PEDOMAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI POLEWALI MANDAR

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 02 TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT

TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BUPATI PATI,

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Transkripsi:

B PL A PEDOMAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH T HD AR PRO AK VINSI DKI J

KATA PENGANTAR Masalah persampahan di Provinsi DKI Jakarta sulit di tangani secara tuntas sampai saat ini. Banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga permasalahan sampah ini tampak sebagai suatu mata rantai yang tidak ada penyelesaiannya. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi dan kerjasama yang baik antar pihak-pihak terkait, yaitu pemerintah, sektor swasta, sektor informal persampahan dan tentunya masyarakat. Selama ini sebagian besar beban urusan persampahan ditanggung oleh Pemerintah Kota, di mana pemerintah lebih banyak melayani masyarakat, mulai dari pengangkutan sampah sampai pada penyediaan lahan TPS/TPA. Namun seiring dengan perkembangan kota beserta permasalahannya, sudah selayaknya masyarakat kota juga ikut berperan serta mengelola sampah agar tugas pengelolaan sampah ini dapat ditanggung bersama-sama, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Sejauh ini peran masyarakat dalam pengelolaan sampah masih sangat kecil, di mana tidak sedikit pula masyarakat yang belum mau peduli terhadap urusan sampah di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu usaha untuk mengaktifkan peran masyarakat, baik dalam memberikan edukasi maupun dalam praktek kegiatan pengelolaan sampah secara langsung. Untuk itulah diperlukan suatu usaha pemberdayaan masyarakat yang diharapkan dapat menjadi wadah untuk menggali potensi masyarakat dalam pengelolaan sampah di perkotaan. Penyusunan Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ini merupakan salah satu usaha untuk 'memancing' inisiatif dan kreativitas tiap individu yang ada di masyarakat atau organisasi-organisasi yang ada di masyarakat supaya terpanggil untuk melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah sehingga akhirnya muncul pemberdayaan-pemberdayaan yang menghasilkan masyarakat yang peduli dalam melakukan pengelolaan sampah. Akhir kata, Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengambil langkahlangkah yang tepat untuk ikut aktif dalam pengelolaan sampah sehingga pada akhirnya ikut menciptakan kondisi Kota Jakarta yang lebih baik dalam sistem pengelolaan sampahnya. i

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Persampahan di DKI Jakarta... 1-1 1.2 Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah... 1-1 1.3 Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah... 1-2 1.4 Tujuan... 1-2 1.5 Ruang Lingkup... 1-3 1.6 Keluaran... 1-3 BAB 2 LANGKAH-LANGKAH MEMPERSIAPKAN MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN 2.1 Persiapan Awal...2-1 2.2 Rencana Aksi Masyarakat (Community Action Plan)... 2-1 2.3 Pembentukan Forum Masyarakat. 2-3 2.4 Kegiatan Tindak Lanjut... 2-3 BAB 3 KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH YANG DAPAT DILAKUKAN MASYARAKAT 3.1 Pemilahan Sampah... 3-1 3.2 Pembuatan Kompos... 3-3 3.3 Penggunaan Kembali Sampah Yang Ada (Reuse)... 3-4 Pembuatan Produk Daur Ulang (Recycle)... 3-5 3.5 Kerjasama dengan Pemulung... 3-5 BAB 4 PEMBERDAYAAN YANG BERKELANJUTAN 4.1 Evaluasi... 4-1 4.2 Monitoring... 4-2 iii

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan... 5-1 5.2 Rekomendasi... 5-1 REFERENSI... iv iv

DAFTAR TABEL Tabel 3.1... i DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Salah satu kegiatan Rencana Aksi Masyarakat dalam pengelolaan sampah yang pernah dilaksanakan di Jakarta Selatan... 4 Salah satu Forum Masyarakat yang dibentuk di Kel. Pengadegan sedang memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai jenis-jenis sampah... 5 Perlakuan Sampah Oleh Masyarakat & Dampaknya Bagi Lingkungan... 8 Proses Pengolahan Sampah dengan Prinsip Zero Waste... 9 Tempah sampah terpilah untuk sampah organik, non organik dan sampah B3... 11 Contoh tempat sampah non organik yang m e m b e d a k a n a n t a r a p l a s t i k, k e r t a s, kaleng... 12 Gambar 3.3 Keranjang Takakura... 13 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Kemasan galon plastik air mineral yang dapat dijual kembali ke produsen untuk dipakai ulang... 13 Salah satu hasil daur ulang dari sampah plastik kemasan sabun... 14 Peresmian kerjasama pengelolaan sampah antara warga dan pemulung di salah satu RT di P e n g a d e g a n, J a k a r t a Selatan... 15 v

vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 KONDISI PERSAMPAHAN DI DKI JAKARTA Sampah merupakan persoalan yang cukup pelik bagi Kota Jakarta. Bukan saja karena volume sampah yang terus bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk, namun terbatasnya lahan Kota Jakarta juga tidak sanggup mengakomodasi timbulan sampah di Tempat Pembuangan Akhir. Pada akhirnya sampah yang menumpuk akan mencemari lingkungan serta mengganggu kesehatan masyarakat. Berbagai usaha telah dilakukan baik oleh Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah DKI Jakarta, mulai dari pengeluaran sanksi terhadap siapa saja yang membuang sampah sembarangan, pembentukan UU No. 18/2008 sampai kepada berbagai program yang berhubungan dengan sampah, seperti Program Kali Bersih, Program 3R (Reduce-Reuse- Recycle), Program Rumah Kompos, dll. Meskipun telah banyak program dan kegiatan yang dicanangkan, namun pengelolaan sampah di DKI Jakarta belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kurangnya koordinasi antar pihak yang terlibat dalam pengelolaan sampah. Seperti kita ketahui bahwa pengelolaan sampah di Kota Jakarta tidak saja melibatkan Pemerintah DKI Jakarta (Dinas Kebersihan), tetapi juga instansi lain seperti BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah), sektor informal persampahan (pemulung/lapak), sektor swasta dan masyarakat. Sejauh ini, usaha pengelolaan sampah oleh berbagai pihak tampaknya berjalan sendiri-sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi masyarakat Jakarta yang terdiri dari berbagai latar belakang budaya, belum lagi diperparah dengan rendahnya tingkat pendidikan sebagian masyarakat Jakarta yang belum peduli terhadap permasalahan sampah dan lingkungan di kota tempat 1

tinggalnya. 1.2 PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Dalam berbagai aspek pembangunan, masyarakat selalu menjadi unsur yang utama karena pembangunan ditujukan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat seharusnya tidak hanya menjadi objek tetapi harus menjadi subjek yang dilibatkan agar masyarakat bisa menentukan nasibnya sendiri. Begitu pula dalam hal pengelolaan sampah. Dalam pengelolaan sampah, peran masyarakat menjadi penting karena beberapa faktor, antara lain : (1)masyarakat merupakan penghasil sampah yang cukup besar karena makin berkembangnya komplek hunian baru (permukiman) yang ada di Kota Jakarta sehingga sampah domestik rumah tangga juga makin bertambah. Berdasarkan data dari ISSDP (2010), masyarakat adalah penghasil sampah terbesar yaitu sebesar 60% dari sampah perkotaan; (2)masyarakat seharusnya bisa mandiri dalam pengelolaan sampah untuk mendukung terciptanya sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan sehingga tidak selamanya menjadi beban pemerintah kota; (3)dengan keterbatasan lahan Kota Jakarta maka perlu dipikirkan agar konsep zero waste dapat diterapkan oleh masyarakat agar masalah lahan untuk TPA mendapatkan solusinya. Selama ini, sebagian besar masalah persampahan bagi masyarakat Kota Jakarta masih dilayani oleh Pemerintah Kota. Di area permukiman, petugas akan mengambil sampah dari tiap-tiap rumah secara rutin dan menitipkannya di TPS yang ada di sekitar permukiman sampai Dinas Kebersihan mengangkutnya ke TPA. Petugas sampah bisa saja dikelola oleh pemerintah setempat (RT, RW, Kelurahan), Dinas Kebersihan atau bisa pula dilakukan oleh sektor swasta. Bila dilihat dari tingginya prosentase masyarakat yang masih dilayani dalam pengelolaan 2

sampahnya, maka dapat disimpulkan bahwa peran masyarakat dalam pengelolaan sampah masih sangat minim. Belum lagi tidak sedikit masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempat yang seharusnya, tetapi malah membuang sampah ke sungai atau tempattempat yang bukan merupakan TPS atau TPA ( misalnya di pinggir jalan atau ruang terbuka hijau/taman). Selain mencemari lingkungan dan berakibat buruk pada kesehatan, sampah memberi dampak banjir khususnya pada saat musim penghujan, terutama bila sampah menyumbat saluran drainase atau menyebabkan sungai yang meluap karena dipenuhi oleh sampah. 1.3 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris, empowerment. Kata power dalam empowerment diartikan 'daya' sehingga 'empowerment' diartikan sebagai pemberdayaan. Daya berarti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat saja diperkuat dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai proses aksi sosial di mana anggota masyarakat mampu mengatur diri mereka dalam rencana dan implementasi; mampu mengutarakan kebutuhan sosial dan individunya dalam menyelesaikan masalahnya sendiri; mampu menjalankan rencana yang telah dibuat dengan bantuan seperlunya dari pemerintah atau organisasi non pemerintah di luar masyarakat dalam upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan aspek ekonomi dan sosial dalam meningkatkan kualitas dan taraf hidup. Sedangkan menurut Louis Helling dkk, 2005, pemberdayaan adalah meningkatkan kesempatan dan kemampuan masyarakat dalam membuat dan memutuskan langkah yang akan diambil dalam mencapai 3

tujuan pembangunan sesuai dengan potensi dan masalah yang ada. Jadi yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dalam penyusunan pedoman ini adalah suatu proses dalam memanfaatkan kesempatan dan kapasitas masyarakat dalam mengambil keputusan atau tindakan secara bersama-sama melalui partisipasi, alih pengetahuan, keahlian dan dan ketrampilan untuk mengelola sampah, dalam rangka mendukung program pengelolaan sampah yang dicanangkan oleh Pemerintah DKI Jakarta. 1.4 TUJUAN ini dimaksudkan agar dapat menjadi panduan atau tuntunan bagi setiap lembaga/instansi/organisasi atau bahkan individu-individu yang ada di masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap masalah sampah dan lingkungan hidup untuk membentuk masyarakat yang mandiri, pro-aktiv dan berdaya dalam mengelola sampah di lingkungannya sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada pihak lain (dalam hal ini pemerintah). Adapun tujuan disusunnya Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ini adalah : 1. Agar buku Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ini menggugah masyarakat untuk mulai memperhatikan dan memikirkan permasalahan sampah di lingkungan tempat tinggalnya. 2. Agar masyarakat yang peduli dan mempunyai inisiatif mengelola sampah di lingkungannya dapat mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan bila ingin memulai kegiatan pengelolaan sampah di lingkungannya. 3. Agar masyarakat mempunyai pengetahuan dan gambaran mengenai berbagai alternatif cara pengelolaan sampah yang bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat. 4

1.5 RUANG LINGKUP ini diperuntukkan bagi segala lapisan masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap masalah sampah dan lingkungan dan berniat untuk mengelola sampah di lingkungannya sendiri. Selain itu, Pedoman Pemberdayaan Masyarakat ini juga dapat menjadi tuntunan bagi Pemerintah Kota, instansi atau lembaga-lembaga (LSM) lainnya yang peduli dan berniat membantu memberikan pendampingan atau mendukung usaha masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah. Adapun Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ini dibuat untuk lingkup masyarakat yang tidak terlalu besar dengan pertimbangan : 1. Lingkup masyarakat yang tidak terlalu besar akan lebih mudah d i k o o r d i n i r a t a u l e b i h m u d a h u n t u k d i b e r i k a n pendampingan/bimbingan. 2. Lingkup yang kecil akan memaksimalkan peran atau partisipasi tiap individu dalam masyarakat untuk melakukan kegiatan secara langsung. 3. Lingkup kelompok masyarakat yang tidak terlalu besar dapat 1.6 KELUARAN dengan mudah direplikasi oleh kelompok lain yang tertarik dengan kegiatan tersebut. Buku ini, diharapkan dapat menjadi pemicu hadirnya kelompok-kelompok masyarakat yang berinisiatif dan peduli dengan masalah persampahan untuk mengelola sampah di lingkungan tempat tinggalnya. Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ini juga diharapkan dapat menumbuhkan replikasi kegiatan sejenis yang terus 5

berkesinambungan antar kelompok masyarakat sehingga menjadi kegiatan yang konsisten dan berkembang menyeluruh di Kota Jakarta. Akhirnya, dengan adanya kelompok-kelompok masyarakat yang mandiri mengelola sampahnya, maka lambat laun Kota Jakarta akan terlepas dari masalah sampah karena memiliki masyarakat yang mandiri, sadar dan mampu mengelola sampahnya sendiri. 6

BAB II LANGKAH-LANGKAH MEMPERSIAPKAN MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN 2.1 PERSIAPAN AWAL Masyarakat adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan yang disepakati bersama oleh kelompok yang bersangkutan. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan atau dipertimbangkan sebagai langkah awal. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Jakarta khususnya atau masyarakat Indonesia pada umumnya terdiri dari multi etnis dengan latar belakang sosial budaya yang beraneka ragam serta perbedaan tingkat pendidikan. Persiapan awal ini bisa dianggap sebagai usaha mencari cara pendekatan ke masyarakat agar pada saat mengusulkan rencana untuk merubah sesuatu tatanan yang sudah ada tidak sampai menimbulkan gesekan sosial atau pertentangan. Persiapan awal untuk mendapatkan data-data ini dapat dilakukan dengan pengamatan/survey ke lokasi yang telah dipilih atau yang telah ditentukan bersama, melakukan wawancara atau meminta opini masyarakat di lokasi tersebut melalui media angket atau kuisioner. Adapun inti sari dari kuisioner adalah untuk mendapatkan : Data eksisting tentang pengelolaan sampah yang ada, meliputi : sistem pengelolaan sampah yang biasa dilakukan; volume sampah yang dihasilkan; volume sampah yang tidak terangkut atau tidak terkelola; permasalahan tentang sampah yang terjadi (misalnya : apakah kekurangan peralatan kebersihan, minimnya sarana pengangkutan, kesadaran masyarakat yang masih kurang sehingga membuang sampah sembarangan ataukah tidak adanya tenaga petugas kebersihan, dll.) 7

Data demografi yang meliputi jumlah penduduk, jumlah KK, pekerjaan atau mata pencaharian, tingkat pendidikan. Informasi mengenai aspirasi, niat, minat, harapan serta keinginan masyarakat di seputar pengelolaan sampah. Kapasitas lingkungan yang ada meliputi ketersediaan lahan untuk penampungan dan pengelolaan sampah, peralatan pengangkutan, ketersediaan personil atau petugas pengangkut, dll. 2.2 RENCANA AKSI MASYARAKAT (COMMUNITY ACTION PLAN) Setelah mendapatkan data-data pada persiapan awal, sangat penting mengadakan pertemuan agar masyarakat dapat berkumpul, melakukan diskusi dan mengambil keputusan bersama sehubungan dengan rencana pengelolaan sampah. Pertemuan awal ini dapat disebut sebagai Rencana Aksi Masyarakat (Community Action Plan). Rencana Aksi Masyarakat adalah suatu tindakan untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat dengan mengkhususkan pada kegiatan yang akan dilakukan, siapa yang melakukan dan bagaimana melakukannya, atau dengan kata lain menjelaskan apa yang diinginkan kelompok masyarakat untuk dikerjakan dalam mencapai target pengelolaan sampah yang diinginkan. Adapun fungsi dari Rencana Aksi Masyarakat adalah : 1. Sebagai sarana untuk menjabarkan hasil pengamatan (survey) yang dilakukan pada persiapan awal agar dapat membuka wawasan masyarakat mengenai kondisi dan permasalahan di seputar pengelolaan sampah yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. 2. Sebagai sarana untuk melakukan diskusi kelompok agar masyarakat berani mengemukakan pendapat tentang 8

hambatan/permasalahan/uneg-uneg di seputar hal pengelolaan sampah yang ada. Selain itu, masyarakat dapat aktif mengeluarkan pendapat atau ide tentang solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan tentang sampah, menentukan prioritas, memobilisasi sumber daya, memobilisasi kontribusi, bernegosiasi, menyusun perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatannya. 4. Sebagai momen untuk membangun komitmen warga untuk mengawali kegiatan pengelolaan sampah dalam mencapai tujuan pengelolaan sampah yang diinginkan bersama. 5. Sebagai kesempatan yang baik untuk membentuk Forum Masyarakat yang terdiri dari beberapa tokoh masyarakat, yang berfungsi sebagai kelompok penggerak atau koordinator kegiatan di masyarakat sehubungan dengan rencana pengelolaan sampah. Gambar. 2.1. Salah satu kegiatan Rencana Aksi Masyarakat dalam pengelolaan sampah yang pernah dilaksanakan di Jakarta Selatan (Sumber: dok. URDI) 9

2.3 PEMBENTUKAN FORUM MASYARAKAT Forum Masyarakat adalah suatu kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang warga yang dianggap cukup memiliki kharisma/integritas dan kompetensi untuk membimbing, mendampingi serta menuntun masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah. Forum Masyarakat ini nantinya akan mengkoordinir pelaksanaan pemberdayaan masyarakat serta teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah, mulai dari implementasi sampai pada tahap evaluasi dan pengawasan. Forum Masyarakat juga berfungsi sebagai wadah untuk menampung aspirasi warga untuk kepentingan bersama dan mencari solusi bila timbul permasalahan di seputar pengelolaan sampah. Gambar 2.2 Salah satu Forum Masyarakat yang berhasil dibentuk di Kel. Pengadegan sedang memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai jenis-jenis sampah (sumber : dok. URDI) 2.4 KEGIATAN TINDAK LANJUT 10 Secara garis besar, sistem pembuangan sampah dari rumah tangga sampai ke TPA dapat dilihat dalam gambar 2.2. Gambar tersebut menjelaskan proses pengelolaan sampah secara keseluruhan sehingga masyarakat mengetahui dampak dari besarnya volume sampah yang kita hasilkan setiap hari dan akibat-akibat yang terjadi pada lingkungan

apabila sampah tidak dikelola dengan baik dan benar. Sistem pengelolaan sampah yang telah dijelaskan kepada masyarakat saat pertemuan Rencana Aksi Masyarakat itu menjadi acuan bagi masyarakat untuk menentukan jenis kegiatan apa yang mampu dan sanggup dilakukan oleh masyarakat dalam mengelola sampah di lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat antara lain : 1. Pemilahan sampah : membedakan antara sampah non organik, sampah organik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pemilahan sangat mudah dan sangat mungkin dilakukan di rumah tangga. Pemilahan akan menghemat waktu dan memudahkan pekerjaan para petugas pengangkut sampah atau pemulung yang ingin mendapatkan sampah non organik. 2 Pengelolaan sampah organik menjadi kompos. Proses ini mudah dan tidak membutuhkan lahan yang besar bila dilakukan masingmasing di tiap rumah tangga sehingga kegiatan pengomposan ini sangat mungkin diterapkan oleh warga. 3 Pengolahan sampah organik menjadi energi listrik. Proses ini sebenarnya tidak serumit yang diperkirakan tetapi membutuhkan lahan yang cukup untuk menampung sampah organik dalam jumlah tertentu dan pengetahuan tentang teknologi pengolahannya. Selain itu, untuk mengubah sampah organik menjadi energi listrik dibutuhkan volume sampah organik yang tertentu (tidak sedikit) untuk mendapatkan energi listrik yang diinginkan sehingga proses ini agak sulit dilakukan di tiap rumah tangga. 4. Kegiatan daur ulang sampah non organik (recycle), misalnya sampah plastik yang diolah kembali menjadi biji plastik yang akan dibuat menjadi produk plastik yang berbeda. Biasanya ada industri tertentu yang melakukan proses ini. 5. Kegiatan pengolahan sampah non organik menjadi produk baru siap pakai (recycle), misalnya kemasan plastik sabun yang dibuat menjadi produk tas atau kerajinan tangan yang dapat dilakukan oleh ibu-ibu PKK. 11

Gambar 2.3 Perlakuan Sampah Oleh Masyarakat & Dampaknya Bagi Lingkungan Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Dibuang ke sungai Dibuang sembarangan di jalan/ tempat umum Dibakar Diambil oleh petugas sampah Sungai meluap mengakibatkan banjir Pencemar an air sungai Memampatkan saluran drainase sehingga mengakibatkan banjir saat hujan Mencemari tanah dan air Mengotori lingkungan sekitar Menyebarkan penyakit Polusi udara Dibuang ke TPS Timbulan Sampah di TPA makin bertambah Mencemari air, udara dan tanah di lingkungan sekitarnya Membutuhkan lahan lebih besar lagi untuk menampung sampah yang makin bertambah Sumber : Hasil analisis penulis Untuk menghindari dampak-dampak dari perlakuan terhadap sampah yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat seperti dijelaskan pada gambar 2.2, maka solusi yang memungkinkan adalah mengurangi volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat atau dikenal dengan program zero waste yaitu mengolah sampah pada hulu (sumbernya) sehingga sampah akan habis di hilir (sebelum sampai ke TPA). Secara garis besar, proses pengelolaan sampah berprinsip zero waste dapat dilihat pada gambar 2.3. Dari gambar tersebut, masyarakat dapat 12

memutuskan atau menentukan kegiatan-kegiatan apa yang sanggup dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mengurangi volume timbulan sampah yang akan dibuang ke TPS/TPA. Gambar 2.4 Proses Pengolahan Sampah dengan Prinsip Zero Waste Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Sampah organik Pengomposan Energi dari sampah Pemilahan sampah Sampah Bahan Berbahaya & Beracun (B3) Dipisahkan di tempat khusus Daur ulang Sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang atau sama sekali tidak Sampah non organik Pengolahan sampah menjadi produk baru Sumber : Hasil analisis penulis Setelah masyarakat menentukan atau menyepakati jenis kegiatan pengolahan sampah yang akan dilakukan, maka Forum Masyarakat (dibantu dengan LSM yang ada) dapat memulai kegiatan pemberdayaan ini dengan mencari informasi mengenai kegiatan yang telah dipilih agar informasi (pengetahuan) ini dapat disebarkan atau diteruskan ke masyarakat melalui pelatihan. Adapun beberapa informasi yang perlu disampaikan pada saat pelatihan antara lain : Informasi mengenai jenis-jenis sampah : Sampah organik Sampah non organik 13

Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Sampah rumah sakit dan zampa industri (yang mengandung sisa obat-obatan dan kimia) Sifat material sampah dan pengaruhnya bagi kesehatan atau lingkungan, misalnya sifat plastik yang tidak dapat diuraikan secara alami sehingga bila tidak diolah akan memenuhi permukaan bumi dan menghambat penyerapan air ke dalam tanah. Bagaimana memperlakukan jenis-jenis sampah yang berbeda tersebut. Misalnya sampah plastik yang tidak dapat diuraikan secara alami dalam tanah tersebut harus diolah atau didaur ulang di sektor industri agar sampah plastik tidak mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. 4. Dampak yang terjadi bila sampah tidak dikelola dengan benar, yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat dan merusak lingkungan. 14

3.1 PEMILAHAN SAMPAH BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH YANG DAPAT DILAKUKAN MASYARAKAT Pemilahan sampah adalah hal pertama dan termudah yang dapat dilakukan oleh tiap orang dan tiap rumah tangga. Meskipun begitu, masih sedikit rumah tangga yang sudah memilah sampahnya karena beberapa alasan, antara lain : Malas dan tidak mau repot untuk membuat beberapa tempat sampah terpilah Tidak memiliki modal untuk menyediakan tempat sampah terpilah Tidak peduli dan merasa bahwa sampah adalah tanggung jawab petugas sampah, sehingga membiarkan sampah masih bercampur di satu tempat Tidak mengerti proses pengolahan sampah dan dampak dari produksi sampah yang berlebihan bagi lingkungan. Pada proses pemilahan, prinsipnya tempat sampah harus dibedakan menjadi 3 tempat terpisah berdasarkan jenis sampahnya (gambar 3.1), yaitu : A. Sampah organik yaitu sampah basah dari sisa-sisa mahluk hidup yang bisa diuraikan, contohnya : daun, kayu, buah, sayuran, sisa makanan dari daging, dll. Gambar 3.1 Tempah sampah terpilah untuk sampah organik, non organik dan sampah B3 (sumber : dok. URDI) 15

B. Sampah non organik yaitu sampah kering yang tidak dapat diuraikan, contohnya : jenis kertas tertentu, plastik, karton, kaleng, metal/logam, bahan pecah belah (kaca). Untuk sampah non organik, dapat pula dibedakan menjadi sampah kertas, sampah botol plastik dan sampah botol kaleng (lihat gambar 3.2). C. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yaitu sampah yang tidak dapat diuraikan dan membutuhkan perlakuan khusus karena sampah ini mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Contoh dari sampah B3 misalnya : baterai, bohlam lampu, limbah kimia dari rumah sakit, limbah pabrik, dll Berdasarkan data dari tabel 3.1 yang mengatakan bahwa volume sampah organik merupakan penyumbang sampah terbesar di beberapa perkotaan di Indonesia, maka ada baiknya pengelolaan sampah difokuskan ke pengelolaan sampah organik. Sampah organik tidak saja dapat diolah menjadi pupuk (biofertilizer), tetapi juga bisa menjadi bioetanol dan biogas (sumber energi) serta biopestisida mikroba yaitu untuk mengganti pestisida kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Gambar 3.2 Contoh tempat sampah non organik yang membedakan antara plastik, kertas, kaleng (sumber : dok. URDI) 16

(sumber : http://sumarsih07.wordpress.com). Oleh karena itu, bila sampah organik ini benar-benar diolah dengan baik, maka sampah organik tak akan bersisa sebelum dibawa ke TPS sehingga pada akhirnya tidak membutuhkan lahan lagi untuk Tempat Pembuangan Akhir. Begitu pula halnya dengan sampah non organik yang dapat diolah kembali di pabrik sehingga menjadi produk lain dalam bentuk yang berbeda. Oleh karena itu jika kedua jenis sampah tersebut diolah dengan benar, sampah tidak akan menjadi masalah bagi masyarakat dan pemerintah kota. Untuk sampah B3 memang memerlukan pengolahan khusus yang harus ditangani oleh instansi dari pemerintah kota yang berwenang, tetapi volume dan intensitas pembuangan sampah B3 tidak sebesar sampah organik dan non organik yang dihasilkan masyarakat. Oleh karena itu alangkah baiknya bila usaha pengolahan sampah di masyarakat dimulai dari sampah organik dan sampah non organik yang ada di rumah tangga. Tabel 3.1 Komposisi Fisik Sampah di Beberapa Kota di Indonesia (sumber : Tim Teknis Pembangungan Sanitasi (ISSDP, 2010) 17

3.2. PEMBUATAN KOMPOS Bila masyarakat telah memutuskan untuk mengolah sampah organik menjadi kompos, maka Forum Masyarakat atau LSM yang ada atau pengurus warga setempat dapat mencari informasi tentang cara pembuatan kompos sehingga warga bisa mendapatkan pelatihan mengenai teknik pelaksanaan komposting dan pendampingan untuk membuat kompos di rumah masing-masing. Pembuatan kompos individual ini selain mudah dan bisa dilakukan kapan saja oleh anggota keluarga yang ada, pembuatan kompos di rumah ini tidak membutuhkan lahan yang besar karena jumlah sampah organik di tiap rumah relatif tidak sebanyak sampah organik kolektif dalam satu RT atau RW. Bila pembuatan kompos ini dilakukan secara komunal, maka memerlukan lahan yang lebih besar untuk menampung sampah dan ruang khusus untuk menempatkan mesin komposting. Ada berbagai macam cara membuat kompos, salah satunya adalah dengan keranjang Takakura. Pembuatan kompos menggunakan keranjang Takakura ini sangat mudah dan murah biayanya. Namun biasanya sampah yang dimanfaatkan adalah sampah organik yang tidak mengandung protein seperti santan kelapa atau daging. Adapun langkahlangkah cara pembuatan kompos menggunakan keranjang Takakura adalah sebagai berikut : Gambar 3.3 Keranjang Takakura (sumber : http://www.olahsampah.multiply.com/journal/item/ 11-Filipina) 18

1. Cari keranjang berukuran 50 liter yang berlubang-lubang kecil sehingga tikus tidak dapat masuk. Usahakan keranjang plastik ini mempunyai tutup. 2. Cari dus bekas yang digunakan untuk melapisi bagian sisi dalam keranjang. Dus inilah yang akan menjadi wadah langsung dari sampah yang akan dikomposkan. 3. Pada lapisan bawah keranjang yang telah dilapis dengan bahan dus, masukkan kompos yang sudah jadi setebal 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini merupakan starter proses pengomposan karena di dalam kompos yang sudah jadi mengandung banyak sekali mikroba pengurai. 4. Di atas lapisan kompos yang sudah jadi, masukkan sampah organik yang akan dikomposkan. Sampah organik yang sebaiknya dikomposkan adalah bahan makanan sisa seperti nasi, sayur, kulit buah, sayur mentah, daun, batang sayur, dll. Sebaiknya sampah organik ini dicacah atau dipotong-potong dahulu menjadi potongan kecil berukuran 2 cm x 2 cm. 5. Setiap hari, masukkan sampah organik seperti tahap yang dijelaskan dalam poin 4. Aduklah sampah organik yang sudah dimasukkan ke dalam keranjang. Bila perlu tambahkan selapis lagi kompos yang sudah jadi. Lalu tutuplah dengan bantal yang berisi gabah dan penutup keranjang plastiknya, Tunggu proses penguraian oleh mikroba. 6. Keranjang tidak akan cepat penuh walaupun sampah dimasukkan setiap hari karena akan terjadi proses penguraian sampah sehingga bahan-bahan yang berada di dalam keranjang akan mengempis, dan volumenya akan menyusut. Pengomposan 19

dengan keranjang Takakura ini juga tidak akan meninggalkan bau dan tidak menghasilkan cairan sama sekali. 7. Bila bahan sampah organik ini telah berubah warnanya menjadi coklat dan suhunya sudah sama dengan suhu kamar, keluarkan kompos dari keranjang dan jemur sampai kering atau boleh juga diayak dengan saringan sehingga menjadi butir-butir yang lebih halus, maka proses pembuatan kompos sudah selesai dan sudah dapat dimanfaatkan sebagai fertilizer. Selain kompos dapat dibuat secara individual, kompos dapat juga dibuat secara kolektif (komunal). Namun ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan kompos komunal, yaitu : 1. Harus diketahui berapa volume sampah organik yang dikumpulkan dari seluruh rumah tangga. 2. Apakah tersedia lahan untuk menampung seluruh sampah organik yang dititipkan oleh warga (rumah tangga). Berapa luas lahan yang dibutuhkan sesuai dengan volume sampah yang harus ditampung sementara sebelum diolah. 3. Berapa kapasitas mesin komposting yang dibutuhkan untuk mencacah sampah organik dan mengolahnya menjadi kompos. Lalu berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk menempatkan mesin komposting tersebut. 3.3 PENGGUNAAN KEMBALI SAMPAH YANG ADA (REUSE) Sebenarnya masyarakat dapat saja meminimalisir sampah non organik yang ada (seperti kertas, plastik, kaleng, karton, logam, kaca) dengan menggunakan kembali sampah non organik tersebut tanpa melalui proses pengolahan untuk menghemat biaya. Misalnya botol-botol kaca yang ada dipakai sebagai wadah keperluan dapur, kaleng bekas dipakai 20