: I. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara RI Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3317);

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

NIENFERl ENERGl DAN SUMBER DAYA MlMEfftAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor :

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

MENTERI ENEREI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAW MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 005 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN SURVEI PENDAHULLJAN PANAS BUM1

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REP UBli KI NDONES IA

- 3 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

2017, No listrik tenaga mikrohidro/pembangkit listrik tenaga surya dengan mekanisme sewa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.256, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Industri. Listrik. Pembebasan. Perubahan.

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Perser

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pemanfaatan batubara secara optimal serta untuk meningkatkan

Menimbang ; a. bahwa dalam pemberian Layanan Cepat Perizinan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam N

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

DEPARTEMEN ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NOMOR :... TENTANG DIVESTASI SAHAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1122 K/30/MEM/2002 TENTANG

2 Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Re

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

ayat (5) Peraturan Menteri Energi dan Sumber

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..

MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Batubara; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pe

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER

2 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara R

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

MENTEW ENERGI DAM SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA,

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PMK.03/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lem

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBblK lndonesla PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 004 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 001 TAHUN 2006 TENTANG PROSEDUR PEMBELIAN TENAGA LlSTRlK DANIATAU SEWA MENYEWA JARINGAN DALAM USAHA PENYEDIAAN TENAGA LlSTRlK UNTUK KEPENTINGAN UMUM MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (6) huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006, perlu mengubah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 001 Tahun 2006 tentang Prosedur Pembelian Tenaga Listrik danfatau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan 1Jmum; : I. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara RI Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3317); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara RI Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3394) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4628); 3. Keputusan Presiden Nomor 187lM Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31lP Tahun 2007 tanggal 7 Mei 2007; 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 001 Tahun 2006 tanggal 2 Januari 2006 tentang Prosedur Pembelian Tenaga Listrik danlatau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum;

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 001 TAHUM 2006 TENTANG PROSEDUR PEMBELIAN TENAGA LlSTRlK DANIATAU SEWA MENYEWA JARINGAN DALAM USAHA PENYEDIAAN TENAGA LlSTRlK UNTUK KEPENTINGAN WMUM. I Pasal I, Beberapa ketentuan dalam Peraturan blenteri Energi dan Surr~ber Daya Mineral Nomor 001 Tahun 2006 tentang Prasedur Pembelian Tenaga Listrik danlatau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) diubah sehingga keseluruhan Pasal4 berbunyi sebagai berikut : (1) Pembelian tenaga listrik sebagaimana dimaksud daiam Pasal 3 ayat (2) dilakukan melalui pelelangan umum, penunjukan langsung atau pemilihan langsung. (2) Sewa menyewa jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dilakukan melalui pelelangan umum. (3) Proses peleiangan umum, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus diselenggarakan secara terbuka, tidak diskriminatif, transparan, akuntabel, dan sesuai denyan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Pembelian tenaga listrik danlatau sewa menyewa jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2) harus sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PKUK atau PlUKU yang disusun berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional. (5) Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus mendapat pengesahan Menteri." 2. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) dihapus dan ayat (2) diubah sehingga keseluruhan Pasal 5 berbunyi sebagai berikut: (1) Dihapus. "Pasal5 PKUK atau PIUKU mengumumkan melalui media massa mengenai pelelangan umum untuk pembelian tenaga listrik danlatau sewa menyewa jaringan yang akan dikerjasamakan dengan Koperasi dan Badan Usaha lain. PKUK atau PlUKU membentuk Panitia Lelang untuk melakukan prakualifikasi dan pelelangan untuk rencana pembelian tenaga listrik danlatau sewa menyewa jaringan.

(4) Peserta prakualifikasi mendaftar pada Panitia Lelang dan dapat mengambil dokumen prakualifikasi dalam jangka waktu paling lambat: a. 10 (sepuluh) hari setelah pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW danlatau sewa menyewa jaringan; b. 5 (lima) hari setelah pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. (5) Dokumen prakualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus metnuat sekurang-kurangnya: a. lingkup rencana pernbelian danlatau sewa menyewa jaringan yang akan dikerjasamakan; b. jadwal pelaksanaan prakualifikasi; c. syarat peserta prakualifikasi; d. tata cara penilaian dokumen prakualifikasi; dan a. contoh-contoh formulir yang harus diisi oleh peserta prakualifikasi berwpa data administratif, kemampuan teknis, pendanaan dan surat pernyataan tidak adanya benturan kepentingan. (6) Panitia Lelang melakukan penjelasan kepada peserta prakualifikasi yang telah mendaftarkan diri dan mendapat dokumen prakualifikasi dalam jangka waktu paling lambat: a. 7 (tujuh) hari setelah batas akhir pengambilan dokumen untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW danlatau sewa menyewa jaringan; b. 2 (dua) hari setelah batas akhir pengambillan dokumen untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW." Ketentuan Pasal 8 ayat (4) diubah dan ketentuan ayat (5) serta ayat (6) dihapus sehingga keseluruhan Pasal 8 berbunyi sebagai berikut: "Pasal8 (1) Panitia Lelang melakukan evaluasi dan menetapkan minimal 3 (tiga) peserta yang lulus untuk mengikuti pelelangan dalam jangka v~aktu paling lama: a. 15 (lima belas) hari sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyerahan dokumen untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW danlatau sewa menyewa jaringan;

b. 3 (tiga) hari sejak tanggal berakhirnya batas waktu I penyerahan dokumen untuk pembelian tenaga listrik 1 dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. IdI (2) Dalam ha1 peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari 3 (tiga) maka dilakukan prakualifikasi ulang. (3) Dalam ha1 peserta yang lulus prakualifikasi ulang hanya 2 (dua) maka kedua peserta tersebut dapat ditetapkan sebagai calon peserta lelang. (4) Dalam ha1 peserta yang lulus prakualifikasi ulang hanya 1 (satu) maka PKUK atau PlUKU dapat melakukan penunjukan langsung. (5) Dihapus. (6) Dihapus." 4. Ketentuan Pasal 11 ayat (4) dihapus dan ayat (5) diubah sehingga keseluruhan Pasal 11 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 11 (1) Panitia Lelang melakukan evaluasi dan mengusulkan urutan calon pemenang lelang kepada PKUK atau PlUKU dalam jangka waktu paling lama: a. 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyerahan dokumen penawaran untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga tistrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW danlatau sewa menyewa jaringan; b. 20 (dua puluh) hari sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyerahan dokurnen penawaran untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. (2) PKUK atau PlUKU menetapkan urutan pemenang lelang beserta harga jual danlatau sewa menyewa jaringan dan menyampaikan pemberitahuan kepada peserta lelang paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya usulan dari Panitia Lelang. (3) Dalam ha1 peserta lelang yang menyampaikan dokunien penawaran kurang dari 2 (dua) maka dilakukan pelelangan ulang. (4) Dihapus. (5) Dalam ha1 pelelangan ulang hanya diikuti oleh 1 (satu) peserta lelang maka PKUK atau PlUKU dapat melakukan penunjukan langsung."

5. Ketentuan Pasal 16 ayat (I), ayat (2), dan ayat (3) serta ayat (5) diubah sehingga keseluruhan Pasal 16 berbunyi sebagai berikut : 'I Pasal 16 (1) PKUK atau PIUKU mengajukan usulan pembelian tenaga listrik yang akan dilakukan melalui penunjukan langsung disertai alasannya kepada Menteri melalui Direktur Jenderal untuk mendapatkan persetujuan. (2) Koperasi dan Badan Usaha lain mengajukan usulan penjualan tenaga listrik melalui penunjukan langsung kepada PKUK atau PIUKU. (3) Pembelian Tenaga Listrik oleh PKUK atau PIUKU yang dilakukan melalui penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah dalam hal: a. pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan antara lain minilmikrohidro, panas bumi, biomasa, angin dan surya; gas marjinal; batubara di mulut tambang; dan energi setempat lainnya; b. pembelian kelebihan tenaga listrik; c. sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis penyediaan tenaga listrik; atau d. penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik pada pusat pembangkit tenaga listrik yang telah beroperasi di lokasi yang sama oleh koperasi, Badan Usaha Milik Daerah, swasta, swadaya masyarakat, dan perorangan selaku Pemegang lzin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum. (4) Kondisi krisis penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri atas usul PKUK atau PIUKU: (5) Ketentuan mengenai kriteria pembangkit tenaga listrik di sekitar mulut tambang, pembelian kelebihan tenaga listrik kondisi krisis dan penambahan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. (6) Setelah adanya kesediaan PKUK atau PIUKU untuk membeli tenaga listrik yang ditawarkan, Koperasi dan Badan Usaha lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal untuk mendapatkan persetujuan. (7) Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan persetujuan atau menolak usulan atas : a. rencana pembelian tenaga listrik oleh PKUK atau PIUKU sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan b. rencana penjualan, tenaga listrik oleh Koperasi dan Badan Usaha lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah mendapat pertimbangan tertulis dari PKUK atau PIUKU."

I I "Pasal 18 11 6. Ketentuan Pasal 18 ayat (3) dan ayat (4) diubah sehingga keseluruhan Pasal 18 berbunyi sebagai berikut: (1) PKUK atau PlUKU melaporkan hasil negosiasi dan mengajukan usulan harga jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) kepada Menteri untuk mendapat persetujuan. (2) Menteri memberikan persetujuan atau menolak usulan harga jual tenaga listrik dalarn jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya laporan secara lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) PKUK atau PlUKU menandatangani kontrak jual beli tenaga listrik dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah menerima persetc~juan harga jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Dalam ha1 Menteri menolak harga jual tenaga listrik, PKUK atau PlUKU melakukan negosiasi ulang." Diantara Bab IV dan Bab V disisipkan 1 (satu) bab yakni Bab IV A dan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 19 A, Pasal 19 B dan Pasal 19 C sehingga keseluruhan Bab IV A berbunyi sebagai berikut: "BAB IV A PEMBELIAN TENAGA LlSTRlK MELALUI PEMlLlHAN LANGSUNG (1) Pembelian Tenaga Listrik oleh PKUK atau PlUKU yang dilakukan melalui pemilihan langsung adalah dalam rangka diversifikasi energi pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar minyak. (2) Pemilihan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal: a. pengembang yang mengajukan permohonan untuk penunjukan langsung di suatu sistem PKUK atau PlUKU lebih dari 1 (satu); dan b. jumlah kapasitas yang ditawarkan oleh para pengembang melebihi kebutuhan tambahan kapasitas sistem PKUK atau PlUKU setempat. (3) PKUK atau PlUKU mengajukan usulan pembelian tenaga listrik yang akan dilakukan melalui pemilihan langsung disertai dengan alasannya kepada Menteri melalui Direktur Jenderal untuk mendapatkan persetujuan.

(4) Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan persetujuan atau menolak usulan pembelian tenaga listrik oleh PKUK atau PIUKU sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 19 B (I) PKUK atau PIUKU melakukan proses pernilihan langsung pembelian tenaga listrik setelah mendapat persetujuan dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 A ayat (3) dengan memperhatikan kaidah-kaidah bisnis yang sehat dan transparan. (2) Proses pemilihan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk proses prakualifikasi, negosiasi harga jual tenaga listrik dan kesepakatan kontrak diselesaikan dalam jangka waktu paling [ambat 150 (seratus lima puluh) hari. Pasal 19 C (1) PKUK atau PIUKU melaporkan hasil negosiasi dan mengajukan usulan harga jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 B ayat (2) kepada Menteri untuk mendapat persetujuan. (2) Menteri memberikan persetujuan atau menolak usulan harga jual tenaga listrik dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya laporan secara lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) PKUK atau PIUKU menandatangani kontrak jual beli tenaga listrik dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah menerima persetujuan harga jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Dalam ha1 Menteri menolak harga jual tenaga listrik, PKUK atau PlUKU melakukan negosiasi ulang." 8. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga keseluruhan Pasal 20 berbunyi sebagai berikut : Koperasi atau Badan Usaha lain sebagai pemenang lelang, yang ditunjuk langsung atau yang dipilih langsung wajib mengajukan permohonan izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur izin usaha ketenagalistrikan untilk kepentingan umum." 9. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga keseluruhan Pasal 21 berbunyi sebagai berikut : Pelelangan, penunjukan langsung atau pemilihan langsung yang telah dilaksanakan sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini tetap dilaksanakan dan proses selanjutnya wajib menyesuaikan dengan Peraturan hlenteri ini."

Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Mei 2 007 ENTER1 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, USGIANTORO