BERITA DAERAH KOTA BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan. 3. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 363 /KPTS/013/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

Pendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR TAHUN DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR. Jalan Kapten Jamhur No. 41 Kota Banjar

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 266 /KUM/2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

UPAYA dan AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS ERNAWATY AKK 2011

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Poliklinik Kesehatan Desa

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MERANGIN NOMOR : 443/ /DINKES/2007 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

SINERGITAS DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DENGAN STBM drg. Rarit Gempari, MARS Puspromkes

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

PUSKESMAS 3 April 2009

Transkripsi:

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, untuk optimalisasi pelaksanaan RW Siaga di Kota Bekasi, perlu adanya Pedoman Pelaksanaan RW Siaga Kota Bekasi yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3495); 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor III, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2003 tentang Rencana Strategik Pemerintah Kota Bekasi Tahun 2003-2008 (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 6 Seri E); 9. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 4 Seri A). Memperhatikan : 1. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 09 Tahun 2001 Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat; 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1547/Menkes/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga; 2

4. Keputusan Walikota Bekasi Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BEKASI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Bekasi; 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah; 3. Walikota adalah Walikota Bekasi; 4. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kota Bekasi; 5. RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi; 6. RS Swasta adalah Rumah Sakit milik swasta yang ada di wilayah Kota Bekasi; 7. Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat di wilayah Kota Bekasi; 8. RW Siaga adalah bagian wilayah kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri; 9. Tenaga kesehatan adalah dokter dan jajarannya; 10. PMI adalah Palang Merah Indonesia cabang Kota Bekasi. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan ini adalah sebagai petunjuk pelaksanaan bagi satuan kerja perangkat daerah terkait dan semua pemangku kepentingan dalam rangka melaksanakan RW Siaga. 3

Pasal 3 Tujuan umum ditetapkannya Peraturan ini adalah terwujudnya masyarakat yang sehat dan peduli serta tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Pasal 4 Tujuan Khusus ditetapkannya Peraturan ini adalah : a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan; b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawatdaruratan, dan sebagainya); c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih serta sehat; d. Meningkatnya kesehatan lingkungan; e. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelatihan dan penyuluhan. BAB III SASARAN PELAKSANAAN RW SIAGA Pasal 5 Sasaran pelaksanaan RW Siaga adalah : a. Semua individu dan keluarga di Wilayah RW yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah RW-nya; b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut antara lain, seperti tokoh masyarakat, kader dan petugas kesehatan; c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan peraturan perundangundangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain antara lain Kepala Dinas, Camat, Lurah, Pejabat terkait, Swasta, para donatur dan pemangku kepentingan lainnya. Pasal 6 Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait dengan pelaksanaan RW Siaga untuk memberikan dukungan sesuai dengan kewenangannya di bawah koordinasi Kepala Dinas. 4

Pasal 7 Lurah mengembangkan RW Siaga di wilayahnya secara bertahap sehingga seluruh RW menjadi RW Siaga berdasarkan pedoman yang berlaku. Pasal 8 Kriteria RW Siaga adalah apabila telah memenuhi persyaratan adanya : a. Forum masyarakat RW; b. Sistem rujukan berbasis masyarakat; c. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM); d. Survailans berbasis masyarakat; e. Sistem kesiapsiagaan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat; f. Upaya menciptakan lingkungan sehat; g. Upaya menciptakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); h. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Pasal 9 (1) RW Siaga sebagaimana dimaksud Pasal 8 dapat dilaksanakan secara bertahap meliputi : a. Strata I (Utama); b. Strata II (Madya); c. Strata III (Pratama). (2) Tahap Strata I, II dan III sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dipenuhi berdasarkan indikator yang telah dipersyaratkan. Forum masyarakat RW antara lain terdiri dari : a. Tokoh masyarakat; b. Pengurus RW/RT; c. PKK; d. Karang taruna; e. Kader; f. LSM. Pasal 10 Pasal 11 (1) Sistem rujukan berbasis masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal 8 dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari ditemukannya kasus sampai di tempat rujukan akhir. (2) Pelaksanaan secara berjenjang sebagaimana dimaksud ayat (1) dibentuk melalui pembentukan jejaring kerja antar rumah sakit. 5

Pasal 12 (1) UKBM sebagaimana dimaksud Pasal 8 adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat dengan bimbingan tokoh masyarakat, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. (2) UKBM antara lain terdiri dari 4 kelompok : a. Posyandu b. UKBM Maternal : 1. Tabungan Ibu Bersalin; 2. Donor Darah; 3. Ambulans Desa; 4. Notifikasi dan Pemetaan Bulin/Bumil. c. UKBM Lain : 1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu); 2. Pos Binaan Terpadu (Posbindu); 3. Poskestren; 4. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK); 5. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD); 6. Saka Bhakti Husada (SBH); 7. Tanaman Obat Keluarga (TOGA); 8. Dana Sehat; 9. Pos KB Desa. d. Pos Kesehatan Desa Pasal 13 (1) Survailans berbasis masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal 8 adalah pemantauan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi atau menyebabkan masalah-masalah tersebut. (2) Kegiatan-kegiatan Survailans sebagaimana dimaksud ayat (1) anatara lain : a. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap masalah-masalah kesehatan dan faktorfaktor risiko yang mempengaruhi atau menyebabkan masalah-masalah tersebut; b. Melaporkan kasus dan/atau kejadian dimaksud secara berjenjang, secara periodik atau pada saat diperlukan. Pasal 14 Sistem kesiapsiagaan dalam penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal 8 berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6

Pasal 15 (1) Upaya menciptakan lingkungan sehat sebagaimana dimaksud Pasal 8 adalah upaya yang diarahkan kepada terciptanya lingkungan yang tertata dengan baik, bebas dari pencemaran, sehingga menjamin kesehatan bagi masyarakat. (2) Upaya yang dapat dilaksanakan untuk menciptakan lingkungan sehat antara lain : a. Penyehatan Rumah; b. Penyediaan Samijaga; c. Sanitasi Makanan Minuman; d. Pengendalian Vektor Penyakit. Pasal 16 (1) PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan serta dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. (2) Tatanan PHBS meliputi : a. Rumah tangga; b. Institusi pendidikan; c. Institusi tempat kerja; d. Tempat-tempat umum; e. Institusi kesehatan. Pasal 17 (1) Kadarzi adalah keluarga yang mampu mengenali masalah gizi setiap anggota keluarganya dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi anggota keluarganya serta berperilaku makan yang beraneka ragam; (2) Indikator Kadarzi meliputi : a. Timbang berat badan teratur; b. Garam beryodium; c. Suplemen Vit.A/ Fe/Kapsul Yodium; d. ASI Eksklusif; e. Makanan aneka ragam. Indikator Kadarzi sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat dinilai oleh kader kesehatan terlatih. Peran Serta masyarakat meliputi : BAB IV PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 18 7

1. Peran serta tokoh masyarakat, yaitu sebagai pemberdaya masyarakat dan menggali sumber daya untuk kelangsungan RW Siaga. 2. Peran Serta Pengurus RW/ RT, yaitu sebagai koordinator dan motivator bagi semua kegiatan UKBM. 3. Peran Serta PKK, yaitu PKK sebagai wadah berkumpulnya ibu-ibu merupakan sumber daya masyarakat yang bisa diharapkan dalam upaya keberhasilan RW Siaga. 4. Peran Serta Kader, yaitu sebagai pelaku penggerakan masyarakat dalam penyuluhan kesehatan, penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana, 5. Peran Serta LSM, yaitu membantu menyebarluaskan informasi dan kegiatan lain sesuai dengan bidangnya. BAB V PERAN SERTA SARANA KESEHATAN SWASTA, INSTITUSI PENDIDIKAN KESEHATAN, ORGANISASI PROFESI DAN BIDANG LAINNYA Pasal 19 Peran serta Rumah Sakit swasta meliputi : a. Sebagai tempat rujukan medis; b. Sebagai tempat pelatihan bagi tenaga kesehatan; c. Memberi bantuan medis jika diperlukan; d. Memberikan keringanan biaya pengobatan/perawatan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Pasal 20 Peran serta Rumah Bersalin Swasta meliputi : a. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan persalinan; b. Pemantau ibu hamil dan balita terutama yang berisiko tinggi; c. Pembina posyandu di wilayahnya; d. Memberikan keringanan biaya pengobatan/perawatan. Pasal 21 Peran serta Balai Pengobatan : a. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan umum; b. Membina Posyandu di wilayahnya; c. Memberikan keringan biaya pengobatan pada kondisi tertentu. Pasal 22 Peran serta institusi pendidikan kesehatan meliputi : a. Pengembangan kurikulum pendidikan dengan memasukkan pokok bahasan konsep RW Siaga dalam beberapa mata ajar; 8

b. Pengaplikasian pokok bahasan RW Siaga ke dalam praktik lapangan khususnya mata ajar komunitas; c. Partisipasi aktif di masyarakat dalam pelaksanaan RW Siaga berkaitan dengan pengabdian masyarakat dalam rangka Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pasal 23 Peran serta organisasi profesi dalam memberikan pelayanan kesehatan di RW Siaga sesuai dengan kewenangannya. Pasal 24 Peran serta bidang lainnya selain institusi pendidikan dan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pasal 22 dan 23 dapat berupa dukungan dana atau sarana lainnya dalam kegiatan RW Siaga. BAB VI TAHAPAN PELAKSANAAN RW SIAGA Pasal 25 Tahapan RW Siaga meliputi : 1. Persiapan meliputi : a. Penyelenggaraan diseminasi informasi mengenai RW Siaga; b. Mengembangkan komitmen dan mekanisme kerja RW Siaga; c. Penyelenggaraan pelatihan kader d. Pembentukan pengurus RW siaga 2. Pelaksanaan meliputi : a. Penggalangan dana atau sumber daya lain; b. Menyiapkan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan; c. Menjalin jejaring kerja dengan RSUD, RS swasta dan institusi pelayanan kesehatan lainnya; d. Melakukan advokasi ke berbagai pihak/pemangku kepentingan dalam rangka pengembangan RW Siaga; e. Camat dan Lurah membina dan mengembangkan RW Siaga. f. Melaksanakan berbagai kegiatan di RW Siaga BAB VII PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 26 Untuk mengetahui pelaksanaan dan perkembangan RW Siaga dilaksanakan pemantauan secara berjenjang. 9

Pasal 27 (1) Pemantauan sebagaimana dimaksud Pasal 26 meliputi : a. Indikator masukan; b. Indikator proses; c. Indikator keluaran; d. Indikator hasil; e. Indikator dampak. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud ayat (1) sesuai dengan pormat baku. (3) Dalam rangka menuju pencapaian RW Siaga yang diharapkan, perlu dilaksanakan pembinaan oleh Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan dan Dinas Kesehatan. (4) Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud pasal 28 dapat dibentuk Tim yang ditetapkan dengan Keputusan tersendiri. BAB VIII PENCATATAN DAN PELAPORAN Pasal 28 (1) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud Pasal 26 dilaporkan secara berjenjang sampai ke tingkat Provinsi setiap minggu pertama bulan berikutnya. (2) Bentuk/format laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) sesuai dengan ketentuan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Walikota ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan peraturan dan/atau Keputusan Kepala Dinas. Pasal 30 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 10

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bekasi. Ditetapkan di Bekasi pada tanggal 27 Nopember 2007 WALIKOTA BEKASI, Ttd/Cap Diundangkan di Bekasi pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KOTA BEKASI AKHMAD ZURFAIH TJANDRA UTAMA EFFENDI Pembina Utama Muda NIP. 010 081 186 BERITA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2007 NOMOR SERI 11