BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

BAB V PENUTUP. Meningkatnya pendapatan negara dari sektor pariwisata di Thailand merupakan. menyumbang sebagian besar dari pendapatan nasional negara.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

RESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak

24 HUKUM DALAM PERMASALAHAN PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA. Oleh: Andi Rezky Aprilianty Punagi, Ishartono, & Gigin Ginanjar Kamil Basar

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK. OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA

Perlindungan Anak dalam Rancangan KUHP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

PENERAPAN PRINSIP THE BEST INTEREST OF THE CHILD PADA KEHIDUPAN ANAK YANG TERPAKSA BEKERJA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

FUNGSI PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MORAL UNTUK ANAK-ANAK BERMASALAH. Oleh : Ary Purwantiningsih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan hasil penelitian, pada

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

EFEKTIVITAS PELATIHAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (TKSM)

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BUPATI MALANG NOMOR: 180/ 291 /KEP/421

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Asesmen Gender Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan bagian yang peranannya sangat penting di. masyarakat untuk menumbuh kembangkan proses pertumbuhan dan

: Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada diktum kedua, Pusat Pelayanan Terpadu tersebut dibantu oleh Sekretariat Tetap dan 3 (tiga) Divisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak

Masih banyaknya masalah yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilih at bahwa India membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkan prinsip

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

SANKSI PIDANA DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

I. UMUM. menjadi...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNICEF melihat kondisi yang berkembang terhadap kehidupan anak-anak di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh keluarganya untuk bekerja sebagai pekerja prostitusi demi kelangsungan kehidupan keluarganya. Hal ini disebut dengan pekerja seks komersial terhadap anak. Hak Asasi Anak-anak di India, seakan-akan tidak pernah ada. Di lain sisi anak-anak yang dipaksakan untuk bekerja sebagai prostitusi merasa bahwa mereka harus membalas budi baik keluarga yang selama ini menghidupi dirinya dan oleh karena itu terjerumuslah anak-anak ke dalam lingkaran prostitusi demi uang. Hal ini berarti terdapat situasi yang terpojokan demi mendapatkan sebuah kesejahteraan. Masalah pekerja seks komersial anak belum cukup mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius dari pemerintah India. Padahal, jaringan bisnis seksual komersial anak-anak ini banyak terjadi di India dalam segala bentuknya dan bukan merupakaan masalah yang tersembunyi di India. Justru boleh dikatakan masalah Pekerja Seks Komersial ini telah menjadi sebuah hal yang bersifat umum. Namun sayangnya, pemerintah India seolah tidak perduli dengan masalah ini. Bahkan, masalah jaringan bisnis seksual komersial anak-anak di India seakan dibiarkan terus berkembang tanpa ada usaha yang serius dari pemerintah India untuk menyelesaikannya. 83

84 Berkaitan dengan hasil tersebut, UNICEF sebagai pendidik penyuluh, rehabilitator, dan advokat ini mencoba untuk membantu menangani masalahmasalah eksploitasi seksual terhadap anak di India. Sebagai wujud dukungan serta upayanya dalam membantu menangani masalah pekerja seks komersial anak di India, UNICEF berusaha untuk mengurangi penderitaan anak-anak di India yang menjadi korban penganiayan, Kekerasan ataupun eksploitasi seksual dengan cara berupaya semaksimal mungkin untuk membebaskan anak-anak yang terjerumus ke dalam jaringan bisnis seksual komersial tersebut. UNICEF berusaha untuk menghilangkan adanya bias gender yang memandang bahwa kaum wanita kedudukannya jauh lebih rendah dari pada kaum pria. UNICEF juga berusaha untuk memperbaiki status anak-anak perempuan tersebut di dalam masyarakat supaya masyarakat dapat melihat adanya kedudukan yang seimbang antara anak-anak perempuan dan anak-anak laki-laki. Selain itu UNICEF juga menjalankan upayanya sebagai pendidik dengan memberikan program-program pendidikan dasar bagi perempuan baik yang bersifat formal maupun non-formal dan berusaha membuktikan bahwa anak-anak perempuan pun memiliki potensi untuk maju dan berkembang. Upaya UNICEF lainnya yaitu sebagai penyuluh. Dalam menjalankan upaya ini, UNICEF berusaha menumbuhkan partisipasi, dukungan, serta perhatian utama dari seluruh masyarakat. Selain itu, dukungan dari pembuat kebijakan, para perencana, dan orang-orang yang akan menjadi implementasi program di India, baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Bagi UNICEF adalah aktoraktor penting yang seharusnya dapat bekerjasama dengannya, sehingga apa yang

85 menjadi tujuan utama dari seluruh program UNICEF tersebut dapat terwujud. Selain itu, adanya kerja sama tersebut juga nantinya dapat memonitor dan mengevaluasi apakah program yang diterapkan oleh UNICEF di India tersebut telah berjalan sebagaimana mestinya atau belum. Dalam menjalankan peranannya sebagai advokat, UNICEF berupaya untuk mencari suatu keteraturan yang baru dengan cara mencari pembelaan dan dukungan terhadap hak anak-anak di India yang terjerat kasus pelacuran seks komersial. Orientasi dari advokasi dan memperkuat peran dan posisi anak-anak yang terdiskriminasi di India, khususnya anak-anak perempuan, yang juga sering kali menjadi korban dalam jaringan bisnis seksual komersial. UNICEF dalam upayanya untuk mementaskan masalah pekerja seks komersial di India memiliki beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor pendukung inilah yang akhirnya banyak memberikan jalan bagi tercapainya tujuan UNICEF itu sendiri. Adanya kerja sama antara UNICEF dengan pemerintah India dan beberapa LSM, seperti centre of concern of child labor (CCL), organisasi kesehatan Inelia, hag centre, sanlaap, prajwala, centre for child right, frelana, yayasan savadhan, dan kelompok hare khrisna, menjadi faktor-faktor pendukung penting. Pemerintah India sendiri juga mengambil peran dalam program kerja sama dengan UNICEF untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan anak-anak ini, yaitu national plan of action for children. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah india mengeluarkan piagam nasional untuk anak-anak pada tahun 2003. Piagam tersebut dibuat sebagai jaminan dari pemerintah india akan perlindungan terhadap anak-anak secara khusus, sehubungan dengan masalah

86 pekerja seks komersial ini, pemerintah India menekankan pada pasal 9, 10 dan 11 dari piagam tersebut, yaitu mengenai komitmen negara India dalam memberikan perlindungan terhadap adanya eksploitasi dan segala bentuk kekerasan yang menimpa anak-anak serta perlindungan anak perempuan. Sedangkan bersama dengan LSM dan yayasan terkait lainnya, UNICEF berupaya sebagai penyuluh yang berupaya untuk membangun inisiatif dan melakukan sosialisasi visi yang kemudian di paparkan melalui pendekatan strategis agar masyarakat lokal lebih peka terhadap masalah pekerja seks anak ini. Dalam kesempatan itu pula, UNICEF berusaha untuk memperkenalkan program-programnya mengenai bagaimana cara memberikan perlindungan dan perhatian khusus terhadap anak dan bahaya-bahaya apa saja yang dapat terjadi jika anak sampai terjerumus dunia prostitusi. Permasalahan yang paling menyedihkan dalam pekerja seks komersial anak ini adalah pelaku perdagangan anak adalah orang tuanya sendiri. Mereka menjual anaknya untuk mendapatkan uang. Hal ini disebabkan karena banyak faktor-faktor utama adalah ekonomi dan moral. Adapun salah satu LSM yang membantu UNICEF dalam menerapkan programnya ini adalah the centre of concern for child labour (CCL). LSM ini membantu UNICEF untuk mendapatkan data mengenai pekerja seks komersial anak ini. Dan data yang dibangun itulah, UNICEF biasa memberikan pembuatan UU dan implementasi dari hukum dan program di Negara India. Dengan menjalin jaringan kerja yang bersifat pluralistik pada tingkatan multi-level (menjalin linkage dan net working). Semua kemungkinan dapat di atasi secara tepat dan cepat. Kemungkinan keberhasilan dalam berbagai upaya

87 advokasi terbukti lewat suatu jaringan. Simpul-simpul kekuatan dalam masyarakat lebih mudah tergalang dan sangat efektif. Berdasarkan hipotesisnya yaitu: UNICEF berperan melalui program Child Protection dan Children Rights dapat mengurangi pekerja seks komersial anak di India, UNICEF kurang memberikan peranan dalam menjalankan program child protection dan children s rights. 5.2 Saran Dalam konteks subtansial, dengan adanya kerjasama antara pemerintah India dengan UNICEF dalam mengatasi prostitusi anak di India, diharapkan munculnya peningkatan perlindungan dan hak-hak anak di India yang juga dapat memberikan kontribusi untuk negara-negara lainnya yang mempunyai permasalahan yang sama dengan India untuk lebih memperhatikan kondisi anakanak di masing-masing negara sehingga prostitusi anak dapat dihindari. Lebih meningkatkan kerjasama yang lebih baik antar negara dan semua sektor masyarakat untuk mencegah anak memasuki perdagangan seks serta memperkuat peran serta keluarga dalam melindungi anak-anak dari prostitusi. Pemerintah India harus segera menciptakan suatu pendidikan, mobilisasi sosial, juga aktivitas pengembangan untuk menjamin agar orang tua bertanggung jawab atas anak-anak untuk memenuhi hak anak, kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari prostitusi. Pemerintah India harus segera menciptakan suatu pendidikan, mobilisasi sosial, juga aktivitas pengembangan untuk menjamin agar orang tua bertanggung jawab atas anak-anak untuk memenuhi hak anak, kewajiban dan tanggung jawab

88 untuk melindungi anak-anak dari prostitusi. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan mengenai peranan UNICEF dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India, dimana peneliti telah berusaha untuk mengkaji dan mengolah data-data yang tersedia. Namun demikian, sehingga bagi peneliti lain yang mengangkat permasalahan yang sama hendaknya lebih sering untuk memantau perkembangan terbaru mengenai data-data yang tersedia sehingga didapatkan data yang lebih valid.