BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi kinerja

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan mengenai pertanggung jawaban pihak manajemen

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajmen Laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan menyediakan informasimengenai laba sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat tersebut, suatu perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal penyediaan barang dan jasa yang bermutu, tetapi juga dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kinerja atau pertanggung jawaban manajemen perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. haruslah menggambarkan keadaan ekonomi dan keuangan perusahaan yang

Skripsi Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Baridwan (2002:3), penyusunan laporan keuangan oleh

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebagai principal dan pihak manajemen sebagai agent. Pihak principal selaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman menghadapkan perusahaan dengan persaingan

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat kinerja dari suatu perusahaan. Informasi laba yang diberikan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. melakukan hal yang terbaik bagi kepentingan pribadinya. Teori ini menjelaskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. agent dengan principal. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki kewajiban dalam melaporkan pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. pada periode tertentu. Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan biaya dan juga pengeluaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management)

Transkripsi:

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan dan pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memerlukan kajian teori sebagai berikut: 2.1.1 Teori Keagenan Barus dan Kiki (2015) menyatakan bahwa Teori keagenan membahas hubungan antara manajemen dan pemegang saham dimana yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk mengelola perusahaan, di lain pihak manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola perusahaan sesuai dengan yang diamanahkan oleh pemegang saham kepadanya. Oktomegah (2012) menyatakan bahwa teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih pemilik (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Pendelegasian wewenang tersebut akan menimbulkan masalah keagenan (agency problem), yaitu ketidaksejajaran kepentingan antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajemen perusahaan). Teori keagenan memiliki asumsi bahwa masing-masing individu termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik 10

28 11 kepentingan antara principal dan agent. Pemegang Saham (Principal) memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikan memberikan pendapatan yang maksimal, sedangkan manajemen (agent) mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri yang berlawanan dengan kepentingan pemegang saham. Konflik kepentingan antara principal dan agent perlu diminimalisir, dengan cara melakukan mekanisme pengawasan untuk mengurangi kesempatan agent untuk melakukan manajemen laba 2.1.2 Manajemen Laba 2.1.2.1 Definisi Manajemen Laba Menurut Wiryadi dan Nurzi (2013) manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan menambah bias dalam laporan keuangan serta mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Scott (2000) dalam Rahmawati, dkk (2006) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajemen suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga

2912 untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Azlina (2010) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan sikap oportunis yang dapat menimbulkan asimetri informasi dan merugikan pihak-pihak yang menggunakan informasi laporan keuangan perusahaan tersebut. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen dengan cara memanipulasi data atau informasi akuntansi agar jumlah laba yang tercatat dalam laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajemen, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan. 2.1.2.2 Faktor Faktor Pendorong Manajamen Laba Menurut Barus dan Kiki (2015) menyatakan bahwa dalam Teori Akuntansi Positif menjelaskan tiga hipotesis yang mendorong perusahaan melakukan manajemen laba yaitu : 1. The bonus plan hypothesis yaitu manajer perusahaan yang memiliki program bonus yang terkait dengan angka-angka akuntansi cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser pelaporan laba dari periode mendatang ke periode tahun berjalan ( menaikkan laba yang dilaporkan sekarang )

30 13 2. The debt covenant hypothesis dimana perusahaan yang terancam melanggar konvensi perjanjian hutang cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser pelaporan laba dari periode mendatang ke periode tahun berjalan 3. The political cost hypothesisdimana semakin besar biaya politis yang dihadapi suatu perusahaan, maka manajer cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan pelaporan laba periode mendatang ke periode tahun berjalan (menurunkan laba yang dilaporkan sekarang. 2.1.2.3 Teknik Manajemen Laba Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na im (2000) dalam Rahmawati, dkk (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: 1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment(perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. 2. Mengubah metode akuntansi Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.

31 14 3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai. 2.1.2.4 Stretegi Manajemen Laba Wild (2005: 120) dalam Subagyo, dkk (2011) manyatakan bahwa terdapat tiga jenis strategi manajemen laba. Sering kali manajer melakukan satu atau kombinasi dari tiga strategi pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen laba jangka panjang. Jenis-jenis strategi tersebut antara lain, sebagai berikut: 1. Meningkatkan laba (Increasing Income). Salah satu strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode. 2. Mandi Besar (Big Bath) Strategi Big Bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada suatu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (seringkali pada masa sesesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa yang terjadi satu kejadian

