I. PENDAHULUAN. dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya. nasional. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. penuh perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni (IPTEKS).

BAB I PENDAHULUAN. pada Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 (dalam Triana, 2015) menyatakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

I. PENDAHULUAN. sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang aktif dan kondusif.

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Th. 2003)

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir lebih sistematis, rasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka melaksanakan tujuan dan sistem pendidikan Nasional

PENERAPAN METODE GASING (GAMPANG, ASYIK DAN MENYENANGKAN) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat karena pendidikan dapat mempengaruhi dan mengubah pola pikir seseorang untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan ke arah peningkatan kualitas diri sesuai harapan pelaku pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat Notoatmodjo (Hakim, 2013), yang mengatakan bahwa pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tanpa pendidikan sama sekali tidak mungkin suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan yang akan dicapai karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolok ukur dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3:

2 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga Perguruan Tinggi dan merupakan salah satu bidang pendidikan yang berperan penting dalam kehidupan dan perkembangan IPTEK. Sebagian besar siswa memandang matematika sebagai pelajaran yang paling sulit dibandingkan dengan pelajaran lain. Walaupun demikian, tidak hanya siswa yang diharuskan mempelajari matematika tetapi semua orang harus mempelajari matematika karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan hampir semua bidang studi memiliki kaitan dengan matematika. Matematika dapat membantu kita untuk dapat berpikir secara logis, kritis, dan kreatif. Oleh karena itu, matematika sangatlah penting untuk dipelajari. Hal ini senada dengan pendapat Cockroft (Abdurrahman, 2003:253) bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang membutuhkan keterampilan matematika, dan matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis. Dasar hukum lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006, menyebutkan bahwa dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan penggunaan masalah yang sesuai dengan situasi. Lebih lanjut dikemukakan salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

3 Untuk itu dalam pembelajaran matematika hendaknya dibiasakan dengan mengajukan masalah nyata, yaitu pembelajaran yang mengaitkan masalah dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran yang memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan pembelajaran soal cerita. Dalam pembelajaran soal cerita ini siswa dituntut untuk dapat memecahkan permasalahan melalui kemampuannya dalam memahami, merancang, dan menyelesaikan soal cerita tersebut. Penyajian soal dalam bentuk cerita merupakan usaha untuk menerapkan konsep yang sedang dipelajari sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Haji (Raharjo, 2009:2) berpendapat bahwa soal cerita merupakan hasil dari modifikasi soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita sangat bermanfaat untuk perkembangan proses berpikir siswa karena dalam penyelesaiannya diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang membutuhkan pemahaman dan penalaran. Soal cerita dapat dipastikan ada pada beberapa ujian, antara lain ujian tengah semester, ujian akhir semester, bahkan ujian akhir nasional. Oleh sebab itu, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita menentukan prestasi akademik siswa. Namun, pada kenyataannya banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita. Tentu saja hal ini akan berdampak pada rendahnya prestasi akademik yang dicapai oleh siswa. Abdurrahman (2003:257) mengatakan bahwa dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan sehingga menyebabkan anak melakukan kesalahan. Rahardjo (2011:14) menambahkan kesalahan-kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal yang disajikan dalam bentuk cerita secara

4 mekanik meliputi kesalahan memahami soal, kesalahan membuat model (kalimat) matematika, kesalahan melakukan komputasi (penghitungan), dan kesalahan menginterpretasikan jawaban kalimat matematika. Berikut contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita: Ibu membeli 10 butir telur yang harganya Rp 2.000 tiap butir dan 5 kg beras yang harganya Rp 8.000 tiap kg. Ibu membayar barang-barang tersebut dengan menyerahkan uang Rp 100.000. Berapakah uang kembali yang diterima oleh Ibu? Penyelesaian: 1) Kesalahan memahami soal Diketahui: Ibu membeli 10 butir telur yang harganya Rp 2.000 tiap butir dan 5 kg beras yang harganya Rp 8.000 tiap kg. Ibu membayar barangbarang tersebut dengan uang Rp 100.000. Ditanya: Berapakah uang kembali yang diterima oleh Ibu? Jawaban yang benar: Diketahui: Telur yang dibeli Ibu = 10 butir Harga telur tiap butir = Rp 2.000 Beras yang dibeli Ibu = 5 kg Harga beras tiap kg = Rp 8.000 Uang yang diserahkan oleh Ibu = Rp 100.000 Ditanya: Uang kembali yang diterima oleh Ibu 2) Kesalahan membuat model matematika 100.000 10 X 2.000 + 5 X 8.000 = Jawaban yang benar: 100.000 (10 X 2.000 + 5 X 8.000) =

5 3) Kesalahan melakukan komputasi 100.000 20.000 + 40.000 = 40.000 Jawaban yang benar: 100.000 (20.000 + 40.000) = 100.000 60.000 = 40.000 4) Kesalahan mengintepretasikan jawaban akhir Jadi, Rp 40.000 adalah uang Ibu. Jawaban yang benar: Jadi, uang kembali yang diterima oleh Ibu adalah Rp 40.000 Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan akademik siswa relatif di bawah rata-rata. Penguasaan siswa kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 dalam menyelesaikan soal cerita matematika juga masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil uji blok pada materi Aljabar yang disajikan dalam soal uraian berbentuk cerita. Terdapat 63,8% siswa yang mendapat nilai rata-rata kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 63. Tingginya persentase siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM tersebut merupakan salah satu indikasi adanya kesulitan yang dialami siswa sehingga menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita pada pembelajaran matematika. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat menjadi salah satu petunjuk untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi. Oleh karena itu, adanya kesalahan-kesalahan dan penyebab kesalahan tersebut perlu diidentifikasi. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu minat dan motivasi. Minat dan motivasi dapat di ukur dengan melihat

6 kebiasaan siswa dalam pembelajaran. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan ajar yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Dengan demikian, informasi tentang kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal uraian berbentuk cerita matematika tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu diadakan penelitian untuk menganalisis kesalahan dan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika? 2. Apa yang menjadi penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika. 2. Untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita dan penyebab kesalahan tersebut. 2. Sebagai dasar bagi guru untuk dapat memberikan alternatif solusi/penyelesaian dalam mengatasi masalah tersebut, serta guru dapat melakukan usaha perbaikan terhadap pembelajaran agar siswa tidak melakukan kesalahan yang sejenis dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika. 3. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. 4. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dan referensi untuk penelitian sejenis.

8 E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita adalah pengamatan yang dilakukan secara detail terhadap kekeliruan atau ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita. 2. Soal uraian adalah serangkaian pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan mengunakan kata-kata dan bahasa sendiri. 3. Soal cerita adalah pertanyaan yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada materi pokok bilangan bulat.