Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA 1 MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

MENGANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMP N 2 MOJOSONGO BOYOALI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Akademi Kebidanan dan Keperawatan Bhakti Husada Bekasi. Abstrak

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA N 1 KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMA KABUPATEN SIJUNJUNG. Elda Yusefni (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP SEKS PRANIKAH KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 BAMBANGLIPURO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: )

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman 29-36

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: YULIANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Transkripsi:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 The Influence Factors Of Adolescent s Motivation In Preventing Intercourse In Premarital At SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin 2012 Nirma Yunita 1, Muhammad Noor 2, Safril 3 1 STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Bati-Bati, Kalimantan Selatan 3 BAPELKES Banjarbaru, Kalimantan Selatan Abstract In Indonesia under permissive and courageous behavior of adolescent resulted premarital pregnancies cases increased from year to year, it reaches 2.3 million and 30% are committed by teenagers. In 2002-2004 the Unwanted Pregnancy (KTD) cases have increased 100% to children of junior high school age up to university students age (ages of 10-21 years). Research objectives to know the factors that influence the motivation of adolescent in preventing intercourse of premarital at SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin. The study design was analytical research with Cross Sectional. The analysis used the chi square. The research result was found that lack knowledge in preventing intercourse premarital had 37 people (49,3%), quite knowledge as many as 27 people (36%), and good knowledge as many as 11 people (14,7%). The research result of lack perception in preventing premarital sexual relations as many as 47 people (62,7%), quite perception as many as 19 people (25,3%), and good perception as many as 9 people (12%). The research results of negative attitudes in preventing premarital sexual relations had 44 people (58,7%), and positive attitude as many as 31 people (41,3%). The research results of negative motivation in preventing premarital sexual relations as many as 48 people (64%), and positive attitude as many as 27 people (36%). From the research results were found that there was relationship among knowledge, perception, and attitudes with motivation of adolescent in preventing intercourse in premarital. The results of statistical tests on the significance of 0,000 (p < 0,05). Keywords : knowledge, perception, attitude, motivation, Intercourse premarital Pendahuluan Remaja adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang berada di antara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada rentang usia remaja, seseorang mengalami perubahan, baik fisik maupun psikologis. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu. Misalnya, tanpa diajari, seorang remaja sudah bisa berkencan ketika organ-organ seks telah tumbuh. Sikap, perasaan, serta pikiran mereka telah berkembang (telah ada ketertarikan dengan lawan jenis) (1). Fenomena-fenomena remaja dimana sangat merajalela, hal ini disebabkan karena lemahnya nilai-nilai agama sebagai salah satu alat kontrol bagi remaja untuk tidak pranikah, sehingga pemahamannya tentang agama yang baik mempunyai kontrol dalam diri mereka sendiri. Kasus yang di laporkan berasal dari 32 provinsi dengan jumlah tertinggi di DKI Jakarta. Survei oleh WHO tentang pendidikan seksual membuktikan, pendidikan seksual bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seksual (intercourse) pranikah, yang berarti pula mengurangi tertularnya penyakit-penyakit akibat hubungan seksual (intercourse) pranikah. Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya pengguguran kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau terjangkitnya penyakit menular seksual, HIV yang kini sudah mendekam di tubuh ratusan orang di Indonesia (2). Dalam buku pernikahan dini, Delima Generasi Extravagansa, hampir 80% remaja diluar nikah dengan pacarnya dalam jangka 1

kurang dari satu tahun.kasus KTD (kehamilan tidak diinginkan) yang terjadi 30% pada remaja (3). Informasi mengenai seksual dicoba untuk dipenuhi dengan cara membahas bersama teman-teman, buku-buku tentang seksual atau mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau berhubungan seksual (intercourse). Oleh karena itu, hal yang paling membahayakan adalah bila informasi yang diterima remaja berasal dari sumber yang kurang tepat sehingga akhirnya remaja menginterprestasikan kurang tepat, akibat dari kekurang pahaman remaja terhadap masalah seputar seksual (4). Prilaku permisif dan berani pada remaja melakukan hubungan seksual mengakibatkan kecenderungan remaja pranikah, dan tidak menutup kemungkinan terjadi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), pernikahan dini, aborsi tidak aman, perdarahan, kematian, terkena penyakit infeksi saluran reproduksi (ISR), gangguan fungsi seksual, PMS dan HIV/AIDS. Sedangkan isu sosial yang terjadi di masyarakat akibat Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) berdampak negatif seperti dicampakkan dari lingkungan dan sekolah, cenderung menyalahkan korban (perempuan). Bahkan hampir bisa dipastikan berdampak pada masa depan siswi yang mengalami kasus ini akan hancur karena harus berhenti dari sekolah atau dikeluarkan. (5). Di Indonesia berdasarkan prilaku permisif dan berani pada remaja tersebut berakibat jumlah kasus kehamilan pranikah meningkat dari tahun ke tahun mencapai 2,3 juta dan 30% diantaranya dilakukan oleh remaja. Pada tahun 2002-2004 kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) mengalami peningkatan 100% pada anakanak usia SMP sampai mahasiswa (usia 10-21 tahun) (6). Di Kalimantan Selatan dari hasil konseling Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), hubungan seksual pranikah ada 148 kasus, Kehamilan Tidak Diinginkan ada 220 kasus, HIV 52 kasus, AIDS 33 kasus, persalinan remaja 325 kasus, infeksi saluran reproduksi 30 kasus, infeksi menular seksual 30 kasus (7). Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (8) ditentukan oleh 3 faktor, yang salah satu faktor tersebut adalah faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Berdasarkan teori tersebut di atas dijadikan dasar untuk menjelaskan bahwa perilaku seksual permisif dan berani, termasuk melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah dalam pacaran dapat dicegah jika remaja memiliki pengetahuan, persepsi, sikap dan motivasi dalam mencegah hubungan seksual pranikah. Dari hasil survey singkat penulis tanggal 17 Maret 2012 terhadap 10 orang siswa kelas I di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin. 4 orang (40%) mengetahui apa itu hubungan seksual (intercourse) pranikah, 6 Orang (60%) belum mengetahui apa itu hubungan seksual (intercourse) pranikah, Serta yang pernah melakukan sebanyak 3 orang (30%), dan dari persentase tersebut berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 4 orang (40%) sisanya adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan sumber informasi tentang seksual yaitu sebanyak 3 orang (30%) mendapatkan dari majalah, dan 7 orang (70%) mendapatkan sumber informasi seksual dari internet. Dari uraian latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Mencegah Hubungan di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa (laki-laki dan perempuan) kelas I di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin berjumlah 75 orang.. Sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan nonprobability yaitu sampel jenuh sebanyak 75 responden. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, persepsi, dan sikap (intercourse) pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin, sedangkan 2

variable terikatnya adalah motivasi remaja dalam mencegah hubungan seksual (intercourse) pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin. Teknik pengumpulan data didapatkan dari hasil kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji chi square dengan α = 0,05. Hasil Penelitian A. Analisis Data Univariat 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tabel 1. Distribusi Pengetahuan No. Pengetahuan n % 1. Baik 11 14,7 2. Cukup 27 36 3. Kurang 37 49,3 Berdasarkan tabel 1 total responden pada pengetahuan yaitu 75 orang, pengetahuan responden paling banyak adalah kurang 37 orang (49,3%). 2. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tabel 2. Distribusi Persepsi No. Persepsi n % 1. Baik 9 12,0 2. Cukup 19 25,3 3. Kurang 47 62,7 Berdasarkan tabel 2 total responden pada persepsi yaitu 75 orang, persepsi responden paling banyak adalah kurang 47 orang (62,7%). 3. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tabel 3. Distribusi Sikap No. Sikap n % 1. Positif 31 41,3 2. Negatif 44 58,7 Berdasarkan tabel 3 total responden pada sikap yaitu 75 orang, sikap responden paling banyak adalah negatif 44 orang (58,7%). 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 4. Distribusi No. n % 1. Tinggi 27 36 2. Rendah 48 64 Berdasarkan tabel 4 total responden pada motivasi yaitu 75 orang, motivasi responden paling banyak adalah rendah 48 orang (64%). B. Analisis Data Bivariat 1. Hubungan Pengetahuan dengan Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat Uji Chi Square antara Pengetahuan dengan Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (intercourse) Pranikah No Pengeta huan Tinggi Rendah n % n % n % 1. Baik 11 14,7 0 0 11 14,7 2. Cukup 12 16 15 20 27 36 3. Rendah 4 5,3 33 44 37 49,3 Total 27 36 48 64 75 100 p = 0,000 < α= 0,05 Berdasarkan tabel 5 total responden pada hasil analisis bivariat uji chi square menunjukkan antara pengetahuan dengan seksual (intercourse) pranikah dengan responden paling banyak adalah pengetahuan rendah dari 37 orang dengan motivasi rendah berjumlah 33 orang (89,1%). Hasil uji statistik dengan chi square didapatkan nilai p = 0,000 (p < α = 0,05) artinya ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan motivasi remaja dalam 2. Hubungan Persepsi dengan Tabel 6. Hasil Analisis Bivariat Uji Chi Square antara Persepsi dengan Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (intercourse) Pranikah 3

No Persepsi Tinggi Rendah n % n % n % 1. Baik 9 12 0 0 9 12,0 2. Cukup 8 10,7 11 14,7 19 25,4 3. Rendah 10 13,3 37 49,3 47 64,6 Total 27 36 48 64 75 100 p=0,000 < α= 0,05 Berdasarkan tabel 6 total responden pada hasil analisis bivariat uji chi square menunjukkan antara persepsi dengan seksual (intercourse) pranikah dengan responden paling banyak adalah persepsi rendah dari 47 orang dengan motivasi rendah berjumlah 37 orang (78,7%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p = 0,000 (p < α = 0,05) artinya ada hubungan signifikan antara persepsi dengan Muhammadiyah 1 3. Hubungan Sikap dengan Tabel 7. Hasil Analisis Bivariat Uji Chi Square antara Sikap dengan Remaja Dalam Mencegah Hubungan Seksual (intercourse) Pranikah No Sikap Tinggi Rendah n % N % n % 1. Positif 24 32 7 9,3 31 41,3 2. Negatif 3 4 41 54,7 44 58,7 Total 27 36 48 64 75 100 p = 0,000 < α= 0,05 Berdasarkan tabel 7 total responden pada hasil analisis bivariat uji chi square antara sikap dengan motivasi remaja dalam pranikah dengan responden paling banyak adalah sikap negatif dari 44 orang dengan motivasi rendah berjumlah 41 orang (93,1%). Hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p = 0,000 (p < α = 0,05) artinya ada hubungan signifikan antara sikap dengan motivasi remaja dalam Pembahasan A. Hubungan Pengetahuan dengan Hasil analisis dengan tabulasi silang pada tabel 5 diperoleh pengetahuan dengan Muhammadiyah 1 Banjarmasin tahun 2012 menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan motivasi remaja dalam mencegah karena memiliki nilai p = 0,000 (p < α = 0,05). Responden paling banyak adalah pengetahuan rendah dari 37 orang dengan motivasi rendah berjumlah 33 orang (89,1%). Keadaan ini menunjukkan ada hubungan bahwa semakin rendah pengetahuan semakin rendah motivasi dalam mencegah hubungan seksual (intercourse) pranikah, karena pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki responden belum benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi, sehingga mengalami penyimpangan seksual yang menjadi permasalahan pada remaja. Menurut Imran (9) bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan juga proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami risiko perilaku serta alternatif yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab. Perilaku seksual seperti pacaran pada remaja telah mengalami penyimpangan karena di sertai aktivitas seksual lainnya yang dapat menyeret remaja melakukan hubungan seksual (intercourse) sebelum menikah, hal ini menunjukkan permasalahan dalam aspek kehidupan seksual remaja memprihatinkan. Rendahnya pengetahuan responden dikarenakan kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dalam mencegah yang responden dapatkan dari sekolah, keluarga maupun dari sumber-sumber lain seperti buku, internet dan majalah dengan bimbingan guru dan orang tua. Hal ini menunjukkan dapat memperkuat munculnya penyimpangan seksual dan paling membahayakan lagi apabila responden mendapatkan informasi tersebut dari sumber yang kurang tepat karena remaja selalu 4

berusaha untuk mencari tahu yang cenderung memunculkan perilaku untuk pranikah. Hal ini sesuai dengan Hurlock (4) sejalan dengan meningkatnya minat terhadap kehidupan seksual remaja selalu berusaha mencari informasi yang objektif mengenai seksual. B. Hubungan Persepsi dengan Hasil analisis dengan tabulasi silang pada tabel 6 diperoleh persepsi dengan Muhammadiyah 1 Banjarmasin tahun 2012 menyatakan ada hubungan yang bermakna antara persepsi responden dengan motivasi (intercourse) pranikah karena memiliki nilai p = 0,000 (p < α = 0,05). Responden paling banyak adalah persepsi rendah dari 47 orang dengan motivasi rendah berjumlah 37 orang (78,7%). Hal ini menunjukkan semakin rendah persepsi semakin rendah motivasi remaja dalam mencegah hubungan seksual (intercourse) pranikah, hal ini dapat dikatakan keterbatasan kemampuan responden yang di pengaruhi keadaan psikologis dalam menyeleksi, mengelola menginterprestasikan dan menyerap masukan-masukan informasi secara bersamaan, karena hanya informasi tertentu yang diterima, sehingga terkadang responden mempersepsikan informasi tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini sesuai dengan Newcomb dalam Arindita (10), sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu selektif : persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diserap. Setiap responden mempunyai pandangan dan kesan yang berbeda-beda dengan informasi yang didapat walaupun informasi yang didapat sama sehingga sangat mempengaruhi responden dalam pranikah. Sesuai dengan penjelasan Robbins (11) meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. C. Hubungan Sikap dengan Remaja dalam Mencegah Hubungan Hasil analisis dengan tabulasi silang pada tabel 7 diperoleh persepsi dengan Muhammadiyah 1 Banjarmasin tahun 2012 menyatakan ada hubungan yang bermakna antara persepsi responden dengan motivasi (intercourse) pranikah karena memiliki nilai p = 0,000 (p < α = 0,05). Responden paling banyak adalah sikap negatif dari 44 orang dengan motivasi rendah berjumlah 41 orang (93,1%). Hasil uji statistik dengan chi square didapatkan nilai p = 0,000 (p < α = 0,05). Hal ini menunjukkan semakin negatif sikap responden semakin rendah motivasi (intercourse) pranikah, dikarenakan respon responden yang tertutup dengan informasi yang didapatkan, sehingga mempengaruhi kesiapan untuk bertindak dengan mengambil keputusan. Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (8) Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb dalam Arindita (10), ahli psikologis sosial menyatakan sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Proses terbentuknya sikap dan reaksi dimulai dengan terjadinya: 1) stimulus rangsangan; 2) proses stimulus (sikap tertutup); 3) reaksi tingkah laku (terbuka). Dengan segala tindakan yang dilakukan dalam bentuk sikap responden memandang suatu perbuatan itu baik dan dinilai positif apabila banyak dilakukan orang lain, sehingga responden beranggapan benar dan cenderung mengikuti untuk melakukan tanpa mencari tahu kebenarannya, selagi hal itu tidak membawa masalah dan aman-aman saja terhadap diri dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Hal ini berdasarkan teori Azwar (12) bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. 5

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa dari 37 orang yang berpengetahuan rendah sebanyak 33 orang (89,1%) mempunyai motivasi rendah, semakin rendah pengetahuan maka semakin rendah motivasi dan dari hasil uji statistik chi square didapat nilai p = 0,000 (p < α = 0,05) artinya ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan motivasi remaja dalam Dari 47 orang yang berpersepsi rendah sebanyak 37 orang (78,7%) mempunyai motivasi rendah, semakin rendah persepsi maka semakin rendah motivasi dan dari hasil uji statistik Chi Square didapat nilai p = 0,000 (p < α = 0,05) artinya ada hubungan signifikan antara persepsi dengan motivasi remaja dalam Dari 44 orang yang bersikap negatif sebanyak 41 orang (93,1%) mempunyai motivasi rendah, semakin negatif sikap maka semakin rendah motivasi dan dari hasil uji statistik chi square didapat nilai p = 0,000 (p < α = 0,05) artinya ada hubungan signifikan antara sikap dengan motivasi (intercourse) pranikah di SMA Muhammadiyah 1 http://www.hqweb01.bkkbn.go.id [Accessed 26 Maret 2012]. 6. Slamet. 2004. Kehamilan Tidak Diinginkan. Available from: http://www.kompas.com [Accessed 23 April 2012]. 7. Dinkes Banjarmasin. 2011. Hubungan Seksual Pranikah. Available from: http://www.kespro.info [Accessed 23 April 2012]. 8. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 9. Imran, Irawati. 2000. Perkembangan Seksualitas Remaja. PKBI, Jakarta. 10. Arindita, S. 2003. Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UMS, Surakarta. 11. Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid I. PT INDEKS Kelompok Garmedia, Jakarta. 12. Azwar A. 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binaputra Aksara, Jakarta. b Daftar Pustaka 1. Al-mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Pustaka Setia, Bandung. 2. Depkes RI. 2010. Pencegahan HIV dan AIDS Kegiatan Dance4life. Available from: http://www.ypi.or.id/informasi/berita/54- dhp [Accessed 23 April 2012]. 3. Romanasari. 2006. Pernikahan Dini. Available from: http://www.e pernikahandini [Accessed 23 April 2012]. 4. Hurlock, Elizabeth B. 2000. Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga, Jakarta. 5. BKKBN RI. 2010. Masalah Perilaku Seksual Pranikah. Available from: 6