IMPLIKASI KONSEP SEISMIC DESIGN CATEGORY (SDC) ASCE 7-05 TERHADAP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA SESUAI SNI DAN SNI

dokumen-dokumen yang mirip
Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

PENYUSUNAN PETA KATEGORI DESAIN SEISMIK BERDASARKAN RSNI X

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun

RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PORTAL BETON BERTULANG PADA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BANYAK DENGAN TINGKAT DAKTILITAS PENUH DAN ELASTIK PENUH

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI )

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Restu Faizah 1 dan Widodo 2. ABSTRAK

TINJAUAN KOEFISIEN GEMPA DASAR DAN PERENCANAAN GESER BALOK PADA BANGUNAN BERDAKTILITAS PENUH DI INDONESIA TESIS. oleh

3. BAB III LANDASAN TEORI

Peraturan Gempa Indonesia SNI

Pengaruh Penambahan Dinding Geser (Shear Wall) pada Waktu Getar Alami Fundamental Struktur Gedung

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa.

PENGARUH PENETAPAN SNI GEMPA 2012 PADA DESAIN STRUKTUR RANGKA MOMEN BETON BERTULANG DI BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

PERBANDINGAN SPEKTRA DESAIN BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA DALAM SNI GEMPA 2012 DAN SNI GEMPA 2002 (233S)

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

STUDI PERBANDINGAN GAYA GESER DASAR SEISMIK BERDASARKAN SNI DAN SNI STUDI KASUS STRUKTUR GEDUNG GRAND EDGE SEMARANG

LAMPIRAN A. Perhitungan Beban Gempa Statik Ekivalen

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

IMPLIKASI PENGGUNAAN PETA GEMPA 2010 PADA PERENCANAAN GEDUNG DI KOTA YOGYAKARTA

PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN TANPA DAN DENGAN DINDING GESER BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

CALCULATION SHEET FOR FOUNDATION & ANCHOR TAIL PULLEY FRAME COAL CONVEYOR C-1B PLTU LONTAR 3X315 MW

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ABSTRAK

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB I PENDAHULUAN. Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB V ANALISIS KINERJA STRUKTUR

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG 10 LANTAI TAHAN GEMPA PENAHAN MOMEN MENENGAH (SRPMM)

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

GAYA GESER DASAR SEISMIK BERDASARKAN SNI DAN SNI PADA STRUKTUR GEDUNG GRAND EDGE, SEMARANG

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

PERKUATAN SEISMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG MENGGUNAKAN BREISING BAJA TIPE-X TUGAS AKHIR

Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014

DISTRIBUSI BEBAN LATERAL PADA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

Prinsip Desain Bangunan Tinggi Di Wilayah dengan Resiko Gempa Tinggi

ANALISA STRUKTUR GEDUNG DAN KAPASITAS KOLOM AKIBAT BEBAN STATIK EQUIVALEN BERDASARKAN PERATURAN GEMPA 2012

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV ANALISIS STRUKTUR

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

TUGAS TEKNIK GEMPA MENGHITUNG SPEKTRUM SERPON

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG TAK BERATURAN AKIBAT BEBAN GEMPA SNI DAN RSNI X

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

DESAIN BALOK SKYBRIDGE PENGHUBUNG DUA GEDUNG DENGAN BAJA PROFIL BOX DAN IWF FERDIANTO NRP : Pembimbing : Dr. YOSAFAT AJI PRANATA, S.T.,M.T.

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR RUKO 2 ½ LANTAI JL. H. SANUSI PALEMBANG

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI , RSNI 2010 DAN METODE PSHA. Suyadi 1)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

STUDI KOMPARASI STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL WF TERHADAP PROFIL HSS PADA KOLOM STRUKTUR

BAB II STUDI PUSTAKA

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG UNIVERSAL MEDICAL CENTER DI PANDAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA (DUAL SISTEM) Alexander Vedy Christianto ABSTRAK

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DENGAN STRUKTUR BAJA 4 LANTAI PADA DAERAH GEMPA RESIKO TINGGI DENGAN METODE LRFD (LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN)

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG TUNJUNGAN PLAZA V SURABAYA DENGAN METODE SISTEM GANDA. Huriyan Ahmadus ABSTRAK

Transkripsi:

IMPLIKASI KONSEP SEISMI DESIGN ATEGORY (SD) ASE 7-05 TERHADAP PERENANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA SESUAI SNI 1726-02 DAN SNI 2847-02 Rachmat Purwono, Takim Andriono 1 PENDAHULUAN Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir beberapa gempa besar telah melanda wilayah Indonesia, di antaranya Gempa Aceh 2004, Gempa Yogyakarta 2006, dan Gempa Padang 2009. Sebuah pelajaran penting yang dapat diperoleh dari kerusakan berat pada bangunanbangunan beton bertulang akibat gempa-gempa ini pada umumnya bukan karena terlampauinya percepatan getaran gempa pada muka tanah yang direncanakan, tetapi karena kesalahan konsep perencanaan dan kesalahan pelaksanaan (Sukamta, 2009). Rupanya upaya penyuluhan dan pemberlakuan prosedur pemberian ijin mendirikan bangunan sesuai dengan standar tata cara yang sudah ada masih merupakan persoalan tersendiri di Indonesia. Di tengah kondisi seperti tersebut di atas, standar tata cara perencanaan gempa dan struktur beton yang berlaku di Indonesia saat ini (SNI 1726-02 dan 2847-02) justru seakan dituntut untuk berubah mengikuti perkembangan yang terjadi di beberapa negara maju. Pedoman perumusan beban gempa di berbagai negara yang semula mengacu pada Uniform Building ode, UB 1997, seperti halnya SNI 1726-02, kini telah mengikuti American Society of ivil Engineers Standard, ASE 7-05 dan/atau IB 2006, yang pada hakekatnya lebih ketat dan lebih rumit. Pedoman perencanaan struktur beton American oncrete Institute ode, AI 318-08 pun telah disusun dengan mengacu pada ASE 7-05. Menyadari hal ini, sebuah studi dilakukan untuk mempelajari perbedaan mendasar antara UB 1997, SNI 1726-02, dan ASE 7-05 dalam konsep penentuan percepatan getaran gempa pada muka tanah. Hasilnya dipaparkan dalam bagian kedua makalah ini. Selanjutnya dipelajari pula perbandingan besarnya beban geser dasar nominal akibat gempa yang diperoleh dari hasil perhitungan berdasarkan ketiga standar ini yang disajikan pada bagian ketiga tulisan ini dengan mengetengahkan penyebab utamanya yang terletak pada perbedaan penetapan besarnya faktor reduksi gempa, R dan faktor keutamaan gedung, I. Studi parameter semacam ini pernah dilakukan oleh Ghosh (1999) untuk mempelajari dampak penerapan International Building ode (IB) 2000 pada perencanan gempa di wilayah-wilayah yang tadinya menggunakan Uniform Building ode (UB) 1997. Akhirnya, pada bagian keempat makalah ini dibahas upaya penerapan konsep Seismic Design ategory (SD) ASE 7-05 untuk menentukan tipe pendetailan struktur bangunan beton tahan gempa dengan tetap mengacu pada standar tata cara yang berlaku di Indonesia, yakni SNI 1726-02 dan SNI 2847-02. Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 1

2 PERBEDAAN KONSEP ASE 7-05 DAN UB 1997/SNI 1726-02 Perbedaan mendasar antara konsep yang dikembangkan dalam ASE 7-05 dibandingkan dengan konsep UB 1997 dan SNI 1726-02, antara lain adalah: a) Perbedaan penentuan percepatan batuan dasar ASE 7-05 menentukan percepatan batuan dasar berdasarkan probablilitas terlampauinya beban gempa nominal dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 2%. Ini berarti periode ulang gempa rencana yang dipertimbangkan adalah 2475 tahun. Parameterparameter yang digunakan untuk ini adalah S S dan S 1 yang dinyatakan dalam suatu peta kontur sesuai dengan kondisi lokasi tertentu berdasarkan kriteria probabilitas tersebut di atas. Berbeda dengan ASE 7-05, UB 1997 dan SNI 1726-02 memakai konsep wilayah gempa (seismic zone) dengan kriteria zoning berdasarkan peluang dilampauinya beban gempa nominal dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya disebut Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun. Sudah barang tentu fakta ini merupakan perubahan yang mendasar. b) Perubahan respons spektrum gempa rencana ASE 7-05 mengenalkan parameter-parameter untuk menentukan respons spektrum gempa rencana, S DS dan S D1 dengan nilai sebagai berikut: S DS = 2/3 F a S s (1) S D1 = 2/3 F v S 1 (2) di mana F a dan F v masing-masing adalah koefisien tanah untuk waktu getar pendek dan waktu getar 1 detik. Konstanta 2/3 ditetapkan sebagai seismic margin (Praveen, 2005) sehingga besarnya percepatan gempa untuk desain adalah 2/3 dari respons spektrum percepatan Maximum onsidered Earthquake (ME). Pada UB 1997 parameter-parameter tersebut di atas dinyatakan berturut-turut dalam 2.5 a untuk waktu getar alami pendek dan v /T atau disebut v1 apabila waktu getar alami struktur adalah 1 detik. Pada SNI 1726-02 kedua parameter di atas dinyatakan berturut-turut sebagai A m dan A r /T. Untuk keperluan studi komparatif ini, rasio dari nilai parameter-parameter tersebut di atas perlu diketahui. Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 2

c) Perbedaan penetapan tujuan ASE 7-05, UB 1997, dan SNI 1726-02 ASE 7-05 menetapkan tingkat gempa rencana dengan tujuan pada saat dilanda gempa kuat bangunan dapat melindungi jiwa penghuni dan memastikan kerusakan yang terjadi berada pada batas yang masih dapat diperbaiki kembali. Sedangkan UB 1997 dan SNI 1726-02 menetapkan tingkat gempa rencana adalah uuntuk menjamin agar ketika dilanda gempa besar struktur gedung walau mencapai kondisi di ambang keruntuhan tetapi masih dapat berdiri sehingga dapat mencegah jatuhnya korban manusia. Perbedaan penetapan tujuan ini, menimbulkan keingintahuan terhadap parameterparameter apa ASE 7-05 memperketat penetapan tujuan tersebut di atas. 3 PERBEDAAN BESARNYA BEBAN GESER DASAR NOMINAL Besarnya beban geser dasar nominal akibat gempa rencana tidak hanya ditentukan oleh respons spektrum percepatan gempa saja melainkan juga oleh faktor reduksi gempa, R dan faktor keutamaan gedung, I. Rumus yang digunakan untuk menghitung beban geser dasar nominal untuk waktu getar pendek (daerah mendatar pada respons spektrum percepatan) menurut ASE 7-05, UB 1997, dan SNI 1726-02 adalah sebagai berikut: Menurut ASE 7-05 VASE SDS I = R W (3) Menurut UB 1997 VUB 2.5 a I = R W (4) Menurut SNI 1726-02 VSNI Am I = W (5) R a) Studi komparatif rasio maksimum beban geser dasar menurut ASE terhadap UB V s R I x x v 2.5 R I ASE DS UB ASE UB a ASE UB (6) Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 3

menurut ASE terhadap SNI VASE SDS RSNI IASE = x x (7) VSNI Am RASE ISNI Tampak jelas dari rumus (6) dan (7), bahwa rasio beban geser merupakan perkalian tiga komponen utama, yaitu: (i) rasio komponen percepatan muka tanah SDS SDS SD1 SD1 atau, atau 2.5 a Am v Ar1 (ii) rasio komponen faktor reduksi gempa RSNI RASE atau RUB RASE (iii) rasio komponen faktor keutamaan gedung IASE ISNI atau IASE IUB b) Tabel-tabel L.1 sampai dengan L.4 pada lampiran makalah ini menunjukkan hasil perhitungan rasio komponen percepatan muka tanah seperti tersebut pada Butir 3.(i). Ternyata nilai rasio ASE terhadap UB maupun SNI berada di bawah 1.0 kecuali beberapa yang sama dengan 1.0. c) Pemeriksaan terhadap rasio komponen faktor reduksi gempa, R seperti tersebut pada Butir 3.(ii) untuk berbagai jenis struktur menunjukkan rasio komponen ini menurut ASE 7-05 terhadap UB 1997 maupun SNI 1726-02 bisa mencapai sekitar 0.9-1.2. d) Pemeriksaan terhadap rasio komponen faktor keutamaan gedung juga menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan, yakni untuk rasio ASE terhadap SNI pada kategori okupansi III (ASE 7-05) : IASE 1.25 = = 1.25 ISNI 1.00 sedangkan untuk rasio ASE terhadap UB pada kategori okupansi IV (ASE 7-05) : Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 4

IASE I UB = 1.50 = 1.2 1.25 e) Apabila perbedaan-perbedaan nilai rasio tersebut di atas dimasukkan ke rumus (6) dan (7), maka diperoleh V ASE cenderung lebih besar daripada V UB maupun V SNI seperti diperlihatkan dalam ambang batas (on the upperbound) perhitungan sebagai berikut: V ASE = 0.89 x 1.2 x 1.25 = 1.33 V SNI V ASE = 0.92 x 1.2 x 1.20 = 1.32 V UB f) Temuan ini menyarankan perlu adanya koreksi darurat pada SNI 1726-02, karena V ASE bisa bernilai 33% lebih tinggi (upper bound) dari V SNI yang dihitung dengan SNI 1726-02. Untuk mengupayakan agar V SNI bisa menyamai V ASE maka disarankan agar SNI 1726 memakai I ASE (Tabel 11.5.1 ASE 7-05) sebagai pengganti faktor keutamaan gedung yang biasa dipakai (Tabel 1 SNI 1726-02). Memakai nilai R ASE (Tabel 12.2.1 ASE 7-05) sebagai pengganti nilai R SNI (Tabel 3 SNI 1726-02) 4 PENERAPAN KONSEP SEISMI DESIGN ATEGORY (SD) UNTUK PERENANAAN STRUKTUR BETON BERDASARKAN SNI 1726-02 dan SNI 2847-02 Dalam AI 318, baik terbitan tahun 2002, 2005, maupun 2008 selalu menyajikan tabel seperti Tabel 1 yang menunjukkan korelasi antara tingkat resiko wilayah gempa dengan kategori pendetailan struktur penahan gempa, yaitu Seimic Design ategory (SD) A yang sederhana meningkat ke yang ketat atau khusus. ASE 7-05 menggunakan parameter respons spektrum percepatan S S dan S 1 (dilengkapi dengan peta kontur) sebagai dasar penentuan S DS dan S D1. Parameter S DS dan S D1 inilah yang kemudian digunakan untuk menentukan kategori pendetailan SD. Oleh karenanya pengelompokan nilai S S dalam < 0.25g, 0.50, 0.75, 1.00, >1.25g menurut hemat penulis berdasarkan korelasi pada Tabel 1 dapat dikorelasikan dengan Seismic Zone 1, 2A, 2B, 3, dan 4. Rasio perbedaan nilai parameter dapat dilihat seperti disajikan pada Tabel L.1 sampai dengan L.4. Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 5

Tabel 1 Korelasi antara Konsep SD dan Wilayah Gempa (Seismic Zone) (sumber : Tabel R.1.1.9.1 AI 318-08) ode, standard, or resource document and edition AI 318-08, IB 2000, 2003,2006, NFPA 5000, 2003, 2006 ASE 7-98, 7-02, 7-05 NEHRP 1997, 2000, 2003 BOA National Building ode 1993, 1996, 1999 Standard Building ode 1994, 1997, 1999, ASE 7-93, 7-95 NHERP 1991, 1994 Uniform Building ode 1991, 1994, 1997 Level of seismic risk or assigned seismic performance or design categories as defined in the ode SD* A,B SD,E,F SP** A,B SP SP D,E Seismic Zone Seismic Zone Seismic Zone 0,1 2 3,4 * SD : Seismic Design ategory as defined in ode, Standard, or Resource Document **SP : Seismic Performance ategory as defined in ode, Standard, or Resource Document a. Arti Seismic Design ategory (SD) Dalam AI 318-99 (Section 21.2.1.2) pendetailan Sistem Struktur Penahan Gempa (SSPG) ditentukan oleh Seismic Zone atau tingkat resiko gempa sebagai berikut: Lokasi SSPG Tingkat Resiko Gempa Syarat Pendetailan SSPG Zone 1 Zone 2A, 2B Rendah Menengah Tinggi Menengah Tinggi SSPG Biasa SSPG Moderat SSPG Khusus SSPG Moderat SSPG Khusus Zone 3 Tinggi SSPG (harus) Khusus Persyaratan tersebut di atas dalam AI 318-08 sudah tidak dipergunakan lagi. Sebagai gantinya persyaratan pendetailan SSPG ditentukan berdasarkan Seismic Design ategory (SD) A-F. Perlu dijelaskan, bahwa dalam SNI 1726-02 tidak dikenal SD E dan F, sehingga SD yang akan dikenalkan untuk diterapkan dalam SNI 1726-02 berdasarkan nilai A m dan A r (lihat Tabel L.4 dan L.5) adalah SD A-D, di mana pada prinsipnya: equivalen dengan SSPG Khusus SD equivalen dengan SSPG Moderat SD B equivalen dengan SSPG Biasa dengan tambahan beberapa syarat SD A equivalen dengan Sistem Struktur Biasa Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 6

b. Parameter Pengganti S DS dan S D1 dalam menentukan SD Sebagaimana disebutkan sebelumnya ASE 7-05 memakai nilai parameter S DS dan S D1 (tersaji dalam Tabel 11.6.1 dan 11.6.2) untuk menentukan jenis SD A sampai F. Tulisan ini memakai nilai A m dan A r /T yang dipakai dalam SNI 1726-02 sebagai pengganti S DS dan S D1 untuk menentukan jenis pendetailan struktur SD A sampai dengan. Dari Tabel L.3 dan Tabel L.4 terlampir terdapat perbedaan nilai S DS dan A m, maka perlu ditentukan koefisien penyetaraan nilai S DS terhadap A m dan nilai S D1 terhadap A r1 (A r pada T = 1.0 detik). Dengan bantuan Tabel L.3 dan L.4 dapat dihitung koefisien penyetaraan yang hasilnya dicantumkan sebagai catatan kaki Tabel L.5 sampai dengan L.8, di mana nilai SD A-D disusun atas dasar A m dan A r1. c. SD dalam Repons Spektrum Gempa Rencana SNI 1726-02 Dengan memanfaatkan gambar Respons Spektrum Percepatan SNI 1726-02 untuk 6 wilayah gempa di Indonesia dapat dilakukan pemeriksaan terhadap nilai yang memenuhi klasifikasi yang diperlihatkan Tabel L.5 sampai dengan L.8. Setiap kurva diberi warna tertentu untuk menunjukkan SD yang berlaku seperti tampak pada Gambar 1 dan 2. Kurva warna merah menunjukkan, kurva warna hijau menunjukkan SD dan seterusnya seperti terlihat pada catatan tentang arti warna yang terletak di bagian bawah Gambar 1 dan 2. Setelah mengetahui jenis SD mana yang tepat untuk sebuah struktur bangunan penahan gempa tertentu, maka selanjutnya sesuai dengan AI 318-08 Tabel R.21.1.1 jenis SD tersebut wajib mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Pasal 23 SNI 2847-02 seperti tampak pada Tabel 2. Merujuk pada Gambar 1, tampak bahwa bangunan dengan Kategori Okupansi I, II, dan III yang berlokasi pada Wilayah Gempa 4, 5, dan 6 (dengan kondisi tanah apapun) harus direncanakan dengan jenis pendetailan menurut Seismic Design ategory (SD) D. Hal ini berbeda dengan persyaratan sebelumnya yang ditetapkan, baik oleh AI 318-99 maupun SNI 2847-02, di mana untuk Wilayah Gempa 4 dan 5 (Zone 2A dan 2B pada UB 1997) yang termasuk wilayah dengan tingkat resiko gempa moderat, pemakaian Sistem Struktur Penahan Gempa Menengah masih diijinkan. Selain itu, memperhatikan Gambar 2, tampak pula bahwa untuk bangunan gedung yang termasuk Kategori Okupansi IV yang terletak di atas tanah sedang dan lunak, harus digunakan sekalipun bangunan berada pada Wilayah Gempa 2. d. SD dalam Peta Wilayah Gempa Indonesia menurut SNI 1726-02 Dalam bentuk yang lain konsep SD dapat diaplikasikan dengan memanfaatkan keberadaan peta wilayah gempa Indonesia. Sebagai contoh peta SD untuk wilayah Sumatra dan Jawa untuk Kategori Okupansi I, II, dan III diperlihatkan pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3 berlaku untuk kondisi (S E ) sedangkan Gambar 4 berlaku untuk kondisi dan sedang (S dan S D ). Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 7

Tabel 2 Ketentuan Pasal 23 SNI 2847-02 Yang Harus Dipenuhi* (dimodifikasi dari Tabel 21.1.1 AI 318-08) Komponen Penahan Beban Seismic Design ategory Gempa, Kecuali Dinyatakan Lain A B D Persyaratan analisis 23.2.2 23.2.2 23.2.2 dan desain 23.2.3 Bahan 23.2.4 TA TA 23.2.6 Elemen Struktur Rangka 23.3, 23.4 23.2.1.2 23.10 Tidak Ada 23.5 Struktur Dinding dan (TA) Balok Perangkai TA TA 23.6 Struktur Diafragma dan Rangka Batang TA TA 23.7 Fondasi TA TA 23.8 Elemen Struktur Rangka yang tidak direncanakan memikul beban gempa TA TA 23.9 *) sebagai tambahan persyaratan Pasal 3-20 kecuali yang diatur lain oleh Pasal 23 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Wilayah Gempa 1 SD A SD A SD B tanah sedang 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 - Wilayah Gempa 2 SD SD B SD B tanah sedang Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 8

Wilayah Gempa 3 Wilayah Gempa 4 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 SD SD tanah sedang. 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 tanah sedang Wilayah Gempa 5 Wilayah Gempa 6 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 tanah sedang 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 tanah sedang SD - D SD - B SD - SD - A Gambar 1 SD di lokasi S, S D, dan S E dengan Kategori Okupansi I, II, III Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 9

1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Wilayah Gempa 1 SD A SD A SD tanah sedang 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 - Wilayah Gempa 2 SD tanah sedang Wilayah Gempa 3 Wilayah Gempa 4 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 SD tanah sedang. 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 tanah sedang Wilayah Gempa 5 Wilayah Gempa 6 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 tanah sedang 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 tanah sedang Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 10

SD - D SD - SD - B SD - A Gambar 2 SD di lokasi S, S D, dan S E dengan Kategori Okupansi IV - SD B - SD - Gambar 3 Peta SD Sumatra dan Jawa (Kondisi Tanah Lunak Soil Type S E ) untuk Kategori Okupansi I, II, III - SD A - SD B - SD - Gambar 4 Peta SD Sumatra dan Jawa (Kondisi Tanah Keras & Sedang Soil Type S dan S D ) untuk Kategori Okupansi I,II,III Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 11

5 KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi komparatif awal dan singkat ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: a) Berbeda dengan UB 1997 dan SNI 1726-02 yang masih memakai peta wilayah gempa (seismic zone) dengan 10% kemungkinan terlampaui dalam kurun waktu 50 tahun, ASE 7-05 telah menggunakan peta kontur gempa yang rinci dengan parameter S S dan S 1 (mapped Maximum onsidered Earthquake) dengan 2% probabilitas terlampaui dalam 50 tahun umur bangunan. Namun pada dasarnya prosedur menghitung beban gempa nominal pada ASE 7-05 dapat dikatakan tak jauh berbeda dengan prosedur UB 1997 dan SNI 1726-02. b) Beban geser dasar akibat gempa rencana sesuai ASE 7-05 menunjukkan kecenderungan lebih besar secara cukup signifikan apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan menurut SNI 1726-02. Keadaan ini tentu dapat berakibat sistem struktur penahan gempa menjadi under-designed. c) Untuk membuat beban geser dasar yang dihitung dengan dua standar ini setara, maka disarankan agar nilai faktor reduksi gempa dan nilai faktor keutamaan gedung pada SNI 1726-02 disesuaikan dengan nilai-nilai yang ditetapkan dalam ASE 7-05. d) Dalam rangka menyederhanakan penerapan konsep Seismic Design ategory (SD) pada perencanaan struktur bangunan berdasarkan SNI 1726-02, maka perencana dapat menggunakan Respons Spektrum Percepatan yang ada dalam SNI 1726-02, yang telah ditandai dengan warna dan notasi SD yang sesuai (lihat Gambar 1 dan 2). Perencana dapat juga memakai peta SD yang contohnya diperlihatkan pada Gambar 3 dan 4. e) Penerapan konsep SD versi SNI ini pada perencanaan struktur bangunan beton penahan gempa harus terikat pada ketentuan-ketentuan spesifik dalam Pasal 23 SNI 2847-02 sebagaimana tercantum pada Tabel 2. DAFTAR PUSTAKA Sukamta (2009), Newsletter Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), Vol 20, Juli November 2009. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, SNI-1726-2002, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Standar Tata ara Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-02, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Uniform Building ode (UB)1997, Vol 2, hapter 16, International ouncil of Building Officials (IBO). Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 12

Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, ASE Standard ASE/SEI 7-05, American Society of ivil Engineers. Building ode Requirements for Structural oncrete (AI 318-08) and ommentary, American oncrete Institute. Ghosh (1999), Impact of Seismic Design Provisions of 2000 IB: omaparison with 1997 UB, SEAO onvention 1999. Malhotra (2005), Return Perios of Design Ground Motions, Seismological Research Letters, Vol. 76, No. 6, November/December 2005. Daftar Notasi ASE 7-05 UB 1997 SNI 1726-02 F a = short-period site coefficient (at 0.2 sec) Section 11.4.3 F v = long-period site coefficient (at 1 sec) Section 11.4.3 I = the importance factor in Section 11.5.1 R = response modification coefficient Table 12.2-1, 12.14-1, 15.4-1, or 15.4-2 S s = mapped ME, 5% damped spectral response acceleration parameter at short periods Section 11.4.1 S 1 = mapped ME, 5% damped spectral response acceleration parameter at a period of 1 second Section 11.4.1 S DS = design, 5% damped, spectral response acceleration parameter at short periods - Section 11.4.4 S D1 = design, 5% damped, spectral response acceleration parameter at a period of 1 second Section 11.4.4 T V = the fundamental period of the building = total design lateral force or shear at the base W = effective seismic weight of the building a = seismic coefficient as set forth in Table 16-Q v = seismic coefficient as set forth in Table 16-R I = importance factor given in Table 16-K R = numerical coefficient representative of the inherent overstrength and global ductility capacity of lateralforce-resisting systems Table 16-N or 16-P T = elastic fundamental period of vibration, in seconds, of the structure in the direction under consideration V = the total design lateral force or shear at the base W = the total seismic dead load defined in Section 1630.1.1 Z = seismic zone factor as given in Table 16-I A m = percepatan respons maksimum atau faktor respons gempa maksimum pada spektrum respons gempa rencana A r = pembilang pada persamaan hiperbola faktor respons gempa pada spektrum respons gempa rencana = faktor respons gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya bergantung pada T I = faktor keutamaan gedung R = faktor reduksi gempa T = waktu getar alami struktur gedung V = beban (gaya) geser dasar nominal statik ekuivalen yang bekerja di tingkat dasar gedung W = berat total bangunan Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 13

LAMPIRAN (Tabel L.1 s.d L.8): Tabel L.1. Rasio S DS (ASE 7-05) terhadap 2.5 a (UB 1997) Soil Type SA SB S SD SE Ss (ASE 7-05) atau Z (UB 1997) Ss Z Rasio Ss Z Rasio Ss Z Rasio Ss Z Rasio Ss Z Rasio 0.25 0.075 (1):(2) 0.50 0.150 (4):(5) 0.75 0.200 (7):(8) 1.00 0.300 (10):(11) 1.25 0.400 (13):(14) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) 0.133 0.150 0.89 0.267 0.30 0.89 0.400 0.400 1.00 0.533 0.600 0.89 0.667 0.800 0.83 0.167 0.200 0.83 0.333 0.38 0.89 0.500 0.500 1.00 0.667 0.750 0.89 0.833 1.000 0.83 0.200 0.225 0.89 0.400 0.45 0.89 0.550 0.600 0.92 0.667 0.825 0.81 0.833 1.000 0.83 0.267 0.300 0.89 0.467 0.55 0.85 0.600 0.700 0.86 0.733 0.900 0.81 0.833 1.100 0.76 0.417 0.475 0.88 0.567 0.75 0.76 0.600 0.850 0.71 0.600 0.900 0.67 0.750 0.900 0.83 Tabel L.2. Rasio S D1 (ASE 7-05) terhadap v (UB 1997) Soil Type SA SB S SD SE S1 (ASE 7-05) atau Z (UB 1997) S1 Z Rasio S1 Z Rasio S1 Z Rasio S1 Z Rasio S1 Z Rasio 0.1 0.075 (1):(2) 0.20 0.150 (4):(5) 0.3 0.200 (7):(8) 0.40 0.300 (10):(11) 0.5 0.400 (13):(14) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) 0.053 0.060 0.89 0.107 0.120 0.89 0.160 0.160 1.00 0.213 0.240 0.89 0.267 0.320 0.83 0.067 0.080 0.83 0.133 0.150 0.89 0.200 0.200 1.00 0.267 0.300 0.89 0.333 0.400 0.83 0.113 0.130 0.87 0.213 0.250 0.85 0.300 0.320 0.94 0.373 0.450 0.83 0.433 0.560 0.77 0.160 0.180 0.89 0.267 0.320 0.83 0.360 0.400 0.90 0.427 0.540 0.79 0.500 0.640 0.78 0.233 0.260 0.90 0.427 0.500 0.85 0.560 0.640 0.88 0.640 0.840 0.76 0.800 0.960 0.83 Tabel L.3. Rasio S DS (ASE 7-05) terhadap Am (SNI 1726-02) Soil Type S SD SE Ss (ASE 7-05) dan A0 (SNI 1726-02) Ss A0 Rasio Ss A0 Rasio A0 Ss Rasio 0.50 0.150 (1):(2) 0.75 0.200 (4):(5) 0.300 1.00 (7):(8) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0.40 0.45 0.89 0.50 0.60 0.83 0.83 0.67 0.80 0.47 0.58 0.80 0.60 0.70 0.86 0.90 0.73 0.81 0.57 0.75 0.76 0.60 0.85 0.71 0.95 0.60 0.63 Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 14

Soil Type SA SD SE Tabel L.4. Rasio S D1 (ASE 7-05) terhadap A r (SNI 1726-02) Ss (ASE 7-05) dan A0 (SNI 1726-02) S1 A0 Ratio S1 A0 Ratio S1 A0 Ratio 0.20 0.150 (1):(2) 0.30 0.200 (4):(5) 0.40 0.300 (7):(8) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0.21 0.23 0.93 0.300 0.30 1.00 0.373 0.42 0.89 0.27 0.33 0.81 0.360 0.42 0.86 0.427 0.54 0.79 0.43 0.75 0.57 0.560 0.85 0.66 0.640 0.95 0.67 Tabel L.5. Seismic Design ategory (SD) berdasarkan A m * untuk tanah jenis tanah S c (keras) dan S D (sedang) Nilai Am Am < 0.20 0.20 < Am < 0.40 0.40 < Am < 0.60 Am > 0.60 Kategori Okupansi (ASE) I atau II III IV A A A B B D D D D * Koefisien penyetaraan = 0.83 Tabel L.6. Seismic Design ategory (SD) berdasarkan A m * untuk tanah jenis tanah S E (lunak) Nilai Am Am < 0.24 0.24 < Am < 0.47 0.47 < Am < 0.71 Am > 0.71 * Koefisien penyetaraan = 0.7 Kategori Okupansi (ASE) I atau II III IV A A A B B D D D D Tabel L.7. Seismic Design ategory (SD) berdasarkan A r * untuk tanah jenis tanah S c (keras) dan S D (sedang) Nilai Ar1 Ar1 < 0.076 0.076 < Ar1 < 0.15 0.15 < Ar1 < 0.23 Ar1 > 0.23 * Koefisien penyetaraan = 0.88 Kategori Okupansi (ASE) I atau II III IV A A A B B D D D D Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 15

Tabel L.8. Seismic Design ategory (SD) berdasarkan A r * untuk tanah jenis tanah S E (lunak) Nilai Ar1 Am < 0.11 0.11 < Am < 0.21 0.21 < Am < 0.32 Am > 0.32 * Koefisien penyetaraan = 0.63 Kategori Okupansi (ASE) I atau II III IV A A A B B D D D D Makalah ini disampaikan dalam rangka diseminasi informasi melalui Seminar HAKI. Isi makalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis, dan tidak mewakili pendapat HAKI. Seminar dan Pameran HAKI 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 16