Budidaya Tanaman Tembakau Dengan Teknologi Bio~FOB PENDAHULUAN Tanaman tembakau merupakan tanaman komersial dengan memanfaatkan daunnya untuk rokok, pipa atau tembakau kunyah (chewing) atau untuk dihisap lewat hidung atau tembakau sedotan (snuff). Tembakau merupakan sumber nikotina yaitu, suatu zat addictive, dan juga sebagai bahan dasar untuk beberapa jenis insektisida. Di Indonesia, tembakau telah dikenal sejak 400 tahun yang lalu sebagai tanaman obat ataupun bahan halusinogen. Sampai saat ini tanaman tembakau dengan beragam jenis diusahakan di Indonesia dengan hasil industri utama adalah rokok. Beberapa perusahaan besar seperti PT Gudang Garam, PT Sampoerna, PT Djarum telah menghasilkan devisa cukup besar berupa cukai rokok. Disamping itu tenaga kerja yang bekerja di Industri rokok dan petani yang membudidayakan tembakau mencapai ratusan ribu. Maka tanaman tembakau sesungguhnya merupakan salah satu tanaman andalan, yang masih perlu mendapat perhatian. PEMBIBITAN Benih yang digunakan sebaik yang terlah diuji adaptasinya dan direkomendasikan oleh Balai 1 / 6
Benih Kementeriaan Pertanian. Untuk keperluan 1 ha digunakan benih 8-10 gram, tergantung jarak tanam. Untuk media pesemaian adalah campuran tanah dan Organo-TRIBA (pupuk organik yang diproses dengan Bio-TRIBA dengan perbandingan 1:1 atau 1 : 2 tergantung tingkat kesuburan tanah. Untuk anorganik dapat dikurangi 25 50%. Selanjutnya benih direndam dalam Bio-FOB. Perlakuan basah benih yang digunakan dicuci dengan air bersih kemudian direndam larutan Bio-FOB EC selama 20-30 menit, yang telah diencerkan dengan air aqua yang biasa diminum (50 ml Bio-FOB EC + 500 ml aqua kemudiaan dibiarkan 2 jam sebelum dipakai. Kemudian benih direndam selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan. Kecambahkan pada baki/ tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan. Siram media semai sampai agak basah/ lembab, masukkan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup dengan Organic FOB atau Organo-TRIBA Kemudian semprot dengan Bio-TRIBA BT2 dengan dosis 10 ml/l setiap 2 minggu sekali. Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai. PENGOLAHAN MEDIA TANAM Lahan di berikan pupuk organotriba (pupuk organic yang diproduksi dengan BioTRIBA BT1) 25 50% dari dosis anjuran pupuk organic yang biasa digunakan, kemudian diolah dan dibiarkan selama 1-2 minggu, kemudian buat bedengan.semprot BoTRIBA BT1 dosis: 4-5 l/ha. PENAMAN Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm. Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari. Penyulaman dilakukan 1-3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama. Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali. PEMUPUKAN Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada jenis tanah, teknologi, jenis tembakau, kwalitas dan kemampuan pendanaan. Anjuran pemupukan sebagai berikut : Apabila menggunakan pupuk organotriba Plus dan Hayati BioTRIBA BT2 maka dianjurkan penggunaan pupuk an organic (Urea, TSP, KCL, Kieserite, Borax) dapat di kurangi 30 50% dari dosis anjuran (dosis anjuran masing-masing perkebunan tembakau.) Tabel 1. Contoh simulasi penggunaan pupuk organotriba dan hayati BioTRIBA BT2 dengan 2 / 6
dosis anjuran pupuk an organic yang digunakan PT BAT Indonesia Bodowoso : Fertila = 600 kg/h/musim,urea = 350 kg/ha/musim, SP36 = 100kg/ha/musim, KNO3 =150kg/ha/musim.. Jenis pupuk Dosis (/ha/thn) 100% pupuk an organik tanpa OrganoTRIBA Plus dan hayati BioTRIBA BT2 Dosis (ha/thn) 70% pupuk an organik + pupuk organotriba Plus dan hayati BioTRIBA BT2 Dosis (/ha/thn) 50% pupuk an organic + pupuk OrganoTRIBA Plus dan Hayati BioTRIBA BT2 Jenis pupuk Dosis (/ha/thn) 100% pupuk an organik tanpa OrganoTRIBA Plus dan hayati BioTRIBA BT2 Dosis (ha/thn) 70% pupuk an organik + pupuk organotriba Plus/Biost dan hayati BioTRIBA BT2 Dosis (/ha/thn) 50% pupuk an organic + pupuk OrganoTRIBA Plus dan hayati BioTRIBA BT2 1. Fertila 2. ZA 3. SP36 4. KNO3 3 / 6
600kg 350kg 100kg 150kg 420kg 245kg 70kg 105kg 300kg 175kg 50kg 75kg 4 / 6
1. OrganoTRIBA Plus/Biost 2. Hayati BioTRIBA BT2 0 kg 0 lt 140kg 4 lt 180kg 6 lt Keterangan: Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April). Aplikasi hayati BioTRIBA BT2 dilakukan setiap 3 4 bulan sekali dengan dosis 2lt/ha dengan 10 10 ml/ ltd an disiram pada panggal batang atau dibuat lubang pada 4 titik pada setiap tanaman dan larutan Hayati BioTRIBA BT2 dimasukkan kedalam lubang tadi. Aplikasi Organik Freshry Bio dilakukan bersamaan dengan pupuk an organic dan Hayati BioTRIBA BT2 1 minggu setelah an organik. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT 5 / 6
Pengendalian Hama Penyakit sesuai dengan pola PHT, tetapi berdasarkan pengalaman petani di Temanggung dan Lombok dengan penggunaan paket BioFOB serangan Hama Penyakit sangat rendah. Tersedia juga beberapa pestisida organic seperti Mitol 20 EC dan Siori yang mengandung bahan aktif dari ektrak tanaman nimba, cengkeh dan sereh. 6 / 6