Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

dokumen-dokumen yang mirip
Pelestarian Ekosistem Sumatera dan Energi Terbarukan (Kebijakan Uni Eropa dan Peraturan Nasional)

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

DR ROSEDIANA SUHARTO SEKRETARIAT ISPO

PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive)

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Emisi Dari Alih Guna Lahan. Apa itu emisi alih guna lahan dan bagaimana cara menghitungnya?

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015

Sustainability Policy

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE)

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

Muhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Tantangan dan Hambatan Di Masa Depan. Oleh : Asmar Arsjad APKASINDO

Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015

05/12/2016 KUALA PEMBUANG

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

SISTEM SERTIFIKASI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

West Kalimantan Community Carbon Pools

Membangun Kolaborasi Peningkatan Ekonomi dan Perlindungan Lingkungan Melalui Kawasan Ekosistem Esensial (KEE)

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Corporate Presentation Tentang Musim Mas

Tantangan dan strategi pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya alam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi

Golden Agri-Resources Ltd

PERMOHONAN PENDAFTARAN SERTIFIKASI ISPO KOP SURAT....,... Nomor : Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan Pendaftaran sertifikasi ISPO.

Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Corporate Presentation Tentang Musim Mas

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

KEMENTERIAN PERTANIAN R.I KOMISI ISPO. Pedoman PRAKATA

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

Teknik Audit RSPO, ISPO & ISCC Di Perkebunan Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

Kebijakan Bioenergi, Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

Transkripsi:

1 Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) DR. ROSEDIANA SUHARTO SEKRETARIAT KOMISI ISPO Workshop Skema ISPO (P&C) untuk Minyak Sawit (CPO) sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergy) Hotel Indonesia-Kempinski Jakarta 8 Oktober 2014

Terbentuknya Persyaratan Bioenergi 2 EU menerbitkan persyaratan Directives 2009/28/EC on the promotion of the use energy from renewable sources, yang mempersyaratkan sustainability untuk biofuels dan bioliquids Persyaratan ini berlaku bagi kebun yang dibuka per 1 Januari 2008, bagi kebun yang dibuka sebelum 1 Januari 2008 tidak terkena peraturan ini

Persyaratan EU RED 1. Lahan yang telah ditanami pohon kelapa sawit sejak Januari tahun 2008 2. Lahan tersebut bukan hutan lindung atau area lindung dan bukan tempatnya berlindungnya species terancam (rare, endangered species) habitat, ecosystem atau species yang harus dilindungi sesuai IUCN 3. Lahan bukan rawa pada Januari 2008, apabila lahan tersebut adalah rawa keberadaan kebun sawit tidak merubah alam sekitar dan keberadaan rawa 3

4. Terdapat bukti bahwa lahan yang ditanami bukan lahan gambut pada Januari 2008. Apabila lahan tersebut adalah lahan gambut, harus ada bukti bahwa penanaman kelapa sawit tidak melakukan pengeringan air ( water drain) dari lahan yang sebelumnya tidak dikeringkan. Hal ini berarti bahwa lahan gambut yang dikeringkan sebagian pada Januairi 2008, pengeringan berlebihan secara berturut turut dan mempengaruhi lahan gambut yang belum sepenuhnya kering, melanggar kriteria ini. 4

Larangan menanam pada padang rumput (EU) Yang dimaksud dengan padang rumput dengan keaneka ragaman hayati tinggi yaitu a. Sifatnya alami, terutama padang rumput yang tetap merupakan padang rumput, tanpa intervensi manusia, tetap terjaga komposisi species alami serta karakteristik ekologis dan process b. Atau sifatnya tidak alami yaitu padang rumput yang hilang tanpa intervensi manusia tetapi kekayaan aneka ragaman hayati tidak terdegradasi, terkecuali dapat dibuktikan pemanen perlu dilakukan untuk menyelamatkan status padang rumput tersebut 5

Pohon Kelapa sawit tidak boleh ditanam (EU) Padang rumput yang mengandung keaneka ragaman hayati tinggi ( savannah) tidak sama dengan padang alang alang padang rumput ada di NTT Biofuels dan bioliquids tidak boleh dibuat dari bahan baku yang diperoleh dari lahan yang mengandung karbon stock tinggi, yaitu lahan yang punya status sebagai berikut: a. Lahan basah, yaitu lahan yang ditutupi oleh air sepenuhnya (saturated)secara permanen atau secara significan dalam sebagian waktu dalam satu tahun 6

b. Hutan dalam satu hamparan yang luasnya lebih dari satu ha, tinggi pohon lebih dari 5m kanopi lebih dari 30% c. Lahan yang terbentang lebih satu ha, tinggi pohon lebih dari 5m dan kanopi antara 10-30%, terkecuali ada bukti bahwa carbon stock dari area tersebut sebelum dan sesudah konversi memenuhi Annex V 7

Perhitungan GRK Sesuai EURED 1. Perhitungan sesuai dengan Annex V EU RED, bila menggunakan default value, maka digunakan Annex V 2. Pada tahun 2009-2015 batas pengurangan emisi adalah 35% setelah 2017 batasannya ialah 50% 3. Kedua asumsi tersebut bila diterapkan methane capture 4. Bila mill tidak menerapkan methane capture pengurangan gas rumah kaca default value ialah 19%, spesifik valuenya ialah 36% 5. Palm biodiesel dimana proses CPO, mill menggunakan methane capture default valuenya ialah 56% sedangkan specific valuenya ialah 62% 8

Pembentukan Working Group 9 1. Sesuai hasil diskusi Workshop Gas Rumah Kaca yang diselenggarakan pada bulan 2014 telah dibentuk working Grup yang bertujuan membuat formula perhitungan emisi gas rumah kaca untuk kebun kelapa sawit Indonesia 2. Working Group beranggotakan wakil dari Kemenhut, Kemen LH, Kementan Balai Penelitian Tanah, GAPKI, PT BGA, PT Sinar Mas, PT Asean Agri, PT Wilmar PT Musimas, PT Astra dan LS Sucofindo dan LS Mutu Agung Lestari

Ketentuan Pelaksanaannya 10 1. Persyaratan ISPO bioenergi ini berlaku voluntary, hanya bagi kebun yang akan mengekspor CPO untuk bioenergi ke Eropa atau negara lainnya yang menggunakan spesifikasi EU RED 2. Sedangkan Amerika belum membuat ketentuan dan belum membeli minyak sawit Indonesia 3. Perhitungan GRK sifatnya wajib untuk kebun hanya sampai tingkat CPO bila memiliki refinery dan paberik biodiesel maka harus menghitung seluruh rantai proses 4. Usulan Working Group bahwa hitungan Land Use Change ( LUC) hanya optional saja 5. Apakah hitungan ini mandatory juga bagi CPO untuk kegunaan lainnya?

ISPO Bioenergi 1. Menerapkan ketentuan perundangan yang berlaku termasuk moratorium 2. Legalitas lahan untuk perkebunan yang merupakan batasan contoh yang diambil ialah Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan Hak Guna Usaha (HGU) 3. Semua pemasok harus legal termasuk petani 4. Tidak boleh memasok dari kebun yang tidak legal, dan hasil curian 5. Sertifikasi dari CPO untuk bioenergi ini adalah segregasi dan sertifikasi rantai pasok 11

Manajemen Perkebunan Membuka lahan, pembibitan dan penanaman hingga panen sesuai dengan UU Sistem Budidaya No. 12 tahun 1992 12 Hal hal yang tidak diperbolehkan yaitu menanam dilahan gambut atau rawa dengan demikian Permentan No.14 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Tidak berlaku dalam memproduksi biofuel

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan 1. Semua izin lingkungan sesuai UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan 2. Izin Penglolaan limbah B3 3. Kawasan lindung sesuai Keppres no. 32 tahun 1990 4. Kawasan sekitar mata air UU Kehutanan no.41 tahun 1999 13 5. Pelestarian keaneka ragaman hayati berdasarkan UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Kriteria social ekonomi Kriteria sosial ekonomi tetap ