Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010.

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) TOMPEYAN TEGALREJO DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), media audio visual, pendidikan kesehatan, perilaku ibu, balita

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

PENELITIAN GAMBARAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI PADA BALITA YANG MENGALAMI GIZI KURANG

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

Transkripsi:

30 KETERKAITAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA USIA (1-5 TAHUN) Nurwijayanti Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Surya Mitra Husada Kediri e-mail: wijayantistikes@gmail.com ABSTRACT Malnutrition and infection interact with each other (reciprocity). Malnutrition will cause the patient's vulnerability to infection such as ARI and ARI will aggravate malnutrition. The purpose of this study was to determine the relationship between Protein Energy Malnutrition (PEM) with ARI in infants aged 1-5 years in Blabak Public Health Center Kandat sub-district, Kediri. The study design used analytic with cross-sectional approach with accidental sampling method of sampling. Samples taken as many as 33 infants PEM on children aged 1-5 years in Blabak Public Health Center, Kandat sub-district, Kediri. The test used in this study are Chi-Square. The survey results revealed as many as 19 infants (81%) infants were medium PEM patients; 20% of children under five PEM experienced a respiratory infection; and also toddlers who experienced this medium PEM being led to ARI by 76%. Statistical test results concluded that there was a relationship between PEM with ARI in infants aged 1-5 years. Recommended for mothers to pay more attention towards their children growth by providing adequate nutritional intake so that toddlers are not susceptible to infectious diseases. Keywords: Toddlers, Protein Energy Malnutrition, Acute Respiratory Infection ABSTRAK Malnutrisi dan infeksi saling berinteraksi (timbal balik). Malnutrisi menyebabkan rentannya penderita terhadap infeksi seperti Infeksi Saluran Nafas dan ISPA akan memperburuk keadaan malnutrisi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Kurang Energi Protein (KEP) dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.Desain penelitian ini menggunakan analitik dengan pendekatan cross sectional dengan metode sampling accidental sampling. Sampel diambil sebanyak 33 balita KEP pada balita usia 1-5 tahun Puskesmas Blabak kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-Square. Hasil penelitian diketahui sebanyak 19 balita (81%) balita menderita KEP sedang ; sebanyak 20% balita KEP mengalami ISPA ; serta balita yang KEP sedang menyebabkan terjadinya ISPA sebesar 76%.Hasil uji statistik disimpulkan ada hubungan antara KEP dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-5 tahun. Direkomendasikan para ibu lebih memperhatikan pertumbuhan anaknya dengan cara memberikan asupan nutrisi yang adekuat sehingga balita tidak rentan terhadap penyakit infeksi. Kata Kunci : Balita, Kurang Energi Protein, Infeksi Saluran Pernafasan Akut

31 PENDAHULUAN Morbiditas dan mortalitas di negara berkembang masih merupakan masalah besar seperti halnya di Indonesia, khususnya angka kematian bayi dan balita masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI 2002-2003 angka kematian bayi di Indonesia sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian balita 46 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian balita di negara maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2005). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi morbiditas yang tinggi. ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan. Malnutrisi dan infeksi saling berinteraksi (timbal balik). Malnutrisi akan menyebabkan rentannya penderita terhadap infeksi seperti ISPA dan ISPA akan memperburuk keadaan malnutrisi. Dari data awal tahun 2011 di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri menunjukkan bahwa angka kejadian balita KEP yang menderita ISPA usia 1-5 tahun mengalami peningkatan pada beberapa bulan terakhir. Pada bulan Agustus ditemukan sebanyak 97 balita (2,98%) KEP mengalami ISPA, bulan September sebanyak 105 balita (3,35%) dan Oktober 112 balita(3,65%). Hasil survei tersebut di atas di dapatkan dari observasi Kartu Menuju Sehat (KMS) sebanyak 112 balita. Anak yang Kurang Energi Protein (KEP) mengalami defisiensi dari zat-zat yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Konsumsi anak yang defisit akan berdampak pada ketahanan tubuh yang kurang, dan akibatnya tubuh rentan terhadap infeksi. Penyakit infeksi berhubungan dengan gizi kurang yaitu dengan anak mempunyai penyakit infeksi maka akan memperburuk keadaan gizi nya. Kondisi ini juga kembali menyebabkan terjadinya infeksi (Soeditamo, 2006). Upaya untuk menurunkan kejadian ISPA pada balita KEP yaitu memperbaiki status gizi balita melalui pemenuhan asupan nutrisi pada balita sehingga daya tahan tubuh meningkat dan tidak rentan terhadap penyakit infeksi.

32 METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional, dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap obyek. Desain penelitian ini menggunakan analitik dengan pendekatan cross sectional dengan metode sampling accidental sampling. Sampel diambil sebanyak 33 balita KEP pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Blabak kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-Square. HASIL Tabel 1. Distribusi Frekuensi KEP Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Bulan Agustus-Oktober 2011 KEP Jumlah % Ringan 14 19% Sedang 19 81% Jumlah 33 100 Dari Tabel 1 diketahui sebagian besar balita yang menderita KEP di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten adalah KEP sedang yaitu sebanyak 19 balita (81%). Dari Tabel 2 di bawah ini diketahui bahwa sebanyak 13 balita ( 80%) tidak mengalami ISPA; dan sebanyak 13 balita (20%) mengalami ISPA. Dari 13 balita ISPA tersebut sebanyak 8 Balita berjenis kelamin perempuan 71 % dan sebanyak 5 responden terjadi pada anak laki-laki dengan prosentase 29%. Tabel 2. Distribusi Frekuensi ISPA Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Bulan Agustus-Oktober 2011 ISPA Jumlah % ISPA 13 20 Tidak 20 80 ISPA Jumlah 33 100 Dari Tabel 3 diketahui bahwa balita yang KEP sedang mengalami penurunan daya tahan tubuh dan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga mengalami ISPA sebanyak (76%). 12 balita Tabel 3. Tabulasi Silang antara KEP dengan Kejadian ISPA pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Bulan Agustus-Oktober 2011 KEP Kejadian ISPA ISPA % Tidak ISPA % Jumlah % Ringan 1 24 13 61 14 100 Sedang 12 76 7 39 19 100 Jumlah 13 100 20 100 33 100

33 Uji statistik dengan menggunakan chi square didapatkan nilai signifikan 0,01 yang berarti kurang dari 0,05. Ini berarti ada hubungan antara KEP dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. PEMBAHASAN Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan harian sehingga tidak mencukupi Angka Kecukupan Gizi (Soegiyanto, 2007). Kurangnya energi protein dalam waktu cukup lama akan berakibat buruk bagi pertumbuhan dan perkembangn bayi-balita. Keadaan ini akan lebih dipercepat lagi apabila bayi menderita diare atau infeksi lainnya. Dalam penelitian ini, sebagian responden mengalami KEP sedang sebanyak 19(81%). Hal ini mungkin disebabkan karena pendidikan ibu sebagian besar adalah sekolah menengah pertama, sehingga pengetahuannya dapat dikatakan rendah dan kesadarannya untuk membawa balitanya ke Puskesmas kurang baik.apabila tidak teratasi, dan berlangsung lama dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita. Balita KEP yang mengalami ISPA sebanyak 13 balita (20%), dengan rincian sebanyak 8 Balita (71%)diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 5 responden (29%)terjadi pada anak lakilaki.kejadian ISPA ini tidak bisa lepas dari faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan, (Men.Kes. RI nomor 829/99). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksa, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Ranuh, 1997).Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian terjadinya ISPA diantaranya yaitu :umur, Kekurangan Energi Protein (KEP), defisiensi vitamin A, polusi udara,

34 kepadatan tempat tinggal, malnutrisi dan infeksi saling berinteraksi (timbal balik). Malnutrisi akan menyebabkan rentannya penderita terhadap infeksi seperti ISPA dan ISPA akan memperburuk keadaan malnutrisi.anak yang kurang gizi dalam perjalanan hidupnya lebih peka terhadap ISPA (Depkes RI, 2000).Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko yang mempengaruhi dan atau memudahkan terjadinya penyakit ISPA, antara lain gizi kurang,,tidak mendapat air susu ibu yang memadai, polusi udara, tempat tinggal padat, imunisasi tidak lengkap, dan defisiensi vitamin A, (Arpan Tombili, 2010). Faktor pencegahan merupakan salah satu faktor penting dalam menghambat meluasnya kesakitan dan kematian tersebut. Berdasarkan hal tersebut diperlukan upaya untuk mengatasinya yaitu memperbaiki status gizi balita melalui pemenuhan asupan nutrisi pada balita sehingga daya tahan tubuh meningkat dan tidak rentan terhadap penyakit infeksi. Ibu sangat berperan dalam pemenuhan asupan nutrisi balita. Hubungan Kekurangan Energi Protein (KEP) dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan akut (ISPA) Balita Berdasarkan uji chi square didapatkan p value 0,01 dan ini berarti ada hubungan antara KEP dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Anak yang KEP akan mengalami defisiensi dari zat-zat yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga rentan terhadap infeksi. Makanan yang berkualitas sangat dibutuhkan anak dan dampak panjang dari asupan yang berkualitas adalah terbentuknya daya tahan tubuh yang baik. Penyakit infeksi dengan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik yaitu sebab akibat penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi (Soeditamo, 2006). Pendidikan mempunyai peran yang cukup dominan dalam mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnyabalita. Kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang, maka anak akan sering sakit, misalnya diare, cacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria, demam

35 berdarah dan sebagainya. Demikian pula dengan polusi udara yang berasal dari pabrik, asap kendaraan, maupun asap rokok dapat mempengaruhi tingginya angka kejadian ISPA. Anak yang menderita sakit ini akan terganggu tumbuh kembangnya (Soetjiningsih, 20005). Upaya untuk menurunkan kejadian ISPA pada balita KEP yaitu memperbaiki status gizi balita melalui pemenuhan asupan nutrisi pada balita sehingga daya tahan tubuh meningkat dan tidak rentan terhadap penyakit infeksi.dalam pelaksanaan upaya pencegahan tersebut diperlukan kerjasama antara petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan yaitu memberikan pengetahuan dan pendekatan dengan melakukan penyuluhan untuk menjaga kesehatan balita dari penyakit infeksi dengan memberikan asupan nutrisi yang adekuat sehingga tidak terjadi malnutrisi. KESIMPULAN 1. Sebanyak 19 balita ( 81%) mengalami Kekurangan Energi Protein (KEP) tingkat sedang 2. Sebanyak 80% balita KEP tidak mengalami ISPA 3. Ada hubungan antara Kurang Energi Protein (KEP) dengan kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Puskesmas Blabak Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Disarankan bagi para ibu agar dapat lebih memperhatikan pertumbuhan anaknya dengan cara memberikan asupan nutrisi yang adekuat sehingga balita tidak rentan terhadap penyakit infeksi, serta memberikan REFERENSI Depkes. RI. (2000). Pedoman Talalaksana Kurang Energi Protein pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta : Depkes RI. Depkes. RI. (2001). Pedoman Promosi Penanggulangan Pneumonia Balita. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Depkes RI. R.I., Depkes. (2005). Pencegahan dan Penanggulangan ISPA dari Segi Lingkungan. Jakarta : Departemen kesehatan. Ranuh IGN. (1997). Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup

36 Anak. Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. Sediaotama, A. D. (2006).Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa & Pofesi Jilid II. Jakarta. Dian Rakyat. Tombili, Arpan.(2006). Studi Korelasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Wawatobi Kabupaten Konawe Tahun 2006. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat STIK Avicenna. Sulawesi Tenggara. WHO.(2005).Checklist For Influenza Pandemic Preparedness Planning. (Accessed 25 May 2007, at http://whqlibdoc.who. int/hq/ 2005/WHO_CDS_CSR_GIP_20 05.4.pdf)