ANALISA DEBIT BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS ) BATANG MERAO KABUPATEN KERINCI AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN Amalia Rosyada 1, Mawardi Samah 2, Lusi Utama 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang. Email : amel_rosya@yahoo.co.id, Bappeda_kotapariaman@yahoo.co.id, lusi_utamaindo115@yahoo.co.id Abstrak Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan di dataran sebagai akibat limpasan air hujan, hal ini manyebabkan debit air yang dihasilkan oleh air hujan melebihi kapasitas pengalirannya. Percepatan pembangunan pada suatu daerah memberikan konsekuensi terhadap peningkatan penggunaan lahan. Dengan pesatnya laju pembangunan selama 10 tahun ini (tahun 2003 2012) terutama didaerah DAS Batang Merao, Kabupaten Kerinci, dimana lahan yang semulanya berupa areal pertanian dan lahan terbuka hijau sekarang berubah fungsi menjadi lahan pembangunan fasilitas masyarakat seperti perumahan dan infrastruktur lainnya. Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan sehingga perubahan ini akan memperbesar aliran permukaan dan debit air pada Batang Merao. Pada penenelitian ini, perhitungan curah hujan dari 3 stasiun pencatat curah hujan menggunakan 3 metode yaitu Gumbel, Hasper, dan Weduwen dengan hasil R 10 adalah 142,561 mm dan perhitungan debit banjir yang dipengaruhi tata guna lahan menggunakan metoda Rasional dengan hasil untuk tahun 2003 debit banjir adalah 367,159 m 3 /dtk dan tahun 2012 adalah 452,657 m 3 /dtk. Dari perhitungan debit banjir tahun 2003 dan 2012 terjadi peningkatan sebesar 85,49 m 3 /detik, karena debit yang terjadi lebih besar dari daya tampung sungai maka dibutuhkan perencanaan dimensi penampang ulang dengan hasil untuk tahun 2003 dimensi penampang trapesium, tinggi 2,3 m, dan lebar 28,5 m dan untuk tahun 2012 penampang trapesium, tinggi 2,3 m dan lebar 35,2 m. Kata Kunci : Debit Banjir, Aliran Permukaan, Tata Guna Lahan, Catchment Area.
ANALYSIS ON FLOOD DISCHARGE RIVER BASIN BATANG MERAO KABUPATEN KERINCI DUE TO CHANGES IN LAND USE Amalia Rosyada 1, Mawardi Samah 2, Lusi Utama 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang. Email : amel_rosya@yahoo.co.id, Bappeda_kotapariaman@yahoo.co.id, lusi_utamaindo115@yahoo.co.id Abstract Flooding is the inundation on the occurrence of an event as a result of runoff rainwater, it is caused produced water discharge by rainwater exceeds the capacity of the drainage. Acceleration of development in a region give consequences to increased land use. With the rapid pace of development for 10 years ( 2003-2012), especially in the area of DAS Batang Merao, Kabupaten Kerinci, which it s original land of agricultural areas and field now turns function into land development community facilities such as housing and other infrastructure. This would later lead to the occurrence of change of land use so that this change will increase the flow of water discharge on the surface and the Batang Merao. On this research, calculation of precipitation from 3 stations note taker rainfall using 3 methods that Gumbel, Hasper, and Weduwen the result for R10 is 142,561 mm and the calculation of flood discharge-influenced land use using the Rational method with the results for 2003 flood discharge was 367,159 m3/sec and year 2012 was 452,657 m3/sec. Calculation of flood discharge in 2003 and 2012 occur an increase of 85,49 m3/s, as a debit to occur is greater than the capacity of the required cross-sectional dimensions of planning with the results for the 2003 cross section dimension of trapezoid, height 2.3 m, width and 28.5 m and trapezoidal cross section for the year 2012, height 2.3 m wide and 22 m. Keywords: Flood Discharge, Run - off, Land use, Catchment Area.
PENDAHULUAN Hujan yang turun di muka bumi merupakan suatu rahmat yang tidak terhitung nilainya. Karena hujan tumbuh-tumbuhan dapat hidup dengan subur, sawah-sawah tadah hujan biasanya diairi dan sumur-sumur masyarakat terisi kembali dengan meresapnya air hujan kedalam tanah. Namun dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan maka pemanfaatan sumber daya alam akan semakin meningkat pula, seperti terjadinya pengundulan hutan yang merupakan daerah tangkapan air suatu sungai maupun tempat pertanian, perkebunan, peruntukan lahan yang tidak mengikuti aspek konservasi tanah dan air serta penggunaan lahan yang semula terbuka dan bersifat lolos air sehingga berfungsi sebagai daerah resapan berubah menjadi kawasan tertutup yang bersifat kedap air. Berdasarkan data dari pihak BWS VI Propinsi Jambi bahwa banjir yang terjadi di sungai Batang Merao disebabkan adanya penurunan kapasitas tampung debit sungai dan terjadinya penambahan debit sungai akibat terjadinya perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air hujan (DAS). Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diuraikan sebagai berikut : a. Terjadinya penambahan debit sungai, yang diakibatkan oleh koefisien run-off, penambahan koefisien ini disebabkan terjadinya perubahan peruntukan tata guna lahan yang ada, sehingga air hujan yang seharusnya meresap kedalam tanah akan langsung masuk kedalam alur sungai. b. Terjadinya pendangkalan sungai yang diakibatkan oleh sedimentasi yang terjadi, sehingga kapasitas tampung debit sungai Batang Merao menurun. c. Berkurangnya daerah resapan alami ( situ dan rawa ) yang ada didaerah tangkapan, sehingga air hujan tidak mampu terretensi secara alami, hal ini menyebabkan debit banjir menjadi lebih besar. d. Bangunan pengendali banjir yang telah dibangun kemampuannya dalam mereduksi banjir telah mengalami penurunan, penurunan fungsi bangunan ini umumnya disebabkan terjadinya kerusakan bangunan yang disebabkan banjir. Tujuan studi Analisa Peningkatan Debit Banjir DAS Batang Merao Akibat Perubahan Tata Guna Lahan ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh tata guna lahan pada daerah aliran sungai ( DAS ) Batang Merao terhadap peningkatan debit banjir di sungai Batang Merao serta perhitungan perencanaan dimensi sungai untuk daya tampung debit maksimum sungai.
METODOLOGI Untuk metode penelitian, kegiatan yang akan dilakukan secara garis besar dibedakan atas: Studi literature. Dalam studi literatur didapatkan teoriteori yang diperoleh melalui buku buku untuk analisa hidrologi yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir. Pengumpulan data. Data yang dibutuhkan adalah peta DAS, data curah hujan10 tahun (tahun 2003 sampai tahun 2012) yang berasal dari 3 ( tiga ) stasiun yaitu stasiun Siulak, Semurup, dan Sungai Penuh, data penggunan lahan pada DAS Batang Merao 10 tahun ( tahun 2003 dan 2012 ) serta data lainnya. Analisa dan perhitungan. Curah hujan maksimum Pada analisa ini, data curah hujan yang akan digunakan adalah data curah hujan rata rata maksimum yang diperoleh dengan menghitung data curah hujan 10 tahun dari 3 stasiun dengan menggunakan rumus Poligon Thiessen. Curah hujan rencana Untuk menghitung curah hujan rencana penulis menggunakan 3 metode yaitu metode Gumbel, Hasper, dan Weduwen. Dari ketiga metode tersebut di ambil nilai curah hujan rata-rata. Untuk menghitung nilai curah hujan rencana digunakan nilai curah hujan maksimum dari metode Poligon Thiessen. Analisa Debit Banjir Rencana. Untuk perhitungan Debit Banjir Rencana dilakukan dengan metode Rasional. Data untuk kedua metode tersebut di ambil dari nilai curah hujan rencana. Analisa Debit Banjir Akibat Perubahan Tata Guna Lahan Dengan Metoda Rasional. Pemilihan metoda Rasional dalam menghitung besarnya debit puncak pada suatu aliran sungaiini berkaitan erat dengan adanya variabel koefisien aliran permukaan ( C ) dalam rumus metoda Rasional. Koefisien aliran permukaan ( C ) pada metoda Rasional merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan banjir, karena koefisien ini ditentukan berdasarkan jenis dan fungsi tata guna lahan pada suatu daerah aliran sungai ( DAS ). Perhitungan Dimensi. Perhitungan dimensi berguna untuk mengetahui seberapa besar debit yang mampu ditampung oleh sungai dengan menggunakan data dimensi yang ada dilapangan pada saat ini selanjutnya hasil perhitungan akan menunjukkan apakah
diperlukan dimensi baru untuk sungai atau tidak. Perhitungan dimensi sungai menggunakan rumus trapesium untuk saluran dan rumus manning. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rata-rata Digunakan metode Poligen Thiessen dengan data curah hujan dari 3 stasiun, dengan rumus : R A. LA + R B. LB + R C. LC R rata = L + L + L A hasil perhitungan ditabelkan sebagai berikut : Tabel 1 Curah Hujan Maksimum Rata-rata Tahun 2003 57,42 2004 87,33 2005 74,45 2006 70,57 2007 71,73 2008 156,94 2009 60,17 2010 73,19 2011 84,03 2012 61,23 B Curah Hujan Merata (mm) C Curah hujan rencana. Untuk curah hujan rencana penulis menggunakan 3 metode yaitu metode Gumbel, Hasper, dan Weduwen. Metode Gumbel Rumus : Yt Yn R = R + * Sx Sn Dimana : R = Curah hujan kala ulang T tahun (mm) = Curah hujan maksimum ratarata Y T Y n Sn S d n = Reduced variate (hubungan dengan return periode, t) = Reduced mean (hubungan Dengan banyaknya data, n) = Reduced standar deviasi (hubungan dengan banyak data, n) = Standar deviasi = Banyak data tahun pengamatan Untuk perhitungan selanjutnya penulis berikan dalam bentuk penabelan yang terdapat pada tabel 2 dibawah ini : ( Sumber Data : Hasil Perhitungan )
Tabel 2 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel Periode Ulang (Sumber Data: Hasil Perhitungan) Metode Hasper. Data-data tersebut diurut dari curah hujan terbesar ke yang terkecil. Rumus : R T = + Sd * U T Dimana : R T = Curah hujan rencana periode ulang Sd = Standar deviasi = 1 R1 R R2 R + 2 μ! μ 2 R = Curah hujan rata-rata R 1 = Hujan maksimum pertama R 2 = Hujan maksimum kedua U = Variabel standar U T = Konstanta Hasper sehubungan dengan periode ulang yang di kehendaki. Selain yang diatas variabel lain adalah: m = R Yn Sn Sx Yt Rn 2 79,7 0,4925 0,9696 28,82 0,3665 75,9 5 79,7 0,4925 0,9696 28,82 1,4999 109,7 10 79,7 0,4925 0,9696 28,82 2,2502 131,9 25 79,7 0,4925 0,9696 28,82 3,1985 160,1 50 79,7 0,4925 0,9696 28,82 3,9019 181,1 100 79,7 0,4925 0,9696 28,82 4,6001 201,8 n + 1 Tm = m Urutan rangking n = Jumlah tahun pengamatan Perhitungan untuk periode ulang tahun berikutnya ditabelkan sebagai berikut : Tabel 3 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Hasper T R R1 R2 U1 U2 Sd UT RT 2 79,7 156,9 87,3 1,35 0,73 67,6-0,22 64,82 5 79,7 156,9 87,3 1,35 0,73 67,6 0,64 123 10 79,7 156,9 87,3 1,35 0,73 67,6 1,26 164,9 25 79,7 156,9 87,3 1,35 0,73 67,6 2,10 221,7 50 79,7 156,9 87,3 1,35 0,73 67,6 2,75 265,7 100 79,7 156,9 87,3 1,35 0,73 67,6 3,43 311,7 (Sumber Data: Hasil Perhitungan) Metode Weduwen Rumus: R n = M n x R P Dimana: ulang R n Sehingga: = Hujan rencana dengan perode R R P = mp R p = R mp R P diambil R 70 R = Harga terbesar dari R 2 atau 5/6 R 1 R 1 = Hujan maksimum pertama R 2 = Hujan maksimum kedua Mn = mp = dari tabel (n: periode ulang dan, p: lama pengamatan)
Dari data sebelumnya maka perhitungan bisa dilakukan, dengan p = 10. = 92,383 mm Perhitungan untuk periode ulang tahun berikutnya ditabelkan sebagai berikut: Tabel 4 PerhitunganCurah Hujan Rencana Metode Weduwen No T Mn Rp Rn 1 2 0,498 185,508 92,383 2 5 0,602 185,508 111,676 3 10 0,705 185,508 130,783 4 25 0,845 185,508 156,754 5 50 0,948 185,508 175,862 6 100 1,05 185,508 194,783 (Sumber data: hasil perhitungan) Dari perhitungan curah hujan rencana dengan 3 metode di atas, maka akan didapat curah hujan rencana rata-rata adalah : Tabel 5 Rekapitulasi Curah Hujan Rencana Rata Rata Metode Gumbel, Hasper, Weduwen Mtde/Thn 2 5 10 25 50 100 Gumbel 75,9 109,7 131,9 160,1 181,1 201,8 Hasper 64,8 123 164,9 221,7 265,8 311,8 Weduwen 92,3 111,7 130,8 156,7 175,9 194,8 Rata-rata 77,7 114,7 142,6 179,6 207,6 236,1 Analisa Debit Banjir Rencana Rumus : Q = f. C. I. A Waktu kosentrasi (t) = V L 1 = 50,4 2,352 = 21,428 jam Curah hujan rata-rata : ( R ) = R 24 [ ] 2 24 t Selanjutnya hasil perhitungan sampai Q 100 ditabelkan sebagai berikut : Tabel 6 Debit Banjir Rencana Metode Rasional T (thn) R (mm) I (mm/jam) Q (m 3 /dtk) 2 3.49 0.162 24.4 5 5.155 0.24 36.15 10 6.402 0.299 45.035 25 8.065 0.376 56.633 50 9.322 0.435 65.519 100 10.605 0.494 74.406 (Sumber data: hasil perhitungan) Analisa Debit Banjir yang Dipengaruhi Tata Guna Lahan. Rumus : Q p = 0.278 x C x I x A Dimana : C = Koefisien aliran permukaan dengan jenis penutup lahan I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Luas total lahan ( Km 2 ) Q p = Debit puncak ( m 3 / detik ) Data untuk perhitungan : a. Intensitas curah hujan. Rumus Mononobe : R 24 I = [ ] 2/3 24 t
Maka : Intensitas curah hujan 2003 57,42 24 I = x [ ] 2/3 = 4.389 mm/jam 24 9.659 Intensitas curah hujan 2012 61.23 24 I = x [ ] 2/3 = 4.68 mm/jam 24 9.659 b. Luas catchment area Luas ( A ) = 677.25 km 2 c. Koefisien aliran permukaan yang terdiri dari berbagai macam penggunaan / fungsi lahan ( C ) Tabel 7 Analisa tata Guna Lahan dan Koefisien Aliran Permukaan Tahun 2003 Lahan Luas ( Ai ) C ( km 2 ) Pemukiman 21,35 0,70 Sawah 161,25 0,50 Lahan pertanian Kebun campuran 130,72 0,45 114,55 0,40 Hutan 242,00 0,40 Semak belukar Jumlah 677,52 7,65 0,50 ( sumber data : BPDAS Prop.Jambi McGuen,1989 ) Tabel 8 Analisa tata Guna Lahan dan Koefisien Aliran Permukaan Tahun 2012 Luas Lahan ( Ai ) Cdas ( km 2 ) Pemukiman 68,4 0,90 Sawah 112,83 0,50 Lahan pertanian 72,6 0,40 Kebun campuran 192,62 0,50 Hutan 220,66 0,45 Semak belukar 10,41 0,50 Jumlah 677,52 ( Sumber Data : BPDAS Prop.Jambi dan McGuen,1989 ) Maka dari data diatas debit banjir maksimum yang dipengaruhi perubahan tata guna lahan yang dihitung per peruntukan lahan adalah : d. Debit maksimum untuk tahun 2003 Pemukiman Q = 18,35 m 3 /dtk Sawah Q = 98,37 m 3 /dtk Lahan Pertanian Q = 71,77 m 3 /dtk Kebun Campuran Q = 55,9 m 3 /dtk Hutan Q = 118,109 m 3 /dtk Semak Q = 4,66 m 3 /dtk Q p2003 ( total ) = 367,159 m 3 /dtk e. Debit banjir maksimum untuk tahun 2012 Pemukiman Q = 80,09 m 3 /dtk Sawah Q = 73,52 m 3 /dtk
Lahan Pertanian Q = 37,78 m 3 /dtk Kebun Campuran Q = 125,30 m 3 /dtk Hutan Semak Q p2012 ( total ) Q = 29,19 m 3 /dtk Q = 6,77 m 3 /dtk = 452,657 m 3 /dtk Perhitungan Dimensi. Untuk keadaan Existing, Diketahui : Data dilapangan sekarang: b : 22 m h : 2,3 m m : 1,5 S : 0,016 Sesuai dengan data yang dilapangan, maka daya tampung maksimum sungai adalah : Penampang saluran trapesium. A = ( b + m. h ) h P = b + 2h. 2 1 + m R = A / P V = 2 / 3 1/ 2 1 / n R.S Q = A. V A = ( 22 + 1,5 x 2,3 ) 2,3 = 58,535 m 2 2 P = 22 + 2 x 2,3 1+ 1,5 = 30,28 m R = 58,535 30,28 = 1,93 m V = 1 x 1,93 0,667 x 0,016 0,5 0,040 = 4,908 m 3 /detik Q = 58,535 x 4,908 Q = 287,31 m 3 /dtk Debit maksimum akibat curah hujan yang telah dipengaruhi oleh perubahan tata guna lahan pada tahun 2003 dan 2012 adalah Q p 2003 = 367,159 m 3 /detik dan Q p 2012 = 452,657 m 3 /detik, sedangkan kemampuan penampang sungai untuk menampung debit maksimum adalah Q p = 287,31 m 3 /detik. Oleh sebab itu, dibutuhkan perencanaan dimensi penampang yang baru. Dimensi Sungai untuk Qp2003 : Diketahui : Qp2003 = 367,159 m 3 /detik Diketahui: Dicoba b = 28,5 m Dicoba h = 2,3 m m = 1,5 Maka : A = ( 28,5 + 1,5 x 2,3 ) 2,3 = 73,5 m 2 2 P = 28,5 + 2 x 2,3. 1+ 1,5 R = V = = 36,78 m 73,5 36,78 = 1,998 m 1 0,040 x 1,998 0,667 x 0,016 0,5 = 5,018 m 3 /detik Q = 73,5 x 5,018 = 368,714 m 3 /detik > Q p 2003 367,159 m 3 /detik... ok!
Q p2003 = 367,159 m 3 /dt h=2,3 m Q=287,31 m 3 /dt b = 22 m b = 28,5 m Gambar 1 Bentuk Penampang Sungai Tahun 2003 2 P = 30,7 + 2 x 2,3 ( 1+ 1,5 ) = 38,98 m 78,5 R = 38,98 = 2,015 m 1 V = x 2,045 0,667 x 0,016 0,5 0,035 = 5,7769 m 3 /detik Q = 88,9 x 5,7769 = 452,969 m 3 /detik > Q p 2012 = 452,657 m 3 /detik. Q p2012 = 452,657 m 3 /d Dimensi Sungai untuk Qp2012 : Diketahui : Q p2012 = 452,657 m 3 /detik Rumus: Penampang saluran trapesium. Diketahui: Dicoba b = 35,2 m Dicoba h = 2,3 m m = 1,5 Maka : A = ( 30,7 + 1,5 x 2,3 ) 2,3 = 78,5 m 2 h=2,3m Q=287,31 m 3 /dt b = 22 m b = 35,2 m Gambar 2 Bentuk Penampang Sungai Tahun 2012
KESIMPULAN Kesimpulan a. Daerah resapan aliran Sungai Batang Merao semakin berkurang akibat perubahan tata guna lahan seperti bertambah luasnya daerah pemukiman pada tahun 2003 luasnya adalah: 2.135 ha sedangkan pada tahun 2012 adalah: 6.840 ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Luas Penggunaan Lahan Luas Lahan Perubahan No Penggunan (Ha) Luas Lahan Tahun Tahun Penggunaan 2003 2012 Lahan (Ha) 1 Pemukiman 2.135 6.840 4.705 2 Sawah 16.125 11.283 4.842 3 Lahan 13.072 7.260 5.812 pertanian 4 Kebun 11.455 19.262 7.807 campuran 5 Hutan 24.200 22.066 8.834 6 Semak 765 1.041 276 belukar Jumlah 67.752 67.752 (Sumber data: BPDAS Prop Jambi, Tahun 2003-2012) b. Dengan adanya perubahan tata guna lahan pada daerah aliran sungai ( DAS ) Batang Merao misalnya: merubah fungsi penggunaan lahan dulunya untuk daerah resapan air sekarang menjadi pemukiman. Sehingga koefisien run-off berubah akibatnya aliran permukaan menjadi besar ini menyebabkan meningkatnya debit banjir, Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kapasitas daya serap tanah terhadap air, sehingga air hujan yang jatuh akan lebih banyak menjadi aliran permukaan yang nantinya akan langsung menuju ke saluran saluran pembuangan dan akan bermuara kesungai sehingga pada musim hujan akaan menyebabkan naiknya debit banjir. Hal di atas dapat dilihat dari hasil analisa dan perhitungan debit banjir pada aliran permukaan akibat perubahan tata guna lahan pada tahun 2003 dan tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 10 Debit banjir maksimum tahun 2003 dan 2012 Qp No Tahun (m³/dtk) 1 2003 367,159 2 2012 452,657 (sumber: hasil perhitungan) c. Dari tabel diatas maka dimensi saluran pada tahun 2003 dan 2012 akan berubah tinggi dan lebar penampang untuk menampung debit banjir yang makin besar. Perubahan dimensi pada tahun 2003 dan tahun 2012 adalah :
Tabel 11 Dimensi rencana Q p2003 No Penampang Existing Parameter Angka b ( m ) 22 h ( m ) 2,3 S 0,016 N 0,04 M 1,5 1 Trapesium A ( m 2 ) 58,54 P ( m ) 30,28 R ( m ) 1,933 V (m/dtk) 4,908 Q ( m 3 /dtk) 287,31 No Penampang Rencana Parameter Angka b ( m ) 28,5 h ( m ) 2,3 S 0,016 N 0,04 M 1,5 2 Trapesium A ( m 2 ) 73,49 P ( m ) 36,78 R ( m ) 1,998 V (m/dtk) 5,018 Q ( m 3 /dtk) 367,159 Tabel 12 Dimensi Rencana Q p2012 No Penampang Existing Parameter Angka b ( m ) 22 h ( m ) 2,3 S 0,016 N 0,04 M 1,5 1 Trapesium A ( m 2 ) 58,54 P ( m ) 30,28 R ( m ) 1,933 V (m/dtk) 4,908 Q ( m 3 /dtk ) 287,31 No Penampang Rencana Parameter Angka b ( m ) 35,2 h ( m ) 2,3 S 0,016 N 0,04 M 1,5 2 Trapesium A ( m 2 ) 88,9 P ( m ) 43,48 R ( m ) 2,044 V( m/dtk) 5,059 Q ( m 3 /dtk ) 452,657 (Sumber data: Hasil Perhitungan ) (Sumber data: Hasil perhitungan )
Saran a. Diharapkan pada Dinas Tata Ruang Kota untuk memperhatikan penataan DAS (Daerah Aliran Sungai) Batang Merao agar tidak terjadi penyempitan pada daerah yang diperuntukkan untuk resapan air supaya tidak terjadi banjir pada daerah tersebut. Bagi masyarakat yang berada pada daerah tersebut perlu menyadari pentingnya daerah resapan air seperti halaman terbuka dan kolam penampung air, agar tidak tejadi banjir. b. Proses peresapan air sangat bergantung sekali kepada nilai koefisien serap, oleh sebab itu sangat perlu dipertahankan dearah resapan air agar aliran permukaan menjadi lebih kecil, sehingga meminimalkan terjadinya banjir. c. Jika data lengkap yaitu tinggi tebing diketahui, sebaiknya bentuk rencana penampang sungai dibuat bertingkat agar lebih ekonomis dan tidak banyak menggunakan luas lahan yang berada disepanjang sungai. d. Begitu besarnya perubahan tata guna lahan dan pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan debit banjir, penulis berharap agar diperhatikan penataan lahan untuk yang akan datang dan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai gambaran. DAFTAR PUSTAKA Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ( BPDAS ) Prop. Jambi. Badan Wilayah Sungai VI ( BWS VI ) Prop. Jambi. Lusi Utama, Ir. MT. Himpunan Kuliah Hidrolog,2010. Nazwar Djali, Drs. ST. Sp-1. Himpunan Drainase Perkotaan,2010. Suripin, Dr. Ir. M. Eng, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta,2004. Paulus Joseph, L.H. 1996. Hidrologi untuk Insinyur Edisi ke 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Soemarto. C.D. 1999. Hidrologi Teknik Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.