BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis. Pada aktivitas pasar modal investasi saham merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

I PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen,

BAB I PENDAHULUAN. selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Modigliani (1961) berpendapat bahwa pada dasarnya pada kondisi keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai tujuan yaitu memperoleh laba atau profit yang diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian global saat ini, sedang tidak menggembirakan bagi

BAB I PENDAHULUAN. maupun manufaktur memiliki harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. laba tesebut di tahan untuk membiayai investasi di masa mendatang. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perusahaan industri barang konsumsi makanan dan. minuman semakin lama semakin meningkat jumlahnya karena barang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang masuk dalam industri barang konsumsi yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh bank, sedangkan perusahaan yang membutuhkan dana untuk

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencari pendapatan atau tingkat pengambalian investasi (return), yang. upaya menghasilkan laba seoptimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pembangunan di Indonesia kian tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengalami ketidakberuntungan (misfortune) dalam menjalankan usaha akan

BAB I PENDAHULAN. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan tentunya ingin terus berkembang dan tujuannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar sehingga dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan teori Bird in the hand theory menyatakan bahwa investor lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman dan tekonologi sudah semakin berkembang, perusahaan harus dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan


Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan perekonomian saat ini, perusahaan manufaktur dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat tumbuh dan berkembang dalam rangka menjaga kelangsungan hidupnya dan tentunya memenangkan persaingan. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan serta menambahkan modal perusahaan. Salah satu caranya dengan terdaftar di bursa efek atau menjadi perusahaan yang go public. Investasi merupakan kegiatan yang sangat beresiko tinggi serta adanya unsur ketidakpastian yang sulit diprediksi. Oleh karena itu, seorang investor harus cermat sebelum menginvestasikan dananya di pasar modal. Investor memerlukan berbagai macam informasi mengenai emiten, baik berupa informasi kinerja keuangan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan maupun informasi lain yang relevan. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari tingkat pengembalian investasi (dividen) maupun selisih dari harga jual saham dan harga belinya (capital gain). Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, maka pada umumnya seorang investor akan memilih

2 perusahaan yang mampu membagikan dividen secara stabil, karena stabilitas dividen akan meningkatkan kepercayaan investor dalam menanamkan dananya. Besarnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen yang diambil oleh masing-masing perusahaan. Kebijakan dividen merupakan salah satu bagian yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan sehingga menjadi suatu hal yang penting dan harus dipertimbangkan secara seksama. Kebijakan dividen menyangkut apakah laba akan dibayarkan sebagai dividen atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan (Sawir, 2005:137). Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan. Kebijakan dividen tergambar pada Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu persentase dari laba setelah pajak dalam bentuk dividen tunai yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, artinya besar kecilnya DPR ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para pemegang saham dan akan berpengaruh pula terhadap kondisi keuangan perusahaan tersebut. Pertumbuhan perusahaan dan memiliki kemampuan untuk membayar dividen merupakan kedua hal yang diinginkan oleh perusahaan tapi sekaligus merupakan suatu yang berlawanan, karena dengan adanya pembagian dividen tentunya akan menarik minat para investor untuk berinvestasi dan menunjukkan stabilitas serta prospek perusahaan di masa mendatang, perusahaan yang mampu membagikan dividen diasumsikan investor sebagai perusahaan yang

3 menguntungkan. Namun disisi lain dari keuntungan yang didapat, perusahaan harus menahan sebagian laba untuk reinvestasi sebagai modal untuk pengembangan perusahaan. Oleh karena itu, manajer dituntut untuk dapat menentukan kebijakan dividen yang dapat memberikan keuntungan kepada investor serta mampu meningkatkan keuntungan perusahaan. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang paling banyak terdaftar di BEI. Hal tersebut bisa dilihat melalui kumpulan data pada ICMD (Indonesian Capital Market Directory), yaitu laporan keuangan yang dihimpun oleh bursa efek. Sesuai dengan data yang didapatkan dari ICMD ada sebanyak 148 Perusahaan, yaitu meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi. Perusahaan manufaktur termasuk kedalam sektor unggulan dalam pasar modal sehingga pertumbuhannya akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan perekonomian Indonesia. Aunur Rafiq (Ketua DPP PPP Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan) dalam artikel yang ditulis oleh Achmad Ali, menyatakan bahwa Sektor industri manufaktur Indonesia pernah pengalami kemajuan pesat sebelum terhantam krisis tahun 1998. Krisis keuangan ASIA pada tahun 1998 lalu telah merontokkan pencapaian kinerja industri manufaktur dan sampai sekarang masih belum mampu bangkit kembali. Bahkan kini industri manufaktur juga harus mampu bertahan menghadapi krisis Eropa dan Amerika, yang diperkirakan tahun 2013 masih belum pulih. Krisis Eropa dan Amerika telah berdampak terhadap kinerja industri manufaktur. Hal ini bisa terlihat dari nilai impor yang terus naik dan kinerja

4 ekspor menurun. (http://www.lensaindonesia.com/2013/01/07/krisis-eropaamerika-dan-prospek-industri-manufaktur-2013.html) [01 Februari 2013] Kondisi diatas menyebabkan banyak perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan laba bahkan ada yang mengalami kerugian sehingga pada akhirnya perusahaan tidak mampu memberikan dividen kepada pemegang saham. Menurut data dari ICMD jumlah perusahaan yang membagikan dividen secara konsisten setiap tahunnya menurun. Tahun 2007 terdapat 31 perusahaan manufaktur yang membagikan dividen, lalu pada tahun 2008 hanya ada 17 perusahaan yang konsisten membagikan deviden dari tahun sebelumnya, tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan kembali yaitu ada 14 dan 13 perusahaan. Tahun 2011 ada 6 perusahaan yang bertahan membagikan dividen, hingga tahun 2012 hanya ada 3 perusahaan yang membagikan dividen secara konsisten selama tahun 2007-2012. Tabel 1.1 Perusahaan Manufaktur yang membagikan dividen secara konsisten selama periode 2007-2012 No. Company Dividend Payout Ratio (%) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Selamat Sampurna Tbk 71,69 157,39 97,53 52,64 98,49 365,33 2 Unilever Indonesia Tbk 99,81 99,84 100,01 100,02 100,04 62,65 3 PT Sepatu Bata Tbk 299,19 6,73 52,95 27,72 28,28 37,11 Sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) PT. Sepatu Bata Tbk adalah salah satu perusahaan yang tetap konsisten membayarkan dividen selama tahun 2007-2012. Perusahaan ini merupakan

5 perusahaan manufaktur sektor aneka industri manufaktur dan termasuk kedalam subsektor footwear. Dalam subsektor footwear PT. Sepatu Bata Tbk memang paling diunggulkan dalam hal pembayaran dividen, namun ketika dibandingkan dengan rata-rata industri manufaktur ternyata PT. Sepatu Bata Tbk memiliki tingkat kebijakan dividen yang paling rendah. Data empiris mengenai perbandingan Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. Sepatu Bata Tbk dan rata-rata industri manufaktur pada tahun 2007-2012 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.2 Perbandingan Dividend Payout Ratio PT. Sepatu Bata Tbk dengan Rata-rata Industri Manufaktur Tahun 2007-2012 DPR (%) No Company 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Sepatu Bata Tbk 299,19 6,73 52,95 27,72 28,28 37,11 2. Rata-rata industri manufaktur Sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) 68,88 44,34 51,24 43,20 49,53 60,10 Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dividend payout ratio PT. Sepatu Bata Tbk mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Sementara itu, Rata-rata nilai DPR industri manufaktur juga mengalami penurunan selama periode 2007-2012. Pada tahun 2007 nilai DPR PT. Sepatu Bata Tbk sebesar 299,19% berada jauh diatas nilai DPR rata-rata industri yaitu 68,88%, PT. Sepatu Bata Tbk mampu membayarkan dividen melebihi laba bersih yang di dapatkan, dan nilai ini merupakan nilai DPR terbesar PT. Sepatu Bata Tbk selama tahun

6 2007-2012. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 292,46% menjadi 6,73%, dan ini merupakan nilai DPR terendah PT Sepatu Bata Tbk selama 6 tahun terakhir, sementara DPR industri manufaktur sebesar 44,34%. Kecenderungan menurunnya nilai dividend payout ratio ini menandakan turunnya persentase keuntungan yang dapat dinikmati oleh para investor dalam bentuk dividen. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan nilai DPR menjadi 52,95%, namun pada tahun 2010 DPR PT Sepatu Bata Tbk kembali mengalami penurunan sebesar 25,32%. Dua tahun berikutnya yaitu tahun 2011 dan 2012 nilai DPR PT Sepatu Bata Tbk cenderung mengalami kenaikan, akan tetapi tidak mampu mencapai nilai DPR tertinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perkembangan dividend payout ratio pada PT. Sepatu Bata Tbk dan rata-rata industri manufaktur selama 2007-2012 dapat dilihat melalui grafik 1.1 dibawah ini :

7 350 300 250 200 150 100 50 0 DPR 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PT Sepatu Bata Tbk Rata-rata Industri Manufaktur Grafik 1.1 Perbandingan DPR PT. Sepatu Bata dengan Rata-rata Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2012 Penurunan pembayaran dividen ini tentunya akan berpengaruh terhadap minat investor dalam menanamkan modalnya pada PT. Sepatu Bata Tbk. Apabila hal ini terus terjadi maka tentunya kinerja perusahaan akan semakin menurun. Oleh karena itu perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Agus Sartono (2001: 292) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, yaitu: (1) Kebutuhan dana perusahaan, (2) Tingkat laba dan stabilitas laba, (3) Likuiditas, (4) Tingkat Ekspansi Aktiva, (5) Peluang ke pasar modal. Dalam penelitian ini digunakan analisis kinerja keuangan yang tentunya dapat mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu menggunakan rasio profitabilitas dan likuiditas, serta digunakan ukuran perusahaan sebagai variabel lainnya.

8 Rasio keuangan mengenai profitabilitas dapat diukur dengan meggunakan indikator Net profit margin. Menurut Ang (1997), profitabilitas merupakan faktor pertama yang menjadi pertimbangan direksi dalam membayarkan dividen. Peningkatan profitabilitas dapat tercermin dari meningkatnya NPM yang didapat perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya NPM maka akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen dan tentunya akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan NPM PT. Sepatu Bata Tbk juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen, seperti dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 1.3 Perkembangan Net profit margin (NPM) PT. Sepatu Bata Tbk Tahun 2007-2012 NPM (%) No Company 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Sepatu Bata Tbk 7,00 29,19 8,85 9,47 8,34 9,40 Sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Net profit margin (NPM) PT. Sepatu Bata Tbk mengalami fluktuasi setiap tahunnya. NPM terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 7%, namun tahun berikutnya NPM PT. Sepatu Bata Tbk mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu 22,19% dan nilai ini merupakan nilai NPM tertinggi selama enam tahun terahkir. Pada tahun 2009 ternyata terjadi penurunan jumlah NPM sebesar 20,34% menjadi 8,85%. Tahun 2010 ada kenaikan nilai NPM sebesar 0,62% menjadi 9,47%. Dan data terakhir untuk tahun

9 2012 jumlah NPM sebesar 9,40% artinya ada kenaikan 1,06% dari sebelumnya tahun 2011 yaitu 8,34%. Jadi, NPM PT. Sepatu Bata Tbk mengalami fluktuasi namun cenderung menurun selama enam tahun terakhir ini. Untuk melihat fluktuasi NPM lebih jelasnya akan dilihat pada grafik 1.2 berikut: 35 30 25 20 15 10 5 0 NPM 29,19 8,85 9,47 7 8,34 9,4 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PT Sepatu Bata Tbk Sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) Grafik 1.2 Perkembangan Net profit margin (NPM) PT. Sepatu Bata Tbk Tahun 2007-2012 Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan dividen adalah likuiditas. Likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan. Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar,

jumlah 10 sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan maka akan semakin besar kemampuan perusahaan membayarkan dividennya (Riyanto, 2010:267). Untuk menilai posisi likuiditas perusahaan dapat digunakan Cash ratio. Cash ratio merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas yang dimiliki perusahaan. Perusahaan hanya mampu membayar dividen tunai jika tingkat likuiditas (cash ratio) yang dimiliki perusahaan mencukupi. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, semakin besar dividen tunai yang mampu diberikan perusahaan kepada pemegang saham, dan sebaliknya (Sudana, 2011:170). Penurunan Cash ratio pada PT. Sepatu Bata Tbk dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 50 Cash Ratio 40 30 20 10 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Sepatu Bata Tbk 45,81 4,72 9,51 3,28 7,81 2,57 Sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) Grafik 1.3 Perkembangan Cash ratio PT. Sepatu Bata Tbk 2007-2012 Gambar 1.3 memberikan gambaran tentang perkembangan cash ratio PT. Sepatu Bata Tbk tahun 2007-2012. Dalam tabel diatas dapat dilihat cash ratio

11 tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu 45,81%. Pada tahun 2008 terjadi penurunan yang signifikan menjadi 4,72%, lalu adanya peningkatan 4,79% pada tahun 2009. Cash ratio pada tahun 2010 yaitu sebesar 3,28%, dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan nilai cash ratio sebesar 5,34% menjadi 8,62%. Tahun 2012 nilai cash ratio PT Sepatu Bata Tbk sebesar 2,57%, dan ini merupakan nilai cash ratio terendah selama periode 2007-2012. Sehingga dapat dilihat bahwa cash ratio PT. Sepatu Bata Tbk selalu berfluktuasi dan cenderung menurun. Indikator lain yang dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan dengan menghitung log natural dari total asset (Sujoko dan Ugy Soebiantoro 2007:45). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi fleksibilitas perusahaan tersebut dalam memasuki pasar modal. Dengan kata lain perusahaan yang lebih besar dan memiliki tingkat stabilitas perusahaan yang baik akan lebih mudah memasuki pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan adanya kemudahan memasuki pasar modal, maka perusahaan akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang lebih cepat. disamping itu, semakin besarnya ukuran perusahaan maka akan meningkatkan menarik minat investor dalam berinvestasi. Sehingga perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar, jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil atau baru (Sartono,2001:292). Untuk

12 melihat Ukuran Perusahaan dari PT. Sepatu Bata Tbk dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.4 Perkembangan Ukuran Perusahaan PT. Sepatu Bata Tbk 2007-2012 No Company UKURAN PERUSAHAAN(Milion) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Sepatu Bata Tbk 26,529 26,720 26,756 26,906 26,971 27,103 Sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan PT. Sepatu Bata Tbk cenderung stabil dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat dari nilai terendah yaitu 26,529 M pada tahun 2007, dan nilai tertinggi adalah 27,103 M pada tahun 2012. Adanya kenaikan sebesar 0,191 M selama tahun 2007-2008, lalu adanya kenaikan sebesar 0,036 M pada tahun 2008-2009, tiga tahun berikutnya juga mangalami peningkatan masing-masing sebesar 0,15 M, 0,065 M serta 0,132 M. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan ukuran perusahaan PT. Sepatu Bata Tbk tahun 2007-2012 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

13 27,2 27 26,8 26,6 26,4 26,2 SIZE 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Sepatu Bata Tbk Sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) Grafik 1.4 Perkembangan Ukuran Perusahaan PT. Sepatu Bata Tbk 2007-2012 Fenomena penurunan pembagian dividen yang terjadi pada PT. Sepatu Bata Tbk yang terkait dengan penurunan profitabilitas (Net profit margin), likuiditas (Cash ratio) dan ukuran perusahaan, menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk. 1.2 Identifikasi Masalah Informasi mengenai kinerja perusahaan sangat diperlukan oleh investor dalam setiap keputusan investasinya. Karena Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari tingkat

14 pengembalian investasi (dividen) maupun selisih dari harga jual saham dan harga belinya (capital gain). Besarnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen yang diambil oleh masing-masing perusahaan. Kebijakan dividen tergambar pada Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu persentase dari laba setelah pajak dalam bentuk dividen tunai yang akan dibagikan kepada pemegang saham, artinya besar kecilnya DPR ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para pemegang saham dan akan berpengaruh pula terhadap kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kebijakan dividen yang diambil akan menyangkut kepentingan banyak pihak, terutama kepentingan perusahaan serta pemegang saham. Perusahaan biasanya menginginkan laba yang ada digunakan untuk reinvestasi sebagai modal untuk perkembangan perusahaan, namun disisi lain pemegang saham menginginkan adanya pembagian dividen yang tinggi sebagai keuntungan dalam menanamkan modalnya. Oleh karena itu, prioritas kepentingan masing-masing pihak harus menjadi aspek yang sangat diperhatikan. Penentuan pembagian dividen dapat dilihat dari beberapa indikator. Profitabilitas merupakan faktor pertama yang menjadi pertimbangan direksi dalam membayarkan dividen. Rasio keuangan mengenai profitabilitas dapat diukur dengan meggunakan indikator Net profit margin, dengan meningkatnya NPM maka akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan dividen adalah likuiditas, untuk menilai posisi likuiditas perusahaan dapat digunakan Cash ratio.

15 Cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya, sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan maka akan semakin besar kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Indikator lainnya yang dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah ukuran perusahaan. Perusahaan besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar, sehingga akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi. PT. Sepatu Bata Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang mempunyai tingkat kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) paling rendah dibandingkan dengan perusahaan manufaktur lainnya. Dilihat dari tingkat profitabilitas dan likuiditasnya pada tahun 2007-2012 PT. Sepatu Bata Tbk selalu mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Sementara ukuran perusahaan PT. Sepatu Bata Tbk cenderung mengalami peningkatan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat diketahui bahwa profitabilitas (Net profit margin), likuiditas (Cash ratio) dan ukuran perusahaan mempengaruhi pembagian kebijakan dividen (dividend payout ratio), sehingga rumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana gambaran profitabilitas PT. Sepatu Bata Tbk? 2. Bagaimana gambaran likuiditas pada PT. Sepatu Bata Tbk? 3. Bagaimana gambaran ukuran perusahaan pada PT. Sepatu Bata Tbk?

16 4. Bagaimana gambaran kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk? 5. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk? 6. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk? 7. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut: 1. Gambaran profitabilitas PT. Sepatu Bata Tbk 2. Gambaran likuiditas pada PT. Sepatu Bata Tbk 3. Gambaran ukuran perusahaan PT. Sepatu Bata Tbk 4. Gambaran kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk 5. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk 6. Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk 7. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen PT. Sepatu Bata Tbk

17 1.5 Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua kegunaan, yaitu sebagai berikut: 1. Kegunaan Toeritis a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam ilmu manajemen keuangan, khususnya berkaitan dengan konsep kebijakan dividen serta kaitannya dengan profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan. b. Penelitian ini juga berguna bagi penulis dan pembaca dalam menambah wawasan serta pengetahuan tentang kebijakan dividen, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan terkait untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan kebijakan dividen, profitabilitas serta likuiditas perusahaan dan ukuran perusahaan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti lebih lanjut mengenai kebijakan dividen, profitabilitas serta likuiditas perusahaan dan ukuran perusahaan.