32 15 yang tidak bisa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. 3. Perataan Laba (Income Smoothing) Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Banyak perusahaan menggunakan bentuk manajemen laba ini. 2.1.3 Metode Perhitungan Manajemen Laba 2.1.3.1 Konsep Akrual Dalam pelaporan keuangan terdapat dua metode pencatatan akuntansi yaitu terdiri dari basis akrual (Accrual Basic) dan basis kas (Cash basic). Basis akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi atau peristiwa lainnya pada saat transaksi atau peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas/ setara kasi diterima atau dibayar. Sedangkan basis kas merupakan basis akuntansi yang mengakui transaksi/ peristiwa lainnya pada saat kas/ setara kas diterima atau dibayar. Pengakuan atas dasar kas ini menyimpang dari konsep dasar akuntansi yaitu matching of cost with revenue (memadankan antara penghasilan dengan beban/ biaya) sehingga konsep pengakuan pendapatan dan beban atas dasar kas tunai yang diterima tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Laporan keuangan umumnya dibuat berdasarkan basis akrual. Standar akuntansi mengharuskan suatu entitas meyusun laporan keuangan berdasarkan konsep akrual, kecuali laporan arus kas. Basis akrual digunakan

3316 untuk memenuhi konsep dasar akuntansi matching of cost with revenue. Menurut konsep dasar matching of cost with revenue, pengakuan beban atau pendapatan harus diakui sesuai dengan hak yang diukur dalam satu periode akuntansi tidak mempertimbangkan adanya penerimaan kas tunai, karena konsep dasar kas tidak dapat memenuhi kriteria kesepadanan antara pendapatan dan beban atau matching of cost with revenue. Oleh karena itu pengakuan pendapatan dan beban menurut standar akuntansi yang diterima oleh umum menggunakan basis akrual. Subagyo, dkk (2011) menyatakan bahwa konsep akrual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Discretionary accrual Pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. 2. Nondiscretionary accrual Pengakuan laba yang wajar yang tunduk suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Nondiscretionary accrual merupakan akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu bentuk akrual yang tepat dalam manajemen laba adalah bentuk discretionary accrual yang merupakan akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan metode akuntansi. Dengan discretionary accrual manajemen memiliki fleksibilitas dalam mengontrol pencatatan karena discretionary dibawah kebijaksanaan manajemen.

3417 2.1.4 Asimetri Informasi 2.1.4.1 Definisi Asimetri Informasi Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. (Rahmawati, dkk. 2006) Asimetri informasi adalah kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham (principal) sebagai pengguna informasi. (Rachmawati, 2010) Asimetri Informasi adalah keadaan dimana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Manajemen yang ingin menunjukan kinerja yang baik dapat termotivasi untuk memodifikasi laporan keuangan agar menghasilkan laba seperti yang diinginkan oleh pemilik. Asimetri informasi antara manajemen dan pemilik dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba. (Barus dan Kiki, 2015) Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajemen dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat memberikan keuntungan bagi manajemen. Sedangkan bagi pemilik modal, keadaan semacam ini akan mempersulit pemilik modal untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena informasi yang dimiliki oleh pemilik modal sedikit. Asimetri informasi dapat menjadi masalah serius ketika

18 35 informasi penting tentang perusahaan dan pengendalian perusahaan ada ditangan agent dan tidak diketahui oleh principal. 2.1.5 Tipe Asimetri Informasi & Teori Bid Ask Spread 2.1.5.1 Tipe Asimetri Informasi Menurut Scoot (2003) dalam Rachmawati (2010) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu 1. Adverse Selection Manajer mengetahui banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibanding investor. Informasi yang dapat mempengaruhi pemegang saham tidak disampaikan 2. Moral Hazard Kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham atau pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendaliaan yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. 2.1.5.2 Teori Bid- Ask Spread Rahmawati, dkk (2006) menyatakankan bahwa bid-ask spread terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya

36 19 mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi. 2. Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan. 3. Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse selection component karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal. 2.1.6 Ukuran Perusahaan Azlina (2010), menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar dan kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size,nilai pasar saham, dan lain-lain. Perusahaan yang berukuran besar lebih diminati oleh para analis dan broker, dimana laporan keuangan yang dipublikasikan lebih bersifat transparan sehingga memperkecil timbulnya asimetri informasi yang dapat mendukung timbulnya manajemen laba.

20 37 Makaombohe, dkk (2014), menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber. Pada sisi lain perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Kusumawardhani (2012), menyatakana bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator yang digunakan investor dalam menilai aset maupun kinerja perusahaan. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari total aktiva (asset) dan total penjualan (net sales) yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi pemerintah akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektivitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum. Restuwulan (2013) menyatakan bahwa Ukuran perusahaan yang biasa dipakai untuk menentukan tingkat perusahaan adalah: 1. Tenaga Kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan dana kontaktor yang terdaftar atau bekerja diperusahaan pada suatu saat tertentu.

21 38 2. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu misalnya satu tahun. 3. Total utang ditambah dengan nilai pasar saham biasa, merupakan jumlah utang dan nilai pasar saham biasa perusahaan pada saat atau suatu tanggal tertentu. 4. Total asset, merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu. 2.1.7 Pajak Tangguhan Beban (tax expense) atau manfaat pajak (tax benefit) adalah jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deffered tax) yang ikut diperhitungkan dalm perhitungan laba atau rugi akuntansi pada suatu periode berjalan. (Hartanto, 2003) Pajak tangguhan merupakan dampak pajak penghasilan di masa yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dengan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu. Dampak pajak penghasilan di masa yang akan data perlu diakui, dihitung, disajikan dan diungkapkan dala laporan keuangan, baik di dalam pos neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa saja membayar pajak kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih besar dimasa mendatang. Atau sebaliknya, saatu perusahaan bisa saja membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil dimasa mendatang. Bila dampak pajak

22 39 di masa datang tersebut tidak disajikan dalam neraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa menyesatkan penggunanya sehingga diperlukan perlakuan akuntansi untuk pajak tangguhan (Hardi cheng, 2009 dalam budiman, 2012) Pajak tangguhan merupakan pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang ditentukan atau diperbolehkan, atau terjadi karena adanya perbedaan temporer kena pajak. PSAK No. 46 tahun 2009 menyatakan bahwa perbedaan temporer (temporary differences) dapat berupa: 1. Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable amount) dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled) atau 2. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan (deductible amount) dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled). Menurut hartanto, 2003 Pajak tangguhan diakui dan disajikan sebagai penghasilan atau beban didalam laporan laba-rugi tahun berjalan, kecuali untuk penghasilan yang berasal dari:

40 23 (a). Transaksi atau kejadian yang langsung dikrediktkan atau dibebankan kepada ekuitas, baik dalam periode yang sama maupun dalam periode berbeda. (b). Penggabungan usaha yang secara substansial merupakan akuisis. Pajak tangguhan terdiri dari beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan disajikan dalam laporan laba-rugi yang sifatnya menambah beban pajak kini dan mengurang laba sedangkan manfaat pajak tangguhan dalam laporan laba-rugi akan mengurang beban pajak kini dan menambah laba pada suatu periode tertentu. 2.1.8 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang sebelumnya telah dilakukan menujukkan hasil sebagai berikut: 1. Dhaneswari & Retnaningtyas (2014) menguji pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan dan beban pajak tangguhan terhadap praktik manajemen laba di perusahaan manufaktur. Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa asimetri informasi dan beban pajak tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Secara simultan asimetri informasi, ukuran perusahaan dan beban pajak tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur.

41 24 2. Putra, dkk (2014) menguji pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusaaan terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa asimetri informasi dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan manufaktur. 3. Barus & Kiki (2015) menguji pengaruh asimetri informasi, mekanisme corporate governance dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa asimetri informasi dan beban pajak tangguhan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 4. Rahmawati, dkk (2006) menguji pengaruh asimetri informasi terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan perbankan publik. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan perbankan publik. 5. Azlina (2010) menguji analisis faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 6. Sumomba & Sigit (2012) menguji pengaruh beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa baban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba

425 2.1.9 Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan diatas dapat dijelaskan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen dengan cara memanipulasi data atau informasi akuntansi agar jumlah laba yang tercatat dalam laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajer, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan. Seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya tertuju pada laba tanpa memperhatikan dari mana perusahaan memperoleh laba tersebut. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba dalam laporan keuangan disadari oleh manajemen, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang yang disebut dengan manajamen laba. Dhaneswari dan Retnaningtyas (2014) berpendapat bahwa asimetri informasi dianggap sebagai penyebab terjadinya praktik manajemen laba. Asimetri informasi muncul karena manajemen lebih mengetahui informasi internal perusahaan dan prospek perusahaan dibandingkan principal atau pemegang saham. Hal ini didasari adanya konflik keagenan yaitu ketidakselarasan antara kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Dimana manajemen mempunyai kepentingan untuk mensejaterakan perusahaan dan kepentingan pribadi sehingga dalam mengelola perusahaan manajemen memerlukan akses informasi yang lebih banyak dari pemegang saham. Untuk itu manajemen mempunyai keleluasaan dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajer.

43 26 Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya perusahaan. Menurut Makaombohe, dkk (2014), menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajmen laba. Hal ini diasumsikan bahwa, jika pengelolaan laba yang dilakukan oportunitis maka semakin besar perusahaan maka akan semakin kecil pengelolaan laba karena perusahaan besar mendapat perhatian kritis oleh para investor dan pengguna eksternal lainnya sehingga perusahaan dengan ukuran besar akan lebih berhati-hati untuk melaporkan laba perusahaan Pajak tangguhan merupakan komponen total beban pajak penghasilan perusahaan yang mencerminkan pengaruh pajak atas perbedaan temporer antara laba buku (yaitu, pendapatan yang dilaporkan kepada pemegang saham dan pengguna eksternal lainnya) dan penghasilan kena pajak (yaitu, pendapatan yang dilaporkan kepada otoritas pajak). Laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal berbeda dalam hal penyusunannya, laporan keuangan komersial disusun berdasarkan basis akrual sedangkan laporan keuangan fiskal menggunakan basis kas, maka akan timbul perbedaan antara laba yang dihitung secara komersial dan laba yang dihitung untuk kepentingan pajak. Semakin tinggi pajak tangguhan pada suatu perusahaan maka semakin tinggi manajemen laba, dengan pajak tangguhan yang tinggi akan mendorong perusahaan melakukan praktik manajemen laba yang tujuannya untuk mengurangi pembayaran pajak.

4427 Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa fakor yang diduga dapat mempengaruhi manajemen laba dalam penelitian ini adalah asimetri informasi, ukuran perusahaan dan pajak tangguhan. Berikut kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah: Variabel Independen Variabel Dependen Asimetri Informasi H1(+) Ukuran Perusahaan H2(-) Manajemen Laba Pajak Tangguhan H3(+) Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran 2.1.10 Hipotesis Penelitian 2.1.10.1 Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba Semakin tinggi asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham akan berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba, manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pemegang saham (Principal), hal ini didasari adanya konflik keagenan yaitu ketidakselarasan antara kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Dimana manajemen mempunyai kepentingan untuk mensejaterakan perusahaan dan kepentingan pribadi sehingga dalam mengelola perusahaan manajemen

4528 memerlukan akses informasi yang lebih banyak dari pemegang saham. Oleh karena itu manajemen lebih leluasa untuk mempangaruhi laporan keuangan khususnya laba yang digunakan untuk memaksimalkan kepentingan pribadi atau nilai pasar perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Dhaneswari dan Retnaningtyas (2014), Rahmawati, dkk (2006) dan Santoso (2012) memberikan bukti empiris bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut: H1 : Asimetri Informasi berpengaruh positif signifikan terhadap Manajemen Laba. 2.1.10.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendah praktik manajemen laba. Perusahaan besar akan disorot kinerjanya oleh publik karena perusahaan besar mempunyai pemakai laporan keuangan yang lebih luas sehingga pihak yang berkepentingan akan laporan keuangan semakin banyak. Oleh karena itu perusahaan akan melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati-hati, lebih menunjukan keinformatifan informasi yang terkandung didalamnya, dan lebih transparan. Makaombohe, dkk (2014) yang memberikan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen

46 29 laba. Pernyataan tersebut didukung penelitian lain yang dilakukan oleh Kusumawardhani (2012) dan Dhaneswari &Retnaningtyas (2014) memberikan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut: H2: Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Manajemen Laba. 2.1.10.3 Pengaruh Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba Adanya PSAK yang mengatur tentang pajak tangguhan tidak menjamin perusahaan untuk tidak melakukan manajemen laba. Pajak tangguhan timbul akibat adanya perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manejemen untuk menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut pajak. Hal ini membuat manajemen memanfaatkan celah untuk melakukan manipulasi besarnya pajak tangguhan yang dimiliki. Semakin tinggi pajak tangguhan maka semakin tinggi praktik manajemen laba, dengan pajak tangguhan yang tinggi maka akan membuat pajak yang dibayarkan rendah sehingga mendorong manajemen melakukan praktik manajemen laba.

4730 Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumomba dan Sigit (2012), Rahmawati (2010) dan Dhaneswari & Retnaningtyas (2014) memberikan bukti empiris bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut: H3 : Pajak tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.