Menghitung Debit Aliran Permukaan Di Kecamatan Serengan Tahun 2008

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN METODE INTENSITAS CURAH HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Surface Runoff Flow Kuliah -3

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. terhadap perekonomian kota surakarta. Analisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

ANALISIS ARAHAN PERSEBARAN SUMUR RESAPAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2013

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP BESARNYA DEBIT(Q) PADA SUATU KAWASAN (STUDI KASUS PASAR FLAMBOYAN)

DAERAH ALIRAN SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

ZONASI TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) BANJIR DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB III TINJAUAN LOKASI

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo. Kawasan Sumber Rejo terletak kecamatan yakni Kecamatan Pagar Merbau,

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

ANALISIS PERENCANAAN LAHAN KOLAM RETENSI DI KELURAHAN TIPES KOTA SURAKARTA

MAKALAH IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN Oleh : Bhian Rangga J.R K Pendidikan Geografi Jurusan P.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN HUBUNGAN SIFAT HUJAN DENGAN ALIRAN LANGSUNG DI SUB DAS TAPAN KARANGANYAR JAWA TENGAH :

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

ANALISIS PERENCANAAN LAHAN KOLAM RETENSI DI KAWASAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Sehingga banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi gedung-gedung. lahan kosong atau serapan air di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012

ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI SUB DAS SAMIN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dan alam sekitarnya. Alam memberikan dampak besar bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Menghitung Debit Aliran Permukaan Di Kecamatan Serengan Tahun 2008 Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geohidrologi Dosen Pengampu : Setya Nugraha, S.Si, M.Si Disusun Oleh Kelompok 5 : 1. Achmad Mashfufi K5410003 2. Bhian Rangga JR K5410012 3. Danang Suryo K5410013 4. Farahdiba Sofi A K5410020 5. Gigih Erlangga K5410021 6. Herni Noviani P K5410024 7. Kurnia Sukmawati K5410033 8. Lola Armelia R K5410036 9. M. Kholiq Yunanto K5410043 10. Neto Armando A K5410046 11. Shinta Khoiru N K5410058 12. Teguh Agil W K5410061 13. Yayuk P K5410066 Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2012

PENDAHULUAN Kota merupakan pusat kegiatan penduduk yang meliputi aktivitas usaha, pemerintahan, jasa, tempat tinggal dan rekreasi. Kota Surakarta yang merupakan salah satu kota dengan banyaknya daerah hinterland menjadi sentral bagi kawasan hinterland di sekitarnya. Sebagai pusat kegiatan, pemekaran kota lebih cepat dibandingkan dengan pemekaran pedesaan. Akibat dari pemekaran kota tersebut, akan semakin banyak berdiri bangunan-bangunan dengan bahan dasar beton di atas permukaan tanah, jaringan jalan yang diperkeras dengan aspal. Dampaknya, infiltrasi akan semakin berkurang sehingga pada saat hujan aliran permukaan semakin tinggi dan banyak terjadi penggenangan. Semenjak manusia mempunyai pola hidup menetap, terjadi pemusatan permukiman di kawasan-kawasan potensial seperti dataran banjir (flood plain) dan pantai. Manusia selalu mempertimbangkan aspek kesuburan tanah dan keberadaan sumber air dalam pemilihan lokasi tempat tinggalnya. Sejalan dengan perkembangan peradaban, terjadi pemusatan permukiman di kawasan potensial tersebut yang berkembang menjadi perkotaan. Kota Surakarta merupakan kota madya (menengah) yang memiliki lahan tidak terlalu luas namun memiliki angka pertumbuhan penduduk cukup tinggi. Konversi lahan terbuka menjadi penggunaan lahan perkotaan (urban landuse) sangat tinggi tiap tahunnya. Daerah resapan air semakin berkurang dari waktu ke waktu menjadi area terbangun. Medan kota yang mayoritas berupa dataran dan berdekatan dengan Bengawan Solo berpeluang besar terjadi banjir. Banjir terjadi akibat manajemen neraca air yang tidak seimbang yang dapat disebabkan oleh alam maupun manusia. Kajian kali ini dilakukan guna mengetahui potensi terjadinya banjir di Kecamatan Serengan Tahun 2008.

PEMBAHASAN A. DESKRIPSI WILAYAH Kota Surakarta yang juga dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Luas kota ini sekitar 44 Km 2. Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15 110 45` 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Secara administrasi Kota Surakarta berbatasan dengan 4 kabupaten yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo Gambar 1. Wilayah Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terbagi menjadi 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Kecamatan di Kota Surakarta meliputi Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan. Berdasarkan data statistik dari BPS Kota Surakarta, kecamatan terluas adalah Kecamatan Banjarsari

dan kecamatan paling kecil adalah Kecamatam Serengan. Berikut tabel luas masing masing kelurahan di kecamatan Serengan sebagai berikut : No Kelurahan Luas ( Ha ) 1 Joyotakan 45,90 2 Danukusuman 50,80 3 Serengan 64,00 4 Tipes 64,00 5 Kratonan 32,40 6 Jayengan 29,30 7 kemlayan 33,00 Sumber : Kecamatan Serengan dalam angka 2008 Wilayah ini merupakan kota madya (menengah) yang memiliki lahan tidak terlalu luas namun memiliki angka pertumbuhan penduduk cukup tinggi dengan jumlah penduduk Kota Surakarta sebesar 565.853 jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk 0,31% serta tingkat kepadatan penduduk mencapai 12.849 jiwa/km2. Tingginya tingkat petumbuhan memicu pembangunan di seluruh wilayah di Surakarta. Akibatnya terjadi konversi lahan terbuka menjadi penggunaan lahan perkotaan (urban landuse) yang sangat tinggi tiap tahunnya sehingga daerah resapan air semakin berkurang seiring waktu menjadi area terbangun (built up area). B. DELINIASI PENGGUNAAN LAHAN Deliniasi penggunaan lahan dilakukan guna mengetahui sebaran jenis penggunaan lahan serta luasannya. Wilayah yang menjadi objek kajian yakni Kecamatan Serengan. Luas Kecamatan Serengan 3,11 km 2 atau 7,06 %. Proses deliniasi Kecamatan Serengan dilakukan dengan menggunakan citra Ikonos. Berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan yang dapat dilihat melalui citra Ikonos adalah sebagai berikut :

1. Lahan Kebun : 0,11 ha 2. Lahan Kosong : 12,59 ha 3. Permukiman Kerapatan Rendah : 16,97 ha 4. Permukiman Kerapatan Tinggi : 281,53 ha Berikut ini disajikan Peta Administrasi Kecamatan Serengan dan Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Serengan : Peta Administrasi Kecamatan Serengan Kota Surakarta Tahun 2008

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Serengan Kota Surakarta Tahun 2008 C. PENGHITUNGAN KOEFISIEN ALIRAN (C) TERTIMBANG Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan (Arsyad, 2006). Koefisien air larian digunakan untuk menentukan sebaran kawasan resapan dan debit aliran permukaan (Q) masing masing outlet saluran. Nilai C diperoleh berdasarkan pedoman untuk persamaan rasional. Perhitungan koefisien air larian (C) dilakukan pada setiap satuan lahan dan C tertimbang kecamatan. Rumus C tertimbang adalah sebagai berikut: C Tertimbang = C Area Luas Area Luas Total

No Penggunaan Lahan Luas (ha) C Luas x C 1 Permukiman agak teratur 16,97 0,5 8,485 2 Permukiman tidak teratur 281,53 0,6 168,918 3 Tegalan 0,11 0,7 0,077 4 Lahan kosong 12,59 0,2 2,518 Jumlah 311,20 179,998 C Tertimbang = C Area Luas Area Luas Total = 179,998 311,20 = 0, 5784 = 0,58 Nilai koefisien air limpasan tertimbang Kota Surakarta adalah 0,58, artinya 58% dari air hujan yang turun di Kecamatan Serengan dialirkan di permukaan tanah sebagai air larian (run off). D. INTENSITAS CURAH HUJAN Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006). Menurut data yang diperoleh dari skripsi Budi Setiyarso dan Novika, diketahui bahwa nilai intensitas curah hujan yang berada di Kecamatan Serengan sebesar 213 mm/jam.

E. DEBIT ALIRAN PERMUKAAN Debit aliran permukaan ini adalah debit limpasan dari Kecamatan Serengan sehingga akan mempengaruhi besarnya debit aliran saluran tersier kemudian menuju saluran sekunder dan bermuara di Bengawan Solo. Namun besarnya aliran permukaan lebih mempengaruhi secara signifikan lebih mempengaruhi banjir lokal yang disebabkan oleh saluran tersier dan saluran utama daripada banjir Bengawan Solo maupun banjir anak sungai Bengawan Solo. Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973). Metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986, dalam Suripin, 2004). Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (t c ). Persamaan matematik Metode Rasional adalah sebagai berikut : Q = 0,00278.C.I.A Q : Debit (m 3 /detik) 0,00278 : Konstanta C : Koefisien aliran I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A : Luas daerah aliran (ha) Di wilayah perkotaan, luas daerah pengaliran pada umumnya terdiri dari beberapa daerah yang mempunyai karakteristik permukaan tanah yang berbeda (subarea), sehingga koefisien pengaliran untuk masing-masing subarea nilainya berbeda, dan untuk menentukan koefisien pengaliran pada wilayah tersebut dilakukan penggabungan dari masing-masing subarea.

Diketahui: K = 0,00278 C = 0,58 I = 213 mm/jam A = 311,20 ha Ditanya: Q? Jawab: Q = 0,00278.C.I.A = 0,00278 x 0,58 x 213 x 311,20 = 106,87 m 3 /jam Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai debit aliran permukaan yang mengalir di Kecamatan Serengan sebesar 106,87 m 3 /jam.

PENUTUP Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan dominan di Kecamatan Serengan berupa permukiman dengan luas area 298,5 ha. Dominasi permukiman mengakibatkan minimnya kawasan resapan di Kecamatan Serengan. Curah hujan di Kecamatan Serengan pada tahun 2008 terpantau sebesar 2.043 mm/tahun dengan intensitas curah hujan harian sebesar 213 mm/jam. Selain itu, didapati pula nilai koefisien aliran (C) tertimbang sebesar 0,58 yang berarti 58% hujan yang turun di wilayah ini dialirkan di permukaan tanah sebagai air larian (run off) dan 42% masuk ke dalam tanah sebagai air tanah. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa debit aliran permukaan pada tahun 2008 sebesar 160,87 mm/jam. Wilayah Kecamatan Serengan termasuk kategori wilayah yang datar dengan kemiringan lereng sebesar 0-3%. Apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi, lebih dari 50% hujan yang turun akan berubah menjadi aliran permukaan (run off) sehingga memperbesar potensi terjadinya genangan maupun banjir. Bila tidak segera dilakukan upaya pencegahan, maka ketika hujan dalam intensitas tinggi terjadi akan menyebabkan bencana banjir yang dapat merugikan masyarakat secara luas.

DAFTAR PUSTAKA BPS. 2008. Kecamatan Serengan Dalam Angka 2008. BPS Surakarta Pradanesti, Novika. 2010. Potensi Kawasan Resapan Kota Surakarta Tahun 2010. Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Setiyarso, Budi. 2009. Studi Reaksi Manusia Terhadap Bahaya Banjir Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret