BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ORGANOLOGI SULING TANAH BUATAN TED I NURMANTO D I JATI WANGI MAJALENGKA

BAB III METODE PENELITIAN

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pendidikan musik tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2015 PENGOLAHAN MUSIK TETABUHAN NUSANTARA DALAM RHYTHM SAWAH KARYA GILANG RAMADHAN

BAB I PENDAHULUAN. persembahan, dan pelayanan. Kata seni berkaitan erat dengan upacara keagamaan,

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KREATIVITAS ARANSEMEN MUSIK PADA LAGU DAERAH ACEH MELALUI PROJECT BASED LEARNING

2015 LAGU SINTREN ARANSEMEN YUS WIRADIREDJA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. untuk diikuti. Pendidikan musik kini menjadi sesuatu yang penting bagi manusia

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KOMUNIKASI BUDAYA MUSIK TANAH LIAT KOMUNITAS JAF. Ade Ahmad Sujai, Prodi Ilmu Komunikasi UMC

BAB I PENDAHULUAN. namun alat musik elektrikpun berkembang dengan sangat pesat. Salah satu contoh

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

SILABUS PEMBELAJARAN. Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar 1.1 Mengidentifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING TEMA PERANCANGAN GAMELAN KERAMIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KASONGAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Pembelajaran Rampak Bedug Pada Ekstrakurikuler Di SDN Cilegon-2 Kecamatan Jombang Banten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

Term of Reference SOLID-ID

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. oleh Plato (2000:5) Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan bagi pembinaan sumber daya manusia sangat

BAB II LANDASAN TEORI

LATAR BELAKANG TENTANG RESIDENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. yang ada terkadang membawa hal yang positif dan negatif, tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nanda Ahya Halim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

PENDIDIKAN SENI PROSES PEMBENTUKAN MELALUI SENI. Zakarias S. Soeteja

2016 PENERAPAN MATERI PELATIHAN MARIMBA D ALAM 2009 CAROLINA GOLD PERCUSSION D I MARCHING BAND GITA SWARA SPANSA KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Di Sumatera Utara khususnya dikota medan dapat kita lihat dari pentas seni

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

CJ Percussion Rhythm Tradisi Indonesia dibalik Album Nyore

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik genteng adalah sebutan musik yang lahir dari kawasan pembuat genting atau akrab disebut genteng dalam bahasa sunda yang berada di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi. Daerah ini merupakan daerah pedesaan yang terletak di kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Saat ini Jatiwangi masih dikenal sebagai penghasil genteng terbesar di Indonesia, hingga masyarakatnya tumbuh menjadi masyarakat industri. Dalam keseharian masyarakatnya sebagaian besar menggantungkan hidup pada pabrik genteng. Mulai dari pagi hingga sore hari kawasan ini sangat akrab dengan aktivitas industrinya yang padat dalam membuat ribuan genteng perharinya. Meskipun masyarakat desa Jatisura yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh pabrik pembuat genteng akan tetapi kepedulian mereka terhadap seni sangat tinggi, baik itu seni rupa, seni musik maupun seni tari. Salah satu contohnya dalam kreativitas bermusik, tidak lepas dari peranan genteng sebagai instrumen musiknya, walaupun tidak semua instrumennya menggunakan genteng akan tetapi tanah liat sebagai bahan utama pembuat instrumennya. Di jatiwangi sendiri tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat berlimpah, tanah di sini sangat subur untuk menopang pertanian dan kuat untuk dijadikan bahan pembuat genteng ataupun kerajinan tangan dari tanah liat. Peranan tanah untuk warga Jatiwangi merupakan aspek yang sangat penting dalam mata pencaharian warganya. Tanah di sini juga tidak hanya dijadikan mata pencaharian yang dalam konteks dianggap pekerjaan berat seperti buruh pabrik genteng, pengrajin keramik ataupun petani namun dapat dijadikan sebuah kreativitas bermusik yang lahir dan berkembang di masyarakat Jatiwangi khususnya di desa Jatisura, sehingga melahirkan sebuah komunitas musik yang mereka buat dinamakan People Clay dan berada dalam naungan Jatiwangi Art Factory (JAF).

2 Jatiwangi Art Factory (JAF) adalah sebuah organisasi nirlaba yang fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan budaya seperti: festival, pertunjukan, seni rupa, musik, tari, video, keramik, pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan. JAF didirikan pada 27 September 2005 oleh warga lokalnya yang bernama Arief Yudi seorang seniman seni rupa lulusan ITB. Sejak tahun 2008 JAF bekerjasama dengan Pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan penelitian dengan melibatkan kesenian yang kolaboratif dan saling berhubungan. JAF mempunyai Program Festival Video Residensi yang diadakan satu tahun sekali, Festival Seni Residensi dua tahun sekali dan Festival Musik Keramik tiga tahun sekali yang banyak mengundang seniman dari berbagai disiplin ilmu dan Negara untuk tinggal, berinteraksi, bekerjasama dengan warga desa, merasakan kehidupan masyarakat Jatiwangi, serta merumuskan dan membuat sesuatu yang kemudian dipresentasikan dan dikabarkan kepada semua orang. Berdasarkan temuan data di lapangan, tahun 2007 tiga pemuda asal desa Jatisura, Jatiwangi yakni Tedi Nurmanto, Ahmad Thian Vulthan, dan Wahidin Agustino memulai untuk mengeksplorasi tanah menjadi sebuah musik, mencoba mengeksplorasi genteng menjadi berbagai instrumen musik, diantaranya instrumen genteng atau gamelan genteng yakni genteng yang dibentuk menjadi sebuah nada namun masih belum jelas scale atau tangga nadanya, mereka hanya membuat nada sesuai kebutuhan lagu fungsinya sebagai alat perkusi bernada, alat perkusi lainnya yakni ada broke tile atau pecahan genteng dan ceramics bowl. Ceramics bowl yang dalam bahasa Indonesia adalah mangkok keramik merupakan alat perkusi bernada, ceramics bowl ini ada yang berukuran besar ataupun kecil, untuk mangkok yang berukuran kecil suaranya lebih tipis dan cenderung tinggi dan yang berukuran besar suaranya lebih tebal. Selain itu mereka juga membuat gitar genteng dan bass genteng yakni sebuah genteng yang dipasang neck gitar bersenar 12 dan bass genteng 4 senar, sada tanah yang berarti suara tanah yaitu sebuah alat musik yang bentuknya seperti kendi tempat air, dibunyikan

3 dengan cara dipukul oleh telapak tangan. Selain itu terdapat instrumen musik suling tanah atau okarina, alat musik ini mengadaptasi dari berbagai kebudayaan bangsa afrika, china, mexico. Menurut sejarah alat musik ini diyakini telah ada sejak zaman batu atau sekitar 12000 tahun lalu, dibunyikan dengan cara ditiup, di Jatiwangi sendiri okarina telah ada cukup lama digunakan untuk mengusir hama padi. Dari berbagai instrumen yang diciptakan memang tidak semuanya berbentuk genteng, namun musik yang lahir dari desa Jatisura ini mempunyai sebutan tersendiri yakni musik genteng. Mereka menamai musik genteng dikarenakan mereka ingin membuat penandaan bahwa Jatiwangi yang terkenal dengan produksi gentengnya, dapat terkenal pula melalui musiknya tanpa menghilangkan ciri khas dari Jatiwangi itu sendiri. Dari segi kreativitas pula warga desa Jatisura dapat mengambil peluang yang unik dengan memanfaatkan apa yang dekat dengan lingkungan mereka, genteng yang fungsinya sebagai atap rumah, dapat beralih fungsi menjadi alat musik baru dan orisinil. Hingga sekarang mereka selalu aktif dalam mencipta berbagai karya musik genteng dan banyak melibatkan warga desa dalam proses berkeseniannya. Sehingga, melahirkan sebuah grup musik atas naungan JAF musik yang bernama People Clay. People Clay adalah sebuah rumah atau wadah bermusik untuk warga desa Jatisura yang ingin berkesenian melalui musik, merupakan sebuah grup muara yang menyatukan berbagai elemen masyarakat melalui proses bermusik, siapa saja boleh ikut dalam grup ini. Dari People Clay ini banyak melahirkan grup-grup musik genteng lainnya seperti Hanyaterra, Tarling Padi, Sada Tanah Kids, Goodafternoon, Sadatanah Percusiont, Genteng-Genteng Ensemble dan lain lain. Dalam proses eksplorasi alat musik baru, peneliti tertarik dengan kegiatan berkesenian yang dilakukan oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra, grup tersebut mengolah berbagai macam instrumen musik dari segi bunyi atau bentuk alat musik yang berasal dari tanah dan digabungkan dengan instrumen musik elektrik seperti gitar dan

4 bass, sehingga memimbulkan kesan yang sangat unik terdengar pada hasil karya musiknya salah satunya karya komposisi yang berjudul Menuju Kesana. Komposisi tersebut dalam permainannya menggunakan teknik minimalis prosesual yang berarti gaya musik dengan perubahan motif sedikit demi sedikit sehingga didapat sebuah komposisi musik secara utuh. Kelompok bunyi-bunyian dalam ruang waktu musik tersebut diolah dalam berbagai motif tabuhan minimal dengan perubahan-perubahan tekstur bunyi atau level pola ritmik dan sering terdapat pengulangan-pengulangan motif yang cenderung prosesual, sehingga mengghasilkan bunyi-bunyian yang terkesan unik dan berbeda yang dihasikan dari berbagai instrumen musik yang berasal dari tanah digabungkan dengan instrumen musik elektrik secara minimalis prosesual. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengungkapkan bagaimana proses kreativitas musik genteng lahir dan berkembang dikalangan masyarakatnya, sehingga terwujud sebuah karya komposisi musik berjudul Menuju Kesana maka dari itu peneliti mengambil judul Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis Karya Komposisi Menuju Kesana ). Dengan harapan hasil temuan penelitian dapat berdaya guna untuk dijadikan referensi bagi khasanah pendidik seni terutama dapat dijadikan inspirasi atau stimulus dalam berkreasi musik. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan data di lapangan sebagai sentral pembuat genteng, Jatiwangi pernah menapaki tangga kejayaan puncaknya periode 1980-1990an. Jatiwangi pernah memiliki 320 pabrik pembuat genteng dan krisis ekonomi 1998 telah menerjang kejayaan itu. Biaya dan ongkos produksi semakin melambung satu persatu pabrik genteng pun mengalami kebangkrutan dan kini tinggal separuhnya. Ditengah keterpurukannya, mereka masih tetap berekplorasi salah satunya dengan bermusik, karena menurut wawancara saya dengan salah satu warga yang aktif dalam bermusik genteng dan merupakan

5 anggota dari grup musik genteng Hanyaterra yakni Ahmad Thian Vultan, beliau berkata Inspirasi itu tidak jauh dari torehan kepala kita, kita tinggal di Jatiwangi, daerah kita kawasan industri genteng, kenapa tidak kita tidak berbuat sesuatu yang baru, salah satunya dalam bermusik. Hal tersebut yang melatarbelakangi musik genteng terbentuk. Genteng sebagai inspirasi musikal sangat menarik peneliti untuk lebih menggali ide-ide kreatif warga dalam proses penggarapan musiknya sehingga terbentuknya musik yang mereka namakan dengan musik genteng. Warga desa yang sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai buruh pabrik, musik genteng inilah dapat menjadi alternatif kegiatan yang dapat menambah penghasilan serta media untuk bersiraturahmi dan berkumpul berbagai elemen masyarakat. Media genteng dan intrumen musik tanah lainnya yang dituangkan dalam bentuk musik ini tergolong unik dan menarik bagi peneliti. Warga desa Jatisura dapat mengambil peluang dengan menfaatkan atau berekplorasi dengan apa yang ada di sekitar mereka dan menjadikan sebagai kreativitas bermusik. Genteng atau tanah yang dijadikan media untuk bermusik dalam proses pembuatan alat musiknya dibutuhkan kepekaan atau sensitifitas nada seorang pembuatnya. Jika media tersebut sudah menjadi alat musik dibutuhkan konsep yang menjadi aspek musikalnya seperti komposisi dalam musiknya. Dalam pengggarapan musik genteng, salah satu grup musik genteng Hanyaterra membuat komposisi musik terinspirasi dari kehidupan kawasannya sendiri yakni kawasan industri genteng. Komposisi musik yang menghasilkan warna bunyi yang berbeda serta konsep visual yang terinspirasi dari sebuah pabrik genteng merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi peneliti untuk menganalisis bentuk komposisi musiknya dalam pengarapan musik genteng, salah satunya karya komposisi Menuju Kesana.

6 C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dikaji terkait dengan bagaimana musik genteng sebagai media kreativitas bermusik? yang fokus pengkajiannya lebih diarahkan pada (studi analisis karya komposisi Menuju Kesana ). Secara operasional rumusan tersebut pembahasannya difokuskan pada hal-hal yang menjadi pertanyaan penelitian yakni sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media kreativitas bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra? 2. Bagaimana bentuk komposisi musik Menuju Kesana hasil karya grup musik Hanyaterra yang digunakan sebagai media kreativitas bermusik? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus atau masalah yang telah diungkapkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan masalah tentang musik genteng sebagai media kreativitas bermusik (studi analisis karya komposisi Menuju Kesana ). 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua permasalahan yang ada pada penelitian. Berikut adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan: a. Proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media kreativitas bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra. b. Bentuk komposisi musik Menuju Kesana hasil karya grup musik Hanyaterra yang digunakan sebagai media kreativitas bermusik.

7 E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini hasil yang akan tercapai dapat bermanfaat untuk beberapa kalangan, diantaranya: a. Peneliti Untuk meningkatkan ide-ide kreatif dalam bermusik serta dapat mengetahui proses dari suatu keativitas yang lahir dan berkembang di masyarakat. b. Jurusan Pendidikan Seni Musik Sebagai dokumentasi untuk menambah perbendaharaan data mengenai kreativitas musik baru yang lahir dan berkembang. c. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan referensi kapada masyarakat dalam menciptakan peluang dari apa yang ada di lingkungan sekitar mereka yang dapat dijadikan suatu kreativitas. d. Seniman Untuk lebih mengasah kreativitas dalam berkarya musik baru. e. Grup Musik Genteng (Hanyaterra) Supaya lebih menggali ide-ide kreatif lain dalam menggarap musiknya. Serta menjadikan bahan evaluasi dalam menciptakan karya musik. F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN merupakan bagian awal skripsi yang meliputi bahasan tentang: Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur Organisasi Penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA sebagai pisau bedah untuk mengungkapkan permasalahan tentang: Kreativitas, Komposisi Musik, Proses Garap, Genteng, Analisis Musik, Musik Minimalis serta Peneliti Terdahulu. BAB III METODELOGI PENELITIAN sebagai pedoman atau teknis di lapangan dalam melakukan penelitian yakini meliputi: Lokasi dan Subjek

8 Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN untuk mendeskripsikan terkait rumusan penelitian, meliputi: Grup Musik Hanyaterra, Pengarapan Musik Genteng, Bentuk Komposisi Menuju Kesana, serta Kebermaknaan dan Implikasi Penelitian. BAB V KESIMPULAN dan SARAN meliputi: Kesimpulan, Saran.