BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Rizal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. dan menuntut masyarakat memperlengkapi diri untuk mampu bersaing, dalam hal

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUA N A.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING REAKSI TRANSESTERIFIKASI PADA KONTEKS PEMBUATAN BIODIESEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang ditujukan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan objek

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan teoritis yang diperoleh melalui observasi, eksperimen,

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dirancang dan dilaksanakan menggunakan metode penelitian. berbagai aspek (Wardhani dan Wihardit 2008:4).

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran biologi, praktikum merupakan salah satu upaya yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (McDermott, 1996). Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009). Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk hands-on activity (Depdiknas, 2006). Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada salah satu SMA Negeri di Kuningan menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa di sekolah tersebut masih rendah, yaitu sebesar 66, dengan KKM 70 untuk pelajaran fisika. Peran guru masih dominan dalam proses pembelajaran, mengutamakan ketuntasan materi dan kurang mengoptimalkan aktivitas-aktivitas belajar siswa. Siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru, sehingga partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran kurang terlihat. Hal tersebutlah yang mengakibatkan pembelajaran hanya terfokus pada kegiatan menghafal konsep, sehingga penguasaan konsep siswa rendah dan kemampuan berpikir siswa

2 kurang terlatih khususnya kemampuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kurang terlatihnya kemampuan pemecahan masalah siswa akan membuat mereka merasa kesulitan untuk memahami konsep-konsep fisika. Sesuai dengan yang tertera dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA (BSNP, 2006), pembelajaran fisika di sekolah memiliki tujuan yang beberapa diantaranya adalah: Siswa dapat mengembangkan pengalaman melalui percobaan agar dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis. Mengembangkan kemampuan penalaran induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Siswa dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari beberapa tujuan yang disebutkan di atas, menunjukkan bahwa salah satu kemampuan yang harus dilatihkan dalam pembelajaran fisika adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah ini sangat penting dimiliki dan dikembangkan sebagai bekal siswa kelak dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Selain kemampuan pemecahan masalah, tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah agar peserta didik menguasai konsep fisika. Mengingat pentingnya penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah ini diajarkan di sekolah, sudah semestinya pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah harus mampu

3 memfasilitasi tercapainya penguasaan konsep fisika siswa dan mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Akan tetapi pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih jarang dalam melatihkan dan memfasilitasi tercapainya penguasaaan konsep fisika dan kemampuan pemecahan masalah. Guru berperan dominan dalam pembelajaran, partisipasi aktif siswa sangat rendah dan kemampuan pemecahan masalah kurang dilatihkan, sehingga siswa kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep serta memecahkan masalah fisika (Adam, 2007). Salah satu metode pembelajaran yang dipandang mampu memfasilitasi tercapainya penguasaan konsep fisika siswa dan mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memperkenalkan, membiasakan, dan melatihkan siswa untuk melaksanakan langkah-langkah ilmiah dan pengetahuan prosedural. Selain untuk menguasai konsep, praktikum dan eksperimen juga berdampak positif terhadap peningkatan motivasi dan minat siswa (Rustaman, 2005). Penggunaan metode eksperimen dalam penelitian ini diterapkan dalam pembelajaran inkuiri. Seperti yang dijelaskan oleh Rustaman (2005) bahwa metode eksperimen paling tepat untuk merealisasikan model pembelajaran inkuiri atau model pembelajaran penemuan. Selain erat kaitannya dengan metode eksperimen, model pembelajaran inkuiri juga merupakan pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat

4 diprediksi bahwa pembelajaran inkuiri dengan menggunakan metode eksperimen mampu memfasilitasi penguasaan konsep fisika dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Terdapat beberapa jenis inkuiri yang dapat digunakan sesuai dengan keadaan siswa yang bersangkutan, diantaranya adalah discovery learning, interactive demonstration, guided inquiry (inquiry lesson), inquiri labs, hypothetical inquiry (Wenning, 2010). Dengan melihat keadaan siswa yang diamati pada studi pendahuluan maka jenis inkuiri yang cocok digunakan adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry). Istilah inkuiri terbimbing digunakan karena pada pelaksanaannya guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa dalam merencanakan eksperimen dan perumusan kegiatan. Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi informasi yang mengalami perkembangan cukup pesat, menawarkan cara alternatif untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis web, pengajaran dengan power point, pembelajaran interaktif online dan offline dan masih banyak caracara yang lain. Pemanfaatan komputer sebagai salah satu media pembelajaran diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Disamping itu, penggunaan komputer dapat menjadi alternatif ketika peralatan laboratorium kurang memadai. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan bantuan komputer, siswa secara langsung berinteraksi dengan komputer yang telah dilengkapi dengan software pembelajaran yang berisi simulasi atau praktikum virtual

5 materi ajar tertentu yang akan dibuat berbasis web. Melalui simulasi atau praktikum virtual tersebut siswa dibimbing untuk menemukan kesimpulan akan materi yang sedang dipelajari. Secara umum penggunaan kegiatan eksperimen secara virtual dalam pembelajaran terus berkembang terutama dalam kajian penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan virtual dalam pembelajaran berdampak positif terhadap peningkatan penguasaan konsep, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir, dan sikap siswa (Duden, 2011; Franklin et al., 2001; Abdullah & Adilah, 2008). Implementasi pembelajaran berbasis web berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang belajar sains berbantuan web memperlihatkan penguasaan konsep sains, kemampuan pemecahan masalah dan sikap pemanfaatan komputer atau teknologi lebih baik daripada siswa yang tidak mempergunakan bantuan web (Al Husni, 2010; Kusdianto, 2011). Konsep listrik arus searah merupakan konsep yang cukup penting dalam kurikulum pebelajaran Fisika. Konsep ini diperkenalkan pada siswa dan merupakan konsep yang sangat dekat dengan fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian pada kenyataannya tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep listrik arus searah dan mengaplikasikannya dalam permasalahan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dalam pengajarannnya di sekolah siswa menerima pelajaran ini hanya dengan mendengarkan atau mencatat hukum-hukum yang berlaku yang

6 diberikan oleh guru tanpa benar-benar memahami konsep konsep yang ia pelajari. Berdasarkan penjelasan di atas, masalah penelitian ini difokuskan pada peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Diantaranya adalah penelitian yang memadukan model pembelajaran dengan web dan software laboratorium virtual, yang sudah tersedia di internet. Pada penelitian ini, web dan laboratorim virtual yang digunakan dirancang oleh peneliti untuk kemudian diterapkan dalam proses pembelajaran. Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan luaran berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website yang teruji. Berdasarkan permasalahan serta pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website terhadap peningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X dibandingkan dengan model inkuiri terbimbing tanpa bantuan website pada topik listrik arus searah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat disusun permasalahan penelitian sebagai berikut:

7 Apakah penerapan model inkuiri terbimbing berbantuan website dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X dibandingkan dengan model inkuiri terbimbing tanpa bantuan website pada topik listrik arus searah Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang mendapatkan perlakuan berupa model inkuiri terbimbing berbantuan website dengan siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing tanpa bantuan website pada materi ajar listrik arus searah? 2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang mendapatkan perlakuan berupa model inkuiri terbimbing berbantuan website dengan siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing tanpa bantuan website pada materi ajar listrik arus searah? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap model inkuiri terbimbing berbantuan website pada topik listrik arus searah? 4. Bagaimanakah keterlaksanaan model inkuiri terbimbing berbantuan website dan model inkuiri terbimbing tanpa bantuan website pada topik listrik arus searah dalam proses pembelajaran? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengkonstruksi model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website dan menjajaki penggunaannya pada

8 pembelajaran fisika materi listrik arus searah di Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa, serta untuk mengetahui tanggapan siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian kali ini adalah: 1. Model inkuiri terbimbing berbantuan website dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang diterapkan di kelas untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah pengalaman tentang proses pembelajaran dan penelitian di dunia pendidikan sebagai bekal penulis yang merupakan calon tenaga pendidik. 3. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website yang diterapkan pada penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa pada materi ajar listrik arus searah serta dapat menerapkan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. E. Variabel Penelitian Variabel penelitian sangat bergantung pada masalah penelitian yang diajukan atau diteliti. Sesuai dengan masalah penelitian, maka variabel penelitian dalam penelitian ini adalah variabel komparatif tentang penguasaan

9 konsep dan kemampuan pemecahan masalah. Kedua variabel ini, penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah akan diperbandingkan datanya antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan berupa integrasi model inkuiri terbimbing dan media pembelajaran berbantuan website dengan siswa yang mendapatkan perlakuan berupa model inkuiri terbimbing pada materi ajar listrik arus searah. F. Definisi Operasional Untuk memperjelas ruang lingkup dari penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini, diantaranya adalah: 1. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah teknik instruksional dimana dalam proses belajar mengajar siswa dihadapkan pada suatu masalah. Adapun tahapan-tahapan dari model pembelajaran ini menurut Joice & Weil dalam Wena (2009 : 77) adalah sebagai berikut: a. Tahap penyajian masalah. Pada tahap ini masalah yang disajikan berkaitan dengan materi listrik arus searah. b. Tahap pengumpulan dan verifikasi data. Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat dan alami dengan mengajukan pertanyaan. c. Tahap eksperimen. Setelah mengumpulkan informasi siswa melakukan eksperimen untuk mengeksplorasi dan menguji secara langsung.

10 d. Tahap pengorganisasian data dan perumusan penjelasan. Guru membantu siswa menganalisis data hasil percobaan untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang disajikan. e. Tahap analisis proses inkuiri. Siswa menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah dilaksanakan dan menganalisis kelemahan-kelemahan atau kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses eksperimen. 2. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Website Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri menurut Joice & Weil dalam Wena (2009 : 77) yang meliputi lima tahapan yaitu: penyajian masalah, pengumpulan dan verifikasi data, eksperimen, pengorganisasian data dan perumusan penjelasan, dan analisis proses inkuiri. Penggunaan bantuan website terutama pada tahapan ketiga, yaitu pada tahapan siswa merancang dan melakukan eksperimen. Pada kegiatan ini, media komputer digunakan untuk menampilkan simulasi dan melakukan praktikum virtual. Website ini diintegrasikan ke dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri berbantuan website diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi. 3. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami suatu abstraksi yang menggambarkan karakteristik konsep listrik

11 arus searah secara ilmiah, baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dari tes awal dan tes akhir. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada pengetahuan (C1), meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah tanpa harus memahami atau menggunakannya. Pemahaman (C2) merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi (pengarahan) dan masalah. Penerapan (C3) merupakan kemampuan menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada situasi konkret. Analisis (C4) merupakan kemampuaan yang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, umpamanya tentang proses, cara kerja, dan sistematikanya. Data penguasaan konsep didapat dari instrumen berupa soal pilihan ganda. Peningkatan penguasaan konsep yang dimaksud adalah peningkatan skor test setelah dilakukan treatment. Peningkatan penguasaan konsep listrik arus searah diukur dengan membandingkan nilai rata-rata <g> penguasaan konsep antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. 4. Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsepkonsep listrik arus searah yang dipelajarinya untuk memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terkait gejala alam maupun pada peralatan atau karya teknologi. Kriteria penilaian

12 kemampuan pemecahan masalah berdasarkan pada kriteria pemecahan masalah menurut Heller (1999) yaitu deskripsi masalah, rencana solusi, melaksanakan solusi, evaluasi solusi/hasil. Kemampuan pemecahan masalah diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk essay. Soal-soal tes kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa diukur dengan membandingkan nilai rata-rata < g > kemampuan pemecahan masalah antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. 5. Respon Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsangan dari lingkungan. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perlakuan. Teori Behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respon yang dimaksud adalah tanggapan siswa terhadap model inkuiri terbimbing berbantuan website pada topik listrik arus searah. G. Asumsi Asumsi dalam penelitian kali ini adalah: Setiap metode pembelajaran dan model pembelajaran mempunyai keunggulan masing-masing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan website adalah model pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan

13 seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan dan menyelidiki konsep yang dipelajarinya dengan bantuan website terutama pada tahap eksperimen. Siswa dihadapkan dengan masalah/problem, penyelesaian dari masalah tersebut diselidiki dan ditemukan sendiri sesuai dengan kemampuannya dan tak lepas dari bimbingan dan arahan guru. Guru mengajukan permasalahan melalui fenomena yang dihadirkan dalam proses pembelajaran, dan kemudian memberikan bimbingan kepada siswa melalui pertanyaan pengarah, sehingga siswa dapat mengumpulkan data dan merancang percobaan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. H. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan model inkuiri terbimbing berbantuan website secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan model inkuiri terbimbing pada materi ajar listrik arus searah. H a1 : µ x1 > µ y1 ; (α = 0,05 ) µ x1 = Rata-rata Penguasaan konsep siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan website. µ y1 = Rata-rata Penguasaan konsep siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing. 2. Penerapan model inkuiri terbimbing berbantuan website secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa

14 dibandingkan dengan model inkuiri terbimbing pada materi ajar listrik arus searah. H a2 : µ x2 > µ y2 ; ( α = 0,05 ) µ x2 = Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan website. µ y2 = Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing.