PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA/SEDERAJAT DI KECAMATAN BANDUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SISWA SMP KRISTEN GERGAJI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA ATAU SEDERAJAT DI KECAMATAN BANDUNGAN

Keywords: Bandungan tourist area, elementary school, early adolescents, health education, knowledge level, reproductive health education.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN GANGGUAN HAID PADA SISWI SMA DI KECAMATAN SEMARANG BARAT

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMK TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

DAFTAR PUSTAKA. 1. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. [Internet].

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA MUHAMMADIYAH 4 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

SUCI ARSITA SARI. R

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA KANJENG SEPUH GRESIK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) SISWA SMA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

PENGARUH PAPARAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SISWA SMA DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 6 KECAMATAN PONTIANAK TIMUR TAHUN 2013

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MIMPI BASAH PADA SISWA SMP X KELAS VIII DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK SADARI PADA SISWI SMA ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

Hubungan Akses Media Massa dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja ( Studi Kasus di SMK Kristen Gergaji)

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PALSI SEREBRAL TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN RETENSI MEMORI PASCA PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA DENGAN MEDIA CERAMAH DAN VIDEO PADA WANITA USIA SUBUR

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

PENGARUH KONSELING BIDAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN MINAT MENJADI AKSEPTOR IUD POST PLASENTA DI KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE MELALUI MEDIA BOOKLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN DAYA TERIMA SISWI DI SMK SURAKARTA

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi menurut definisinya merupakan keadaan sehat dan

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA N 1 KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

PENGARUH PENYULUHAN PENCEGAHAN HIV/AIDS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA DI SMA MA ARIF KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI. Oleh : ELSA NUGRAHENI K

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK. Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN PADA PELAJAR SMAN 1 BANTUL TENTANG PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN INTERVENSI CBIA-NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

DETERMINAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN DEMAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Pengaruh Penyuluhan Dalam Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Pengurus Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa UHAMKA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

RABIATHUL IRFANIAH NIM I

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA (Studi di Klinik Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang)

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, kesehatan seksual remaja, kesehatan reproduksi remaja.

PENGARUH PENYULUHAN MENGENAI PREEKLAMPSIA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PADA KADER POSYANDU DI KOTA SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PERAN LATIHAN FISIK TERHADAP NAFSU MAKAN PADA INDIVIDU OVERWEIGHT ATAU OBESITAS YANG MENDAPATKAN KONSELING GIZI TENTANG LOW CALORIE DIET

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman 29-36

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MELAKUKAN SADARI PADA IBU

Transkripsi:

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA SMA/SEDERAJAT DI KECAMATAN BANDUNGAN Ika Septiana Eryani 1, Yuli Trisetiyono 2, Dodik Pramono 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Obsgin Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 3 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar belakang Tidak semua kebutuhan remaja dapat dimengerti dengan baik dalam banyak hal terutama dalam hal kesehatan reproduksi sehingga muncul berbagai permasalahan remaja, terutama yang tinggal di daerah lokalisasi. Salah satu cara yang dipakai untuk menurunkan angka permasalahan remaja akibatnya kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi tersebut adalah melalui berbagai upaya yang diprogramkan oleh pemerintah, salah satunya dengan pendidikan melalui kegiatan penyuluhan. Tujuan Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMA/sederajat di Kecamatan Bandungan Metode Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental pre-test and post-test nonequivalent control group design. Sebanyak 80 sampel diambil dari kelas XI secara cluster sampling yang terdiri atas 40 siswa sebagai kelompok kontrol dan 40 siswa sebagai kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok diberikan kuesioner pretest. Selanjutnya, untuk kelompok perlakuan mendapatkan intervensi berupa penyuluhan sementara kelompok kontrol tidak. Seminggu kemudian, masing-masing akan diberi kuesioner posttest. Analisis data dilakukan masing-masing kelompok dengan paired t test dan alternatifnya uji Wilcoxon. Sedangkan analisis antar kelompok dengan independent t test dan alternatifnya uji Mann-Whitney. Hasil Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dalam kelompok kontrol (p=0,103). Perbedaan yang bermakna ditunjukkan pada kelompok perlakuan setelah diberikan penyuluhan (p=0,000). Perbedaan bermakna juga terlihat pada analisis tingkat pengetahuan kelompok kontrol dan perlakuan (p=0,000). Kesimpulan penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMA/sederajat di Kecamatan Bandungan Kata kunci penyuluhan, tingkat pengetahuan, kesehatan reproduksi, remaja, lokalisasi ABSTRACT EFFECT OF COUNSELING TO KNOWLEDGE LEVEL OF REPRODUCTIVE HEALTH ON HIGH SCHOOL STUDENTS IN THE DISTRICT OF BANDUNGAN Background The adolescent demands are uneasy to be fulfilled and understood. These, especially for reproductive health, lead to adolescent public issue emerging. Issues regarding adolescent reproductive health s important, particularly who live in a prostitution area. Education, specifically is counseling, becomes a solution decreasing issues concern to lack of reproductive health knowledge in adolescent. 975

Aim To understand the effect of counseling to knowledge level of reproductive health on High School students in the district of Bandungan. Method This research was conducted using quasi experimental pre-test and post-test nonequivalent control group design. Eighty samples of second grade students were taken by cluster sampling, divided into two groups. Forty samples were grouped as a control and the other experimental group. Every subjects in each group was given pretest questionnaire. The experimental group was followed by reproductive health counseling and other had no intervention. Posttest questionnaire was given one week after pretest. Data were analyzed using paired t test and its alternative Wilcoxon test for each group and independent t test and its alternative Mann-Whitney test comparing both groups. Result There was no significant difference on knowledge level of reproductive health in control group (p=0,103). On the other hand, there was a significant difference before and after counseling in the experimental group (p=0,000). Significant difference was also found in knowledge level analyzing between control and experimental group (p=0,000). Conclusion Counseling increases knowledge level of reproductive health on High School students in the district of Bandungan. Keywords counseling, knowledge level, reproductive health, adolescents, prostitution PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kesehatan reproduksi ialah kondisi sehat secara fisik, mental, dan sosial serta tidak adanya penyakit ataupun kecacatan pada sistem reproduksi. 1 Agar dapat dicapai oleh setiap orang, maka diperlukan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar dan komprehensif. 2 Sasaran utama yang menjadi prioritas edukasi mengenai kesehatan reproduksi adalah remaja (adolescence) karena rendahnya tingkat pengetahuan remaja mengenai hal tersebut. 3,4 Meskipun menjadi fokus utama, tidak semua kebutuhan remaja dapat dimengerti dengan baik dalam banyak hal terutama dalam hal kesehatan reproduksi. 4 Tahun 2012, populasi remaja berusia 12-24 tahun (youth) berjumlah 1,6 miliar yang mana 721 juta adalah remaja berusia 12 17 tahun, yaitu remaja yang duduk di sekolah menengah. 5 Kemudian sepanjang tahun 2013-2014, populasi remaja bertambah menjadi 1,8 miliar, yaitu seperempat jumlah seluruh populasi di dunia. 3,6 Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa 70% berada di negara berkembang, salah satunya Indonesia. 7 Usia remaja dikenal sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan selalu ingin mencoba tantangan yang baru. 8 976

Selain sikap ingin mencoba, era modernisasi pergaulan pun dapat meningkatkan risiko kerentanan terhadap gangguan kesehatan, terutama sistem reproduksi. 9 Ada pun masalah yang rawan dihadapi oleh para remaja adalah infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi yang tidak aman, terjadinya pernikahan usia dini, kekerasan seksual dan pemerkosaan, serta pergaulan bebas. 10 Salah satu cara yang dipakai untuk menurunkan angka kejadian kasus di atas adalah melalui berbagai upaya yang diprogramkan oleh pemerintah, salah satunya dengan pendidikan melalui kegiatan penyuluhan. 4 Sayangnya, pembicaraan tentang kesehatan reproduksi masih dianggap tabu di kalangan keluarga karena orang tua enggan, sehingga remaja menjadi malu untuk mendiskusikan topik ini. 3,11,12,13 Rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan masalah remaja seperti yang telah diuraikan di atas, misalnya menyebabkan perilaku seks yang bebas. 11 Dengan demikian diperlukan suatu cara untuk memperbaiki tingkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, misalnya penyuluhan. Tindak penyuluhan kesehatan reproduksi biasa dilakukan oleh BKKBN dan PKBI. 2 Saat ini, pemerintah semakin mempertimbangkan penggalakan program pemberian informasi dan penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja oleh kedua badan tersebut. 9,10,14 Kecamatan Bandungan dipilih sebagai tempat penelitian karena memiliki faktor lingkungan yang kurang baik, yaitu adanya praktik pelacuran yang sudah berlangsung sejak lama yang dilokalisasikan di desa Kalinyamat. Apabila terdapat komunitas remaja desa maupun sekolah yang berada di lingkungan prostitusi, maka secara tidak langsung mereka akan terpengaruh dengan lingkungan, terlebih lagi jika tidak memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik. 15 Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan remaja untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi di Kecamatan Bandungan. 977

METODE Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental pre-test and post-test nonequivalent control group design yang dilakukan di SMA/sederajat se-kecamatan Bandungan, yaitu MA AL-Bidayah Candi, SMK Theresiana Bandungan, dan SMA Wira Usaha Jimbaran pada bulan Maret Mei 2015. Sampel penelitian diperoleh dengan cara cluster sampling sebanyak 80 siswa kelas XI yang terdiri atas 40 siswa kelompok kontrol dan 40 siswa kelompok perlakuan yang memenuhi kriteria inklusi (siswa kelas XI SMA/sederajat yang tercatat di sekolah dan bersedia mengikuti penelitian hingga selesai), kriteria eksklusi (sudah pernah mendapat penyuluhan 6 bulan sebelumnya), dan kriteria drop out (tidak mengikuti salah satu pre-test, penyuluhan, post-test maupun ketiganya dan lembar kuesioner tidak diisi dengan lengkap). Variabel bebas penelitian ini adalah penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dengan variabel terikatnya adalah tingkat pengetahuan siswa SMA/sederajat. Subyek kelompok kontrol diberikan kuesioner penelitian sebagai pre-test dan seminggu kemudian mengisi post-test dan tidak diberikan penyuluhan. Sementara itu, subyek kelompok perlakuan diberikan kuesioner penelitian sebagai pre-test di awal penelitian kemudian diberikan intervensi berupa penyuluhan. Selanjutnya, seminggu kemudian diberikan post-test kuesioner penelitian. Analisis data dilakukan masing-masing kelompok dengan paired t test dan alternatifnya uji Wilcoxon sedangkan analisis antar kelompok dengan independent t test dan alternatifnya uji Mann-Whitney. HASIL Dari data karakteristik sampel, didapatkan usia sampel kontrol terbanyak adalah 18 tahun (45%) dan sampel perlakuan 17 tahun (50%). Jumlah terbanyak pada kelompok kontrol adalah siswa laki-laki 23 orang (57,5%) sedangkan pada kelompok perlakuan adalah siswa perempuan 23 orang (57,5%). Sebagian besar subyek, 34 siswa (85%) dari kelompok kontrol dan 39 siswa (97,5%) dari kelompok perlakuan bertempat tinggal di luar desa Bandungan. Paparan informasi dari berbagai media kelompok kontrol adalah baik pada 24 siswa (60%) sementara kelompok perlakuan hanya 12 siswa (30%). Kategori sebagian besar subyek dalam komunikasi dengan orang tua mengenai kesehatan reproduksi kurang baik, yaitu sebanyak 35 siswa (87,5%) pada kelompok kontrol dan 27 siswa (67,5%) pada kelompok perlakuan. 978

Tabel 1. Hasil analisis tingkat pengetahuan pretest dan posttest kelompok control Kelompok Kontrol n Rerata±sb. Perbedaan Rerata±s.b. IK95% p* Nilai pretest 40 20,23 ± 2,402 0,300 ± Nilai posttest 40 19,93 ± 2,141 1,137 *uji paired t test, p=0,103 0,664 0,064 0,103 Pada kelompok kontrol, didapatkan hasil uji yang menunjukkan signifikansi p=0,103 (p<0,05 dianggap bermakna). Tabel 2. Hasil analisis tingkat pengetahuan pretest dan posttest kelompok perlakuan Kelompok Perlakuan **uji Wilcoxon, p=0,000 n Rerata±s.b. Median (Min- Max) Nilai pretest 40 20,95±2,062 21 (14-24) Nilai posttest 40 27,05±1,584 27 (23-29) p** <0,001 Sebaran data pada uji normalitas tidak normal sehingga dilakukan uji hipotesis alternatif uji Wilcoxon dengan angka kemaknaan p=0,000 (p<0,05). Tabel 3. Hasil analisis tingkat pengetahuan kelompok kontrol dan perlakuan N Median (minmax) Rerata±s.b. p* Kontrol 40 0 (-3 2) -0,30±1,137 Perlakuan 40 6 (5-12) 6,10±1,582 *uji Mann-Whitney, p=0,000 <0,001 Didapatkan adanya perbedaan bermakna terhadap tingkat pengetahuan antara kelompok kontrol dan perlakuan dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05). Ada pun variabel perancu yang dianalisis adalah paparan informasi dari berbagai media, komunikasi dengan keluarga, dan pergaulan dengan teman sebaya. Oleh karena sebaran data yang tidak normal, dilakukan uji nonparametrik Kruskal-Wallis untuk analisis paparan informasi dari berbagai media dan uji Mann Whitney untuk analisis komunikasi dengan keluarga serta pergaulan dengan teman sebaya. 979

Tabel 4. Hasil analisis paparan informasi dari berbagai media kelompok kontrol dan perlakuan Kelompok yang mendapat paparan informasi Kategori N Median (minmax) Rerata±s.b. p* Baik 20 0 (-2 1) -1,5±0,875 Kontrol Cukup 15 1 (0-1) 0,60±0,507 Kurang 5-1 (-2 0) -0,80±0,837 0,003 Baik 12 5 (5-12) 6,00±2,000 Perlakuan Cukup 20 6 (5-8) 5,95±0,887 Kurang 8 5,5 (5-11) 6,63±2,264 0,592 *uji Kruskal-Wallis Tabel 5. Hasil analisis komunikasi dengan orang tua atau keluarga kelompok kontrol dan perlakuan Komunikasi dengan orang tua atau keluarga Kontrol Perlakuan *uji Mann-Whitney Kategori N Median (min-max) Rerata±s.b. p* Baik 5 0 (-2 1) -0,20±1,304 Kurang baik 35 0 (-2 1) 0,09±0,818 Baik 13 6 (5-11) 6,31±1,702 Kurang baik 27 6 (5-12) 6,00±1,544 0,696 0,498 Tabel 6.. Hasil analisis pergaulan dengan teman sebaya kelompok kontrol dan perlakuan Tingkat pengetahuan dan Median Kategori n pergaulan teman (min-max) Rerata±s.b. p* sebaya Dengan komunikasi 23 0 (-2 1) 0,17±0,887 Kontrol teman sebaya Tanpa 0,257 komunikasi teman sebaya 17 0 (-2 1) -0,12±0,857 Dengan komunikasi 18 5,5 (5-7) 5,72±0,826 Perlakuan teman sebaya Tanpa 0,434 komunikasi teman sebaya 22 6 (5-12) 6,41±1,968 *uji Mann-Whitney 980

PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMA/sederajat di Kecamatan Bandungan, perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa dalam kelompok kontrol dan perlakuan serta informasi tentang kesehatan reproduksi yang dibutuhkan untuk pendidikan mereka. Berdasarkaan usia, jenis kelamin, dan paparan informasi dari berbagai media menunjukkan karakteristik sampel yang homogen, sedangkan jarak sekolah dengan lokalisasi, paparan penyuluhan sebelumnya, dan komunikasi dengan keluarga terdapat nilai bermakna yang dapat menyebabkan bias penelitian. Analisis deskriptif rmenunjukkan bahwa hanya terdapat 40% subyek dari kelompok kontrol yang mendapatkan skor pre-test lebih dari rata-rata (Ẍ=20) dan setelah dilakukan posttest didapatkan hanya 35% subyek yang memperoleh nilai di atas rata-rata (Ẍ=20). Sementara itu, pada kelompok perlakuan didapatkan 42,5% subyek yang mendapatkan nilai lebih dari rata-rata baik pada pretest (Ẍ=21) maupun post-test (Ẍ=27). Didapatkan nilai rerata post-test jauh lebih tinggi daripada pre-test, yaitu dengan range rerata antara pre-test dan post-test sebesar 6,10±1,582. Dengan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pada siswa SMA/sederajat di Kecamatan Bandungan dapat diterima. Didapatkan juga perbedaan yang cukup signifikan antara tingkat pengetahuan kelompok perlakuan setelah penyuluhan dan kelompok kontrol yang tidak diberi penyuluhan dengan perbedaan rerata post-test kelompok kontrol sebesar 19,93±2,141 dan perlakuan 27,05±1,584. Dalam penelitian ini tidak ditemukan nilai yang bermakna terhadap pengaruh paparan informasi dari berbagai media pada kelompok perlakuan. Selain itu, tidak didapatkan pengaruh komunikasi dengan orang tua dan teman sebaya terhadap tingkat pengetahuan baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Kelebihan penelitian ini adalah dilakukan dengan desain quasi experimental pre-test and post-test nonequivalent control group reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan kelompok perlakuan serta perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok. Besar sampel yang diperlukan 981

pada penelitian ini terpenuhi sehingga diharapkan memberi gambaran karakteristik remaja tengah dan akhir (middle and late adolescent) di Indonesia, khususnya yang bersekolah di daerah lokalisasi. Kekurangan dari penelitian adalah kurangnya pengontrolan terhadap perancu, adanya ketidakseragaman subyek dalam hal jarak sekolah dengan lokalisasi, paparan penyuluhan sebelumnya, dan komunikasi dengan keluarga terdapat nilai bermakna yang dapat menyebabkan bias penelitian, serta terdapatnya perbedaan yang signifikan terhadap pada analisis paparan informasi dari berbagai media pada kelompok kontrol. Perbedaan yang signifikan ini dapat terjadi karena adanya jangka waktu selama satu minggu dari pre-test hingga post-test sehingga subyek dapat mencari informasi dari berbagai sumber. SIMPULAN DAN SARAN Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tentang kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pada siswa SMA/sederajat di Kecamatan Bandungan, terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMA/sederajat antara kelompok perlakuan setelah penyuluhan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan penyuluhan, serta kebutuhan materi pendidikan tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMA/sederajat di Kecamatan Bandungan dapat mencakup tentang struktur dan fungsi organ reproduksi, pubertas, proses pembuahan (fertilisasi), kehamilan (pembentukan kehamilan, KTD, dan aborsi), cara pemeliharaan organ reproduksi, dan penyakit menular seksual (PMS). Berdasaran simpulan di atas, diperlukan perhatian lebih dalam masyarakat mengenai pendidikan tentang kesehatan reproduksi, misalnya meningkatkan komunikasi antara anak dan orang tua tentang kesehatan, kerjasama antara Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, dan kementerian terkait lainnya untuk bersinergi sehingga kegiatan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dapat dikembangkan untuk dapat menunjang kurikulum, serta penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penyuluhan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan berbeda golongan usianya, daerah yang lebih berisiko, atau dengan desain penelitian atau rumusan masalah penelitian yang berbeda misalnya pengaruh jarak tempat tinggal dengan daerah lokalisasi terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. 982

DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. UN Population division, department of economic and social affairs of united nation population information nertwork (POPIN) with support from the UN population fund (UNFPA): Guidelines on reproductive health. c2007.. Available from: http://www.un.org/popin/unfpa/taskforce/guide/iatfreph.gdl.html&eibqgyn1g9&lc=id- ID&s=1&m=165&ts=1436402325&sig=AG8UculAy5rXYo38GFv4aW-wPejiuS3sQA 2. Benita, NR. Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja siswa smp gergaji: Universitas Diponegoro. 2012 3. Shiferaw K, Getahun F, Asres G. Assessment of adolescents' communication on sexual and reproductive health matters with parents and associated factors among secondary and preparatory schools' students in Debremarkos town, North West Ethiopia. Reproductive Health. 2014. 4. Department of Reproductive Health and Research WHO. Promoting and safeguarding the sexual and reproductive health of adolescents. c2006. Available from: http://whqlibdoc.who.int/hq/2006/rhr_policybrief4_eng.pdf 5. UN. World population monitoring: adolescence and youth: New York. c2012. 6. Sawyer SM, Afifi RA, Bearinger LH, Blakemore S-J, Dick B, Ezeh AC, et al. Adolescent Health 1: Adolescence: a foundation for future health. 2012;379(9826):1630-40. Epub Apr 28-May 4, 2012. 7. Hindin MJ, Fatusi AO. Adolescents sexual and reproductive health in developing countries: an overview of trends and interventions. c2009. Available from: https://www.guttmacher.org/pubs/journals/3505809.html. 8. Palu B. Menyelamatkan generasi muda. KB KR BKKBN. 2008 5 November 2008. 9. Massolo AP, Ikhsan M, Rahma. Pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di sman 1 masohi tahun 2011. 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hassanudin. Bahasa. 10. Buzarudina F. Efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap tingkat pengetahuan siswa sman 6 kecamatan pontianak timur tahun 2013. Naskah Publikasi. 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. 983

11. Sulistianingsih A. Hubungan lingkungan pergaulan dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas pada remaja. 2010. Fakultas Kedokteran: Universitas Sebelas Maret Surakarta. 12. McMichael C, Gifford S. It is good to know now before it s too late : promoting sexual health literacy amongst resettled young people with refugee backgrounds. 2009 8 July 2009;13(Sexuality and Culture):218-36. 13. Dash B. Knowledge of adolescent girls regarding reproductive health care. Nursing Journal of India. 2012;CIII No. 4:157-9. 14. Wijayanti, R. Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan remaja terhadap perilaku seksual remaja pada siswa sma di kecamatan baturaden dan purwokerto. The Soedirman Journal of Nursing. 2007;2 No. 2. 15. Amaliyasari Y, Puspitasari N. Perilaku seksual anak usia pra remaja di sekitar lokalisasi dan faktor yang mempengaruhi. J Penelit Din Sos. 2008; Vol. 7 No. 1:54-60. Epub April 2008:. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga: Surabaya. 984