SIKAP SUAMI TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

Siti Amallia 1, Rahmalia Afriyani 2, Yuni Permata Sari 3 1,2,3 STIK Siti Khadijah Palembang.

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA PRODUKTIF TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

23,3 50,0 26,7 100,0

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KELURAHAN BENER, KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP VASEKTOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG KB DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA SUAMI

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

The Factors that Affect the Participation of Men in Vasektomi in Kelurahan Sioldengan Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhanbatu 2018

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KONTRASEPSI METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ARTIKEL HUBUNGAN KARAKTERISTIK AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI MOP DI DUSUN TEKHELAN DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PADA WANITA PUS DENGAN KEIKUTSERTAAN KB SUNTIK DI DESA DUREN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

SKRIPSI FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI AGUSTIAN SASMITA NIM I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM SRI MAYA TRESIA, SST

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

Transkripsi:

Ekawati dkk, Sikap Suami Tentang Kontrasepsi Vasektomi SIKAP SUAMI TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI 73 Ekawati, Ilmu Wahyuningtyas Stikes Jendral Ahmad Yani Yogyakarta, Jl.Ringroad Barat, Gamping Sleman Yogyakarta email: ekawati_1412@yahoo.com Abstrak: Sikap Suami tentang Kontrasepsi Vasektomi. Angka keikutsertaan pria ber-kb di Indonesia masih rendah. Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta adalah salah satu daerah yang tingkat keikutsertaan vasektominya masih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 260 pasangan usia subur. Jumlah sampel 52 suami dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tertutup non tes dan skala likert yang telah dimodifikasi serta telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analis data yang digunakan adalah analis univariat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari aspek kognitif 26 responden (50%) seimbang antara sikap mendukung dan tidak mendukung, berdasarkan aspek afektif sebanyak 27 responden (27%) tidak mendukung, berdasarkan aspek konatif sebanyak 28 responden (53%) adalah tidak mendukung. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar suami di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta memiliki sikap tidak mendukung. Kata Kunci: sikap suami, kontrasepsi vasektomi Abstract: The Husband s Attitude about Vasectomy Contraception. Participation number of men in family planning in Indonesia is still low. Bener Village, Tegalrejo Sub-district, Yogyakarta is one of the regions in which vasectomy participation rate is still low. This research is a descriptive quantitative research that aims to find out the attitude of husbands about vasectomy contraception with cross sectional approach. The population in this study was 260 couples of childbearing age. Number of samples were 52 husbands in which a sampling technique used was purposive sampling. The research instrument used a non-test closed questionnaire and the Likert scale that has been modified and has been tested in the validity and reliability. Data analysis techniques used is an univariate analysis. Based on the results of the study it was obtained from cognitive aspects of 26 respondents (50%) balanced between being supportive and not supportive, based on the affective aspect as many as 27 respondents (27%) do not support, based on the conative aspect as many as 28 respondents (53%) are not supportive. From the results of this study, it is concluded that most husbands in Bener Village, Sub-district Tegalrejo, Yogyakarta have not supportive attitude. Keywords: husband s attitude, vasectomy contraception 73

74 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 1, hlm 73-78 Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke empat di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas sembilan negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) 2,6, Indonesia masih berada di atas rata-rata TFR negara ASEAN, yaitu 2,4. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang merupakan peserta KB baru, dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi suntikan. Dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi perempuan yang digunakan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode kontrasepsi laki-laki. Metode perempuan sebesar 93,66%, sementara metode laki-laki hanya sebesar 6,34%. Ini menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam menggunakan alat kontrasepsi masih sangat kecil (Kemenkes RI, 2013). Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh perempuan. Data BKK- BN 2014 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 separuh peserta KB baru menggunakan suntikan sebagai metode kontrasepsi. Metode Operasi Pria (MOP) yang merupakan metode kontrasepsi pria dilakukan oleh 0,7% peserta KB baru. Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2010 sebanyak 3.457.497 jiwa dan tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 3.630.720 jiwa. Kepadatan penduduk provinsi DIY tahun 2010 yang menempati urutan pertama yaitu Kota Yogyakarta sebanyak 11.958 jiwa/km², urutan ke dua kabupaten Sleman sebanyak 1.902 jiwa/km², urutan ke tiga kabupaten Bantul sebanyak 1.798 jiwa/km², urutan ke empat kabupaten Kulonprogo sebanyak 663 jiwa/km² dan terakhir di kabupaten Gunung kidul sebanyak 455 jiwa/km² (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2015). Ledakan penduduk yang terus terjadi akan menimbulkan dampak secara sosial, ekonomi dan juga kesehatan. Dampak dari segi kesehatan antara lain tidak terpenuhinya status kesehatan anak yang diikuti dengan kekurangan gizi atau gizi buruk serta BGM (Bawah Garis Merah), meningkatnya jumlah penyakit menular dan tidak menular, kesiapan ibu dalam melakukan pola asuh anak dengan jarak kelahiran yang dekat dan jumlah anak lebih dari dua, kemiskinan penduduk yang meningkat yang dapat memicu ketidakmampuan mengakses pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori (Manuaba, dkk, 2010). Pemerintah merencanakan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1957 untuk mengatasi terjadinya ledakan penduduk (BKKBN, 2011). Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntik sebanyak 51,55%, pil sebanyak 25,06%, IUD sebanyak 6,93% dan implant sebanyak 9,45%. Metode kontrasepsi yang paling sedikit digunakan oleh peserta KB aktif antara lain Metode Operasi Pria (MOP), sebanyak 0,14%, kondom sebanyak 5,26% dan Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 1,60% (BKKBN, 2015). Metode kontrasepsi yang sering digunakan oleh pria antara lain: metode senggama terputus yaitu metode KB tradisional atau alami yaitu pria mengeluarkan alat kelamin (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi, metode kontrasepsi kondom yaitu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani), metode kontrasepsi mantap seperti MOP paling sedikit digunakan, salah satunya disebabkan karena kurangnya faktor tingkat pengetahuan suami tentang kontrasepsi MOP serta mempengaruhi keikutsertaan suami dalam program KB MOP (Rinawati dan Mulyani, 2013). Data petugas Kantor KB Kota Yogyakarta tahun 2016 menyebutkan Kecamatan Tegalrejo paling sedikit minat dalam penggunaan kontrasepsi vasektomi hanya 0,15% dengan jumlah peserta PUS kontrasepsi KB aktif

sejumlah 4038. Kecamatan Tegalrejo memiliki 4 kelurahan. Data Peserta KB MOP di kecamatan Tegalrejo yang tertinggi kelurahan Tegalrejo sebanyak empat orang dari jumlah PUS 1055 orang dan terendah di kelurahan Bener sebanyak 0 dari jumlah PUS 521 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 21-23 April 2016 di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Dari hasil wawancara 15 orang suami, didapatkan 13 orang suami yang belum mengetahui metode MOP, sedangkan dua orang telah mengetahui tentang metode MOP tetapi belum memakai vasektomi. Semua pria ini beralasan tidak mau melakukan vasektomi dengan alasan takut, tidak dibolehkan agama, mengganggu hubungan seksual, membatasi aktivitas kerja, dan berpendapat bahwa kontrasepsi itu hanya urusan istri saja. Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan kurangnya partisipasi pria dalam melaksanakan program keluarga berencana dengan metode Vasektomi, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan skala yang dibuat oleh peneliti sebanyak 29 pernyataan dengan hasil uji validitas 10 dari 29 pernyataan tidak valid (< 0,444) dan hasil uji reliabilitas 0,961. Sepuluh pernyataan yang tidak valid dihilangkan dan tidak digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan oleh tim peneliti pada tanggal 31 Juli - 3 Agustus 2016 dengan cara mengumpulkan warga di suatu acara rutin bulanan, jika ada warga yang tidak hadir dalam penelitian, dilakukan door to door. Peneliti dibantu oleh dua orang teman dua orang kader kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dari tim ke- Ekawati dkk, Sikap Suami Tentang Kontrasepsi Vasektomi 75 sehatan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria inklusi suami yang bersedia menjadi responden, berusia 26-55 tahun yang memiliki dua orang anak hidup, umur anak terkecil > 2 tahun, keadaan fisik dan mental anak sehat, umur istri tidak kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah suami yang memenuhi kriteria dan menetap di Kelurahan Bener sebanyak 260 orang, setelah dihitung menggunakan rumus besar sampel didapatkan jumlah sampel 52 orang. Analisis data digunakan analisis univariat dengan kategori sikap mendukung jika responden menjawab > 50% pernyataan secara benar > 50%, dan dikatakan tidak mendukung jika hanya dapat menjawab 50% pernyataan. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas Karakteristik F % Umur 26-35 tahun 5 9,6 36-45 tahun 24 46,2 46-55 tahun 23 44,2 Pendidikan SMP ke bawah SMA ke atas 18 34 34,6 65,4 Pekerjaan PNS 8 15,4 Non PNS 44 84,6 Paritas 2-3 40 76,9 >4 12 23,1 Jumlah 52 100 (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan tabel 1. dari 52 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 36-45 tahun 24 responden (46,2%), berdasarkan pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA ke atas 34 responden (65,4%), berdasarkan pekerjaan responden sebagian besar non PNS berjumlah 44 responden (84,6%) dan berdasarkan paritas, responden sebagian besar memiliki anak 2-3

76 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 1, hlm 73-78 sebanyak 40 responden (76,9%). Tabel 2. Sikap Suami tentang Kontrasepsi Vasektomi No Sikap F % 1 Mendukung 22 42,3 2 Tidak Mendukung 30 57,7 Total 52 100 (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap tidak mendukung terhadap kontrasepsi vasetomi sebanyak 30 responden (57,7%). PEMBAHASAN Sikap merupakan bentuk reaksi perasaan seseorang terhadap suatu objek perasaan mendukung (favourable) dan perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada objek tersebut (Azwar, 2011). Fenomena sikap timbul karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Menurut Azwar (2015) fenomena sikap merupakan suatu mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan ikut menentukan kecenderungan perilaku mendukung dan tidak mendukung terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi. Saat dilakukan penelitian banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap pada responden di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Terlihat pada saat dilakukan penelitian sembari dilakukan wawancara, ternyata faktor yang paling utama dikarenakan kurangnya sosialisasi atau penyuluhan tentang alat kontrasepsi pria khususnya vasektomi. Para suami menganggap bila kontrasepsi vasektomi adalah operasi besar dan akan menurunkan kejantanan bila melakukan aktivitas seksual. Sebagian suami juga menganggap jika alat kontrasepsi adalah kebutuhan istri saja, bukan kebutuhan suami, meskipun ada beberapa suami setuju dengan adanya program pemerintah sekarang. Alat kontrasepsi untuk laki-laki yang dinamakan kontrasepsi vasektomi. Para suami yang mendukung vasektomi, memiliki alasan bahwa vasektomi merupakan pilihan tepat untuk alat kontrasepsi, karena sudah tidak ingin punya anak lagi, dan kegagalannya hanya 0,1%. Responden yang mendukung tentang alat kontrasepsi vasektomi disebabkan karena ingin membatasi jumlah anak, selain itu mereka juga mengatakan ragu-ragu bila istri hamil di atas usia 30 tahun dikarenakan faktor risiko yang lebih tinggi, di lain sisi untuk responden yang tidak mendukung menganggap kontrasepsi vasektomi akan menurunkan kejantanan pria. Pemikiran seperti itulah yang terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang kontrasepsi vasektomi, jadi sangat diperlukan suatu sosialisasi untuk menghilangkan stigma di masyarakat bahwa kontrasepsi vasektomi tidak seperti yang dipikirkan. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta dari 52 responden diketahui bahwa karakteristik suami sebagian besar responden berusia 36-45 tahun yaitu ada 24 responden (46,2%). Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Arini, 2012). Umur sangat mempengaruhi sikap seseorang karena merupakan penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru. Semakin bertambahnya umur semakin banyak seseorang menerima respons suatu objek sehingga pengetahuan bertambah. Berdasarkan pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA ke atas yaitu ada 34 responden (65,4%). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang bependidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya berbagai macam usaha pembaharuan, ia juga akan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan. Pendidikan yang di capai seseorang diharapkan menjadi faktor determinan produktivitas antara lain knowledge, skill, abilities, attitude dan behavior, yang

cukup menjalankan aktivitas pekerjaannya. Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sejalan dengan pendapat Arini (2012) pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk mencari pengalaman sehingga informasi mudah diterima, artinya mereka memiliki pola pikir lebih bagus, namun saja mereka kurang adanya sosialisasi tentang kontrasepsi vasektomi. Perubahan ini dipengaruhi oleh kesadaran melalui proses pembelajaran sehingga sikap seseorang diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasari oleh kesadaran (Arini, 2012). Berdasarkan pekerjaan sebagian besar non PNS ada 44 responden (84,6%). Pekerjaan mempengaruhi tingkat kesibukan, status ekonomi dan mempengaruhi akses untuk memperoleh pengetahuan atau informasi. Status pekerjaan merupakan kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan dalam suatu unit usaha. Indikator status pekerjaan terdiri dari berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, berusaha dibantu buruh tetap pekerja dibayar dan pekerja tidak dibayar. Berdasarkan paritas, responden sebagian besar memiliki anak dua sampai tiga sebanyak 40 responden (76,9%). Paritas juga menjadi salah satu faktor dalam pemilihan alat kontrasepsi, karena dari faktor paritas menentukan cukup dan tidaknya jumlah kelahiran. Paritas merupakan banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan (BKKBN, 2006). Kini program pemerintah menyarankan dua anak cukup, jadi jika sudah memiliki anak >3 lebih baik disarankan untuk ber-kb yang bertujuan untuk menekan angka kelahiran. KESIMPULAN Sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta sebagian besar memiliki sikap Ekawati dkk, Sikap Suami Tentang Kontrasepsi Vasektomi 77 tidak mendukung terhadap kontrasepsi vasektomi sebanyak 30 responden (57,7%). Sikap tidak mendukung suami terhadap kontrasepsi vasektomi dapat dijadikan sebagai masukan tindak lanjut untuk tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan pengetahuan baik berupa penyuluhan, membagi leaflet atau brosur dan dapat lebih mensosialisasikan program KB dan kontrasepsi pada pria yang sudah menikah dan tidak ingin punya anak lagi, agar dapat membantu kesejahteraan kesehatan para istri/wanita. DAFTAR RUJUKAN Arini, H. 2012. Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan terhadap Pemberian Asi Eksklusif. Skripsi Keperawatan: Universitas Ratu Samba Bengkulu Utara. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2016 Pukul 11.00 WIB. Azwar, S. 2011. Sikap Manusia. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2015. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2 Cetakan XX. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BKKBN. 2011. Evaluasi Pembangunan Kependudukan dan KB BKKBN Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah: BKKBN Provinsi. Diakses Tanggal 25 Desember 2015 Pukul 11.00 WIB. BKKBN. 2015. Laporan Pelayanan Kontrasepsi. http://www.bkkbn.go.id/data/default.aspx. Diakses Tanggal 2 Mei 2016 Pukul 22.35 WIB. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. 2015. Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2015. Yogyakarta: Dinkes DIY. Hardianti, S. 2015. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Batu Ajo Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhanbatu. Skripsi Program Studi D-IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan USU Medan: tidak diterbitkan.

78 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid 3, Nomor 1, hlm 73-78 Indrayani, Fatma KH. 2012. Pengalaman Akseptor Vasektomi di Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta. Bandung. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC. Mulyani, S, Rinawati M. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika. Sariyono. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana Dengan Partisipasi Pria Dalam Pemakaian Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana Di Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 3 No 1. Stikes Muhammadiyah Banjarmasin. Wawan, A, Dewi, M. 2010. Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.