sekolah yang bersifat religius C. Pembatasan masalah Mengingat luasnya cakupan kajian permasalahan, dan untuk lebih sistematis serta terfokus penelitian, maka pembatasan masalah yang dijadikan topik kajian pada penelitian ini adalah Pengaruh Sekolah Berbasis Religius Terhadap Pelanggaran Tata Tertib Di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro Tahun Ajaran 2012-2013. D. Rumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : Adakah Pengaruh Lingkungan Sekolah Berbasis Religius Terhadap Tingkat Pelanggaran Tata Tertib Di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro Tahun Ajaran 2012-2013?. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

11 1. Tujuan penelitian Peneliti bertujuan untuk menjelaskan Pengaruh Lingkungan Sekolah Berbasis Religius Terhadap Tingkat Pelanggaran Tata Tertib Di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro Tahun Ajaran 2012-2013. 2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis Penelitian teoritis ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji Pengaruh Lingkungan Sekolah Berbasis Religius Terhadap Tingkat Pelanggaran Tata Tertib yang berhubungan dengan nilai moral dan etika peserta didik di lingkungan sekolah b. Kegunaan praktis 1. Sebagai informasi tentang pengaruh lingkungan sekolah berbasis religius terhadap pelanggaran tata tertib. 2. Meningkatkan wawasan tentang pentingnya mengikuti kegiatan kurikulum yang berlaku di sekolah. 3. Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi secara teoritis serta bahan acuan dan pertimbangan penelitian selanjutnya. F. Ruang Lingkup Penelitian

12 1. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup ini adalah ruang lingkup pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan, karena mengkaji tentang etika dan moral para peserta didik di lingkungan sekolah terutama sekolah yang berbasiskan religius. 2. Ruang Lingkup Objek Ruang lingkup penelitian ini adalah Pengaruh Lingkungan Sekolah Berbasis Religius Terhadap Tingkat Pelanggaran Tata Tertib Di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro. 3. Ruang lingkup subjek Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 10 dan 11 di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro tahun pelajaran 2012-2013. 4. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro. 5. Ruang lingkup waktu Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 3 Mei 2013 sampai dengan selesainya penelitian ini pada tanggal 3 Juni 2013.