Arina Maliya dan Ratih Wibawati. Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Pabelan Kartasura

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Olahraga dengan Kadar Gula Darah

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil


Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN


BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT KEMAMPUAN ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) DENGAN PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN Arina Maliya dan Ratih Wibawati Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Pabelan Kartasura Abstract Diabetes Millitus is known as a desease which is caused by disturbance in metabolist system of carbohidrate, fat and protein in the body. This desease may be preventable, such as by change of diet, reducing diet which contains protein, fat, sugar and salt, regular physical activity and blood glucose level check-up. Fat Diabetes Millitus patients can control their blood glucose level by maintaining their diet and exercising regularly.the purpose of this research was to know the correlation between the independence in Activities of Daily Living (ADL) and blood glucose level in Diabetes Millitus Type II patients at Primary Health Services of Masaran. The research method used was descriptive analytic with cross-sectional approach. The research respondents were 29 patients. The data were analyzed by Rank Spearman test. Research was conducted from April until May 2010. The instruments used were checklist sheets of KATZ ADL index and glukotest. The result showed that there was a correlation between the independence in Activities of Daily Living (ADL) and blood glucose level (r = -0,566 and p- value- = 0,001). Key words: independence in Activities of Daily Living (ADL), blood glucose level, Diabetes Millitus type II. PENDAHULUAN Diabetes Melitus diketahui sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama pada system metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh (Lanywati, 2001). Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius (Soegondo dan Sidartawan, 2000). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia sekitar 17 juta atau mencapai 8,6 % dari 220 juta populasi negeri ini dan diperkirakan akan meningkat. Pada tahun 2030 diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta penderita. Menurut penelitian epidemio- 68 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79

logi prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5-2,3%. Daerah semi-urban seperti Jawa Tengah melaporkan prevalensi Diabetes Melitus sebesar 9,2% (Pusat Data Diabetes/ Departemen Komunikasi dan Informatika, 2008). Penyakit ini sebenarnya dapat dicegah, diantaranya dengan cara merubah pola makan yang seimbang, mengurangi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam, perbanyak melakukan aktivitas fisik setiap hari, serta rajin memeriksakan kadar gula darah setiap tahun. Pengelolaan Diabetes dimulai dengan perencanaan makan. Biasanya pasien Diabetes Melitus yang gemuk dapat dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur (Soegondo & Sidartawan, 2002). Aktivitas sehari hari atau dalam literatur asing disebut Activity of Daily Living merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kapasitas fungsional seseorang yang seringkali mencerminkan kualitas hidup dan merupakan aktifitas pokok bagi perawatan diri. Aktifitas sehari-hari (ADS) ini terdiri atas 6 macam kegiatan, yaitu mandi (bathing), berpakaian (dressing), ke toilet (toileting), berjalan atau pindah posisi (walking& transfering), kontinensia (continence), makan (feeding) (Tamher S & Noorkasiani, 2009). Kegiatan fisik secara teratur terbukti mengurangi sejumlah faktorfaktor risiko aterogenik. Misalnya, membantu mengurangi obesitas dan menurunkan tekanan darah serta memperbaiki kesensitifan insulin. Karena itu hal tersebut harus didorong. Toleransi glukosa memiliki hubungan positif dengan aktifitas fisik total, aktifitas fisik sedang dan aktifitas fisik sedang selama 5 menit. Kesimpulanya adalah bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan positif terhadap toleransi glukosa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktifitas sedang mungkin bermanfaat pada pencegahan diabetes melitus (PERKENI, 2006). Latihan jasmani pada penyandang diabetes dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung latihan jasmani dapat menyebabkan penurunan glukasa darah. Demikian pula yang didapatkan dari hasil penelitian Allen dkk. Aerobik yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30-50 % pada DM tipe 1 yang terkendali dengan baik, sedangkan pada DM tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan BB akan mengurangi kebutuhan insulin hingga 100% (Soegondo, 2005). Puskesmas Masaran merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Sragen yang bertanggung jawab mewujudkan Kecamatan Masaran yang bersih dan sehat yang tercermin dari perilaku hidup sehat masyarakatnya dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya guna meningkatkan derajat kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik pada tahun 2009 terdapat 124 pasien Diabetes Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 69

Melitus tipe II di Puskesmas Masaran. Tujuan penelitian ini adalah : a). Mengetahui tingkat kemampuan pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam Activity of Dailiy Living (ADL). b). Mengetahui kadar gula darah sesuai tingkat kemampuan dalam Activity of Dailiy Living (ADL) pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2, c). Untuk mengetahui hubungan tingkat kemampuan dalam Activity Daily of Living (ADL) dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian ini menyoroti hubungan antara variabel dan menganalisa atau menguji hipotesa yang dirumuskan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Penderita Diabetes Melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran dari bulan Januari Desember 2009 yang berjumlah 124 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Menurut Notoatmodjo (2002), karena jumlah sampel kecil atau kurang dari 1000 maka penentuan besaran sampel menggunakan rumus didapatkan 29 responden. C. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1. Pasien dengan Diagnosa Medis Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas Masaran. Mendapatkan dan mengkonsumsi obat yang sama (Glibenclamid) tanpa mendapatkan injeksi insulin. 2. Pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan menandatangani surat persetujuan. D. Jenis Variabel Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas (variable independent) yaitu kemadirian dalam Activity of Daily Living dan variabel terikat (variable dependent) yaitu kadar gula darah 70 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79

E. Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Alat ukur Activity of daily living Kadar gula darah Kelompok kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam mengurus dirinya sendiri Hasil pengukuran jumlah glukosa yang beredar dalam darah. Sampel darah diambil dengan anjuran puasa selama 10 jam, sehingga disebut kadar gula darah puasa. Tabel 1. Definisi Operasional Checklist Katz Skala ukur Ordinal Hasil ukur ADL mandiri: dapat melakukan aktivitas antara 5-6 kategori ADL dibantu: dapat melakukan aktivitas antara 3-4 kategori ADL tergantung: dapat melakukan aktivitas antara 0-2 kategori Glukotest Ordinal baik: kadar GDP antara 80-109 mg/dl sedang: kadar GDP antara 110-125 mg/dl buruk: kadar GDP 126 mg/dl F. Instrumen Penelitian 1. Data variabel bebas atau ADL (Activity of Daily Living) diukur menggunakan Indeks tingkat kemandirian dari Index of Independence in Activities of Daily Living (Siney Katz) yang berjumlah 6 pertanyaan dan terdiri dari: Mandi, Berpakaian, Melakukan Eliminasi, Pergerakan/ berpindah tempat, Kontrol terhadap eliminasi, dan Makan. Untuk jawaban A mendapatkan nilai 1 dan untuk jawaban B mendapatkan nilai 0. Keterangan dari total nilai skor adalah = Skor 1 menunjukkan mandiri = apabila dapat melakukan aktivitas antara 5-6 kategori Skor 2 menunjukkan dibantu = apabila dapat melakukan aktivitas antara 3-4 kategori Skor 3 menunjukkan tergantung = apabila dapat melakukan aktivitas antara 0-2 kategori (Mickey, 2005) 2. Data variabel terikat atau Kadar Gula Darah Puasa diukur menggunakan alat ukur glukotest. Skor yang diberikan adalah: Buruk = e 126 mg/dl dengan skor 3 Sedang = 110-125 mg/dl dengan skor 2 Baik = 80-109 mg/dl dengan skor 1 (Soegondo, 2005). G. Analisa Data Dalam penelitian ini menggunakan dua analisa yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa Bivariat. Sebelum menentukan uji statistik, harus dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu. Hasil yang diperoleh dari uji kenormalan data pada penelitian ini adalah adalah data berdistribusi tidak Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 71

normal, Sehingga digunakan uji non parametrik yaitu Spearman Rank. H. Jalannya Penelitian Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran pada bulan April-Mei 2010. Peneliti terlebih dahulu memilih sampel sesuai dengan kriteria. Pemilihan sampel dilakukan secara random/ acak yakni dengan cara dari jumlah populasi 124 orang diberi nomer urut dan inisial nama, kemudian dibuat lotre dan diambil secara acak sebanyak 29 orang dan itulah yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian. Peneliti melakukan pengkajian tingkat kemandirian ADL dengan pemberian lembar checklist dari Index of Independence in Activities of Daily Living (Siney Katz) yang berisi 6 pertanyaan, dan kemudian menentukan tingkat kemandirian ADL pasien. Peneliti akan memberikan penjelasan tentang tujuan dari penelitian dan cara mengisi lembar checklist. Klien diminta untuk menandatangani lembar inform consent. Klien yang setuju akan menjadi responden, dan diberikan lembar checklist. Setelah responden selesai menjawab semua pertanyaan, peneliti akan meminta responden untuk berpuasa selama ± 10 jam sejak pukul jam 9 malam hingga jam 7 pagi, kemudian akan diukur kadar gula darahnya oleh peneliti menggunakan glukotest. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden No Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Umur < 40 tahun 40 50 tahun 51 60 tahun 61 70 tahun 71 80 tahun 2. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 3. Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 4. Lama menderita DM Kurang dari 1 tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun Lebih dari 5 tahun Tabel 2. Karakteristik Responden 1 6 13 4 5 12 19 8 9 7 5 1 1 7 1 8 4 7 3 21 45 14 17 41 59 28 31 24 17 3 3 24 3 28 15 24 72 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79

Usia diatas 45 tahun merupakan kelompok risiko tinggi terserang DM (Perkeni, 2006). Diabetes tipe I tergantung kepada insulin cenderung menyerang anak-anak dan remaja, sedangkan tipe II tidak tergantung kepada insulin cenderung menyerang orang dewasa yang berumur 45 tahun atau lebih (Lenny, 2007). Menurut Soegondo (2005) kadar gula darah normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak bergerak. Tidak diketahui adanya prevalensi penyakit DM ditinjau dari jenis kelamin. Namun dari beberapa penelitian terdahulu, misalnya penelitian Nidya, (2008) dan penelitian Mosjab, dkk (2008) menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM dalam penelitian mereka adalah perempuan. Tingkat pendidikan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan yang sedang. Tingkat pendidikan berpengaruh dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang penyakit dan pengobatan serta pencegahannya (Wilfried, 2002). Pengetahuan responden tentang penyakit diabetes melitus baik tentang faktor penyebab, cara pencegahan dan pengobatannya akan membantu responden dalam upaya-upaya memperbaiki derajat kesehatannya. Pengetahuan dan pemahaman responden tentang cara-cara pencegahan DM berdampak pada ketaatan mereka untuk melakukan upaya-upaya pencegahan DM, misalnya dengan melakukan latihan fisik, terapi diet, dan sebagainya. Pada tabel diatas nampak bahwa responden paling banyak telah menderita Diabetes Melitus selama 4 tahun, yaitu sebanyak 8 responden (28%) dan responden paling sedikit telah menderita DM < 1 th, 1 th, dan 3 th, masing-masing sebanyak 1 responden (3%). Pratiwi (2007) mengemukakan bahwa waktu lamanya seseorang menderita penyakit dapat memberikan gambaran mengenai tingkat patogenesitas penyakit tersebut. Peningkatan angka kesakitan Diabetes Mellitus dari waktu ke waktu lebih banyak disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya. Komplikasi Diabetes Mellitus dengan penyakit lain terkait dengan lamanya seseorang menderita Diabetes Mellitus, semakin lama seseorang menderita Diabetes Melitus maka komplikasi penyakit Diabetes Melitus juga akan lebih mudah terjadi. B. Deskripsi Tingkat Kemampuan Activity Daily of Living (ADL) Berdasarkan pengumpulan data tentang variabel tingkat Kemampuan ADL, diperoleh data seperti pada tabel berikut: Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 73

Tabel 3. Distribusi responden Menurut Kemampuan ADL No Kemampuan (ADL) Jumlah Persentase (%) 1 Tergantung 2 7 2 Dibantu 6 21 3 Mandiri 21 72 Jumlah 29 100 Distribusi responden menurut tingkat kemampuan ADL menunjukkan responden yang memiliki tingkat kemandirian terbesar adalah kategori mandiri, yaitu sebanyak 21 responden (72%), sedangkan responden yang memiliki tingkat kemandirian paling kecil adalah kategori tergantung, yaitu sebanyak 2 responden (7%). Deskripsi tingkat kemampuan dalam Activity Daily of Living (ADL) penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki kemandirian mandiri. Beberapa faktor menyebabkan tingkat kemandirian responden sebagian besar mandiri adalah umur responden. Distribusi responden menurut umur menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia dibawah 60 tahun. Usia antara 20 hingga 60 tahun merupakan usia seseorang dalam masa produktif, dimana pada usia tersebut mereka memiliki tingkat produktifitas yang tinggi dalam kematangan rasional dan kematangan motorik (Tamher, 2009). Pada usia tersebut tingkat kematangan rasional responden mampu meningkatkan semangat untuk menjalani hidupnya, sehingga mereka memiliki motivasi yang baik untuk mampu berbuat terbaik bagi hidupnya, salah satunya adalah memiliki kemampuan dalam Activity Daily of Living (ADL). C. Deskripsi Kadar Gula Darah Berdasarkan pengumpulan data tentang variabel kadar gula darah, diperoleh data seperti pada tabel berikut: Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Gula Darah No Kadar gula darah (GDP) Jumlah Persentase (%) 1 Buruk 22 76 2 Sedang 6 21 3 Baik 1 3 Jumlah 29 100 74 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79

Distribusi responden menurut kadar gula darah sebagian besar menunjukkan kategori buruk yakni sebanyak 22 responden (76%), sedangkan kadar gula darah yang paling kecil menunjukkan kategori baik yaitu sebanyak 1 orang (3%). Tingkat kadar gula responden sebagian besar adalah buruk. Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang beredar dalam darah. Kadarnya dipengaruhi oleh berbagai enzim dan hormon yang paling penting adalah hormon insulin. Faktor yang mempengaruhi dikeluarkan insulin adalah makanan yang berupa glukosa, manosa dan stimulasi vagal: obat golongan phenitoin (Guyton, 2008). Tingkat kadar gula darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stres, olah raga, pola makan atau diet, pemakaian obat, dan lain-lain. Sebagaimana dikemukakan oleh Almatsier (2005), mengungkapkan bahwa jenis karbohidrat sederhana seperti gula pasir, gula jawa, sirup jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, kue-kue manis, dodol dan es krim, langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga mempercepat kenaikan kadar gula darah. D. Analisis Bivariat Tabel 5. Tabulasi Silang Kadar Gula Darah Puasa Ditinjau dari Tingkat Kemampuan ADL Kadar Gula Darah Puasa Kemampuan Buruk Sedang Baik Total ADL Frek % Frek % Frek % Frek % Tergantung 2 7 0 0 0 0 2 7 Dibantu 6 21 0 0 0 0 6 21 Mandiri 14 48 6 21 1 3 21 72 Total 22 76 6 21 1 3 29 100 Pada Tingkat Kemampuan ADL dengan kategori mandiri terdapat 14 responden yang masih memiliki kadar gula darah buruk. Hal ini disebabkan karena kesadaran mereka untuk mentaati diet masih kurang. Sebagian besar mereka masih belum bisa merubah kebiasaan pola makan yang kurang baik. Sehingga ketika mereka melakukan puasa sebelum dilakukan pengukuran kadar gula darah, ternyata tidak menyebabkan terjadinya penurunan yang signifikan terhadap kadar gula darahnya. Kepribadian atau motivasi penderita untuk mentaati diet, terapi dan latihan gerak badan dari dokter yang merawatnya dan sadar semua itu untuk kepentingan dirinya sendiri merupakan faktor kunci untuk menilai keterawatan penderita DM (Tjokroprawiro, 2001). Semakin baik Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 75

perilakunya maka semakin baik penderita untuk mengendalikan kondisi penyakitnya (Swarsono, 2001). Pengaturan diet bagi penderita DM tetap merupakan bagian yang paling penting dalam upaya perawatan secara keseluruhan, diet yang sesuai akan berpengaruh pada kadar gula darah (Swarsono, 2001). Menurut Asdie (2000) kunci pokok dalam penatalaksanaan diabetes tipe II adalah pengaturan makan atau diet. Dengan diet yang benar, maka toleransi glukosa dapat menjadi normal terutama bagi pengidap yang berat badannya berlebih atau gemuk.. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Rank Spearman Hubungan r hitung p-value Kesimpulan Hubungan tingkat kemandirian (ADL) dengan kadar gula darah puasa (GDP) -0,566 0,001 H 0 ditolak Berdasarkan hasil kriteria uji tersebut maka disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kemampuan dalam Activity Daily of Living (ADL) dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran. Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat kemampuan dalam Activity Daily of Living (ADL) dengan kadar gula darah diperoleh dari interpretasi nilai korelasi Rank Spearman. Berdasarkan kriteria kekuatan hubungan, maka hubungan antara tingkat kemampuan dalam Activity Daily of Living (ADL) dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran yang sebesar -0,566, maka hubungan tersebut termasuk dalam kategori cukup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan dalam Activity Daily of Living (ADL) berhubungan dengan kadar gula darah pada pasien DM. Hubungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat kemampuan yang dimiliki pasien DM dalam Activity Daily of Living (ADL) berdampak pada adanya aktivitas fisik sehari-hari. Aktifitas sehari-hari (ADL) ini terdiri atas 6 macam kegiatan, yaitu mandi (bathing), berpakaian (dressing), ke toilet (toileting), berjalan atau pindah posisi (walking&transfering), kontinensia (continence), makan (feeding) (Tamher S & Noorkasiani, 2009). Kegiatan fisik secara teratur terbukti mengurangi sejumlah faktorfaktor risiko aterogenik. Misalnya, membantu mengurangi obesitas dan menurunkan tekanan darah serta memperbaiki kesensitifan insulin. Karena itu hal tersebut harus didorong. Toleransi glukosa memiliki hubungan positif dengan aktifitas fisik total, 76 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79

aktifitas fisik sedang dan aktifitas fisik sedang selama 5 menit. Kesimpulanya adalah bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan positif terhadap toleransi glukasa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktifitas sedang mungkin bermanfaat pada pencegahan Diabetes Melitus (PERKENI, 2006). Latihan jasmani pada penyandang diabetes dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung latihan jasmani dapat menyebabkan penurunan glukasa darah. Demikian pula yang didapatkan dari hasil penelitian Allen dkk. Aerobik yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30-50 % pada DM tipe1 yang terkendali dengan baik, sedangkan pada DM tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan BB akan mengurangi kebutuhan insulin hingga 100% (Soegondo, 2005). KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Tingkat kemampuan Activity Daily Living (ADL) pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran sebagian besar mandiri. 2. Kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran sebagian besar buruk. 3. Terdapat hubungan antara kemampuan Activity Daily Living (ADL) dengan perubahan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran. B. Saran 1. Berdasarkan kesimpulan tersebut, tenaga keperawatan di Puskesmas hendaknya senantiasa memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang penatalaksanaan Diabetes Melitus, dan memberikan motivasi kepada pasien untuk mentaati diet, aktif melakukan kegiatan-kegiatan fisik, rajin mengkonsumsi obat, dan menghindari kondisi stres sehingga kadar gula darah mereka menjadi terkontrol. Selain itu petugas perlu pula untuk mengingatkan kepada pasien untuk rutin memeriksakan kadar gula darahnya, sehingga dapat terhindar dari kondisi komplikasi yang lebih parah. 2. Pasien penderita DM tipe II hendaknya menyadari bahwa aktivitas fisik mampu mengontrol dan memperbaiki kadar gula darah dalam tubuh mereka. Kesadaran tersebut tentunya menjadi motivator bagi mereka untuk giat melakukan aktivitas fisik sehingga kadar gula darah mereka dapat terkontrol dengan baik. Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 77

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Asdie, 2000. Patogenesis dan Terapi DM Tipe II.Yogyakarta, Medika FK UGM. Guyton, Arthur, C., John, E., Hall., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa Irawati Setiawan, Edisi 9, EGC, Jakarta. Lanywati, 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta, Penerbit Kanisius. Lenny, 2007. Diabetes Mllitus Retrieved Juni 1th 2010. http//infosehat.com. Diakses: tanggal : 2 Maret 2011. Mickey. 2005. Gerontological Nursing. Philadelphia: Davis Company. Mosjab, S., Herdiana, N., Eka Y.R, dan Idayati, 2008. Gambaran antara Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral (OHO ) dengan Kejadian Komplikasi Kronis ( Hipertensi, Neuropati, Sellulitis dan atau Ganggren ) pada Penderita Diabetes Mellitus di RT 13 16 di Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Surabaya, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Nindya, 2008. Hubungan antara Sikap, Perilaku, Partisipasi Keluarga terhadap Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi Revisi). Jakarta, Rineka Cipta. PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes di Indonesia. FKUI, Jakarta. Pratiwi, 2007. Epidemiologi Program Penanggulangan, dan Isu Mutakhir Diabetes Mellitus. Makassar, Universitas Hasanudin. Soegondo, S., 2000. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta, FKUI. Soegondo, 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta, FKUI. Swarsono, 2001. Pengaruh Frekuensi Penyuluhan Gizi terhadap Kepatuhan Diet dalam Penurunan Kadar Gula Darah. Skripsi, FKM Universitas Diponegoro, Semarang. Tamher, N., 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Askep. Jakarta, FKUI. 78 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79

Tjokroprawiro, 2001. Diabetes Melitus Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. Edisi ketiga, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Wilfried, H. S., 2002. Singkong Pun Bisa Sebabkan Diabetes Mellitus. Retrieved Juni 10th, 2008.Http://Www.Sinarharapan.Co.Id, Diakses : tanggal 11 Maret 2010. Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL)... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 79