BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan terjadinya berbagai bentuk bencana. Selain itu, dimata dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang terjadi pada masyarakat, seperti dalam menghadapi bahaya

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang paling rawan bencana alam di dunia, menurut UNISDR (United

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bencana banjir termasuk bencana terbesar di dunia. Data Guidelines for Reducing Flood

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. membuat bencana bisa saja sewaktu-waktu datang oleh karena itu perlu kebijakan

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menggunakan teknologi semaksimal mungkin agar dapat

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan laporan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki wilayah negara yang sangat luas. Terbentang mulai dari 6 0 LU

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KUPANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

`BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan, baik oleh masyarakat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENANGGULANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

Latar Belakang. Sejumlah peraturan negara mengamanatkan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang efektif:

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KONTIJENSI TSUNAMI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi masyarakat baik secara material maupun non material. Kehilangan

KAJIAN TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

RANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki tantangan yang cukup besar dalam menyikapi keadaan geografis wilayahnya. Kondisi geografis Indonesia sangat memungkinkan terjadinya berbagai bentuk bencana. Selain itu, dimata dunia Indonesia dikenal dengan negara paling rawan bencana. United Nations Internasional Stategy for Disaster Reduction (UNISDR) yang merupakan salah satu Badan PBB yang bergerak dibidang strategi internasional pengurangan resiko bencana menyatakan bahwa dilihat dari jumlah korban meninggal akibat bencana alam, Indonesia menduduki peringkat teratas untuk beberapa jenis bencana. Jenis bencana yang dimaksud diantaranya: 1. Bencana Tsunami : Peringkat Pertama Dari 265 Negara 2. Tanah Longsor : Peringkat Pertama Dari162 Negara 3. Gempa Bumi : Peringkat Ketiga Dari 153 Negara 4. Bencana Banjir : Peringkat Keenam Dari 162 Negara Dari data di atas, dapat dilihat bahwa di Indonesia jumlah korban bencana yang meninggal masih tinggi. Sehingga dapat diartikan bahwa kesiapsiagaan bencana di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara lainnya di dunia. Maka dari itu, Pencegahan dan kesiapsiagaan bencana masyarakat di seluruh provinsi di Indonesia perlu dilaksanakan. Termasuk salah satunya adalah Provinsi Bali. Wilayah Bali juga memiliki potensi terjadi bencana. Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

2 memiliki karakteristik geografis yang berbeda-beda, dengan potensi bencana yang beragam. Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Badung. Beberapa tahun terakhir ini hampir seluruh wilayah di Badung mengalami bencana. Hal ini tentu saja menimbulkan kerugian pada aspek perekonomian dan aspek psikologi korban bencana tersebut. Berikut ini terdapat rekapitulasi bencana yang sering terjadi di wilayah Kabupaten Badung. Tabel 1. Rekapitulasi Bencana BPBD Kabupaten BadungTahun 2012-2014 NO JENIS BENCANA JUMLAH KEJADIAN 2012 2013 2014 1 Kebakaran 86 67 114 2 Tanah Longsor 14 2 14 3 Pohon Tumbang 97 19 24 4 Bangunan Roboh/Rusak 52 6 0 5 Senderan /Galian Pipa Jebol 13 14 12 6 Banjir 11 1 2 7 Atap Jatuh/Genteng Roboh 18 0 1 8 Kecelakaan Lalu Lintas 1 17 1 9 Orang Tenggelam 7 8 1 10 Kejadian Bencana Lainnya 23 8 10 JUMLAH 322 142 179 Sumber: BPBD Kabupaten Badung Dari tabel di atas, maka dapat kita lihat bahwa bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Badung tidak dapat diprediksi tingkat kejadiannya dari tahun ke tahun. Walaupun di tahun 2013 mengalami penurunan jumlah kasus, namun di 2014 kembali mengalami peningkatan jumlah kasus bencana. Sehingga, hal ini tetap memerlukan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dari pemerintah dan masyarakatnya.

3 Dalam upaya penanganan Penanggulangan Bencana ini, Pemerintah Pusat telah membuat suatu kebijakan publik yaitu dengan membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB dibentuk sebagai salah satu Lembaga non dapertemen setingkat Menteri. Sementara, karena Indonesia menerapkan sistem otonomi daerah sesuai dengan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka dibentuk BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) baik untuk tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Badan ini memiliki tanggung jawab dalam penanggulangan bencana di daerah, dimana pembentukannya adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Di Kabupaten Badung terdapat pula BPBD yang berdiri sejak tahun 2011. Pembentukan BPBD ini berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Selama ini penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayah Kabupaten Badung dikoordinir oleh BPBD Kabuapten Badung. Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana terjadi. Melihat potensi bencana di Kabupaten Badung, keberadaan pelayanan pra/sebelum bencana sangat penting. Hal ini karena dengan penyelenggaraan pelayanan sebelum bencana ini, setidaknya ada suatu upaya dalam hal pencegahan dan kesiapsiagaan bencana yang perlu dilakukan untuk pengurangan resiko bencana itu sendiri.

4 Dalam pelaksanaannya tentu saja terdapat kendala sehingga hasil yang diinginkan belum maksimal. Maka dari itu, dalam manajemen pemerintahan di BPBD Kabupaten Badung, perlu melakukan suatu evaluasi kinerja. Dimana selanjutnya akan menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya keberhasilan BPBD dalam pelaksanaan pelayanan bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana dan seberapa efektifkah kinerja BPBD selama ini serta apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemui dalam menjalankan pelayanan tersebut. Maka dari itu, penulis mengadakan suatu penelitian untuk dapat memahami lebih lanjut tentang Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dan faktor pendukung serta penghambat yang ditemui dalam memberikan layanan penanggulangan bencana kepada masyarakat, khususnya dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tahun 2014. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan suatu masukan yang nantinya mempengaruhi pula pada keberlangsungan organisasi yang telah didirikan ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut ini: 1.2.1 Bagaimana evaluasi kinerja BPBD Kabupaten Badung dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana tahun 2014?

5 1.2.2 Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemui BPBD Kabupaten Badung dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana selama tahun 2014? 1.3 Batasan Masalah Fokus penelitian ini adalah pembahasan masalah yang berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi kinerja dari BPBD Kabupaten Badung khususnya dalam pelaksanaan pelayanan bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana. Hal ini karena dari seluruh pelayanan yang diberikan oleh BPBD Kabupaten Badung sebagian besar kegiatan yang dilakukan adalah dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana sehingga hal ini memerlukan suatu evaluasi kinerja untuk lebih baik ke depannya. Selain itu batasan waktu yang digunakan adalah pada tahun 2014. Hal ini karena evaluasi kinerja tahun 2014 adalah evaluasi yang terbaru sehingga data yang diperlukan lebih mudah diakses. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran aktual tentang evaluasi kinerja dari BPBD Kabupaten Badung dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada Tahun 2014. b. Tujuan Khusus

6 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana di daerah Kabupaten Badung pada tahun 2014. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Faktor Pendukung dan Penghambat yang ditemui BPBD Kabupaten Badung dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tahun 2014. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Mengetahui Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tahun 2014. b. Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat yang ditemui dalam BPBD Kabupaten Badung dalam bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tahun 2014. c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian tentang Evaluasi Kinerja suatu Badan di tingkat pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan di bidang sosial terutama dalam Penanggulangan Bencana.

7 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Badung yang dapat dijadikan bahan evaluasi suatu organisasi perangkat daerah atau Badan, sehingga kedepannya keberadaan Organisasi ini dapat lebih baik, dapat lebih dikenal masyarakat serta dapat lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama. b. Dalam penelitian ini, diharapkan menghasilkan informasi yang dapat menjelaskan kepada masyarakat mengenai tingkat keberhasilan kinerja suatu Badan dalam proses pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam pelayanan penanggulangan bencana, khususnya pelaksanaan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana di daerah. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan Skripsi ini dilakukan secara sistematis, dimana dalam skripsi ini terdiri atas 5 (lima) bagian. Bagian pertama yaitu Bab pendahuluan yang menggambarkan latar belakang pengambilan suatu fenomona yang terjadi sehingga mengantarkan pada rumusan dan batasan masalah. Selain itu terdapat pula tujuan dan manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis. Bagian selanjutnya adalah Bab Tinjauan Pustaka, dimana dalam bagian ini menjabarkan kajian pustaka yang membahas mengenai karya

8 sebelumnya yang terkait dengan tema dan dijabarkan pula kerangka konseptual yang membahas mengenai konsep dan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Bagian selanjutnya adalah Bab Metodologi Penelitian. Bagian ini menjabarkan secara terperinci mengenai metode penelitian yang digunakan yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, unit analisis yang diteliti, teknik penentuan informan, teknik analisis data, teknik pengumpulan data, dan teknik penyajian data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Bagian berikutnya adalah Bab Pembahasan. Dimana dalam bagian ini dijabarkan secara terperinci tentang gambaran umum subjek/objek penelitian, hasil temuan di lapangan dan analisa penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjawab rumusan masalah secara analitis. Bagian yang terakhir adalah Bab Penutup, dimana dalam bagian ini akan mengakhiri skripsi ini dengan menjabarkan dengan jelas terkait kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dan saran yang penulis sampaikan untuk pengembangan penelitian mendatang dan aspek lainnya untuk lebih baik kedepannya. Untuk menghindari adanya penjiplakan, penulis juga tidak lupa mencantumkan daftar pustaka dari sumber-sumber data dan informasi yang mendukung penelitian ini. Selain itu didukung pulang oleh beberapa lampiran sebagai informasi tambahan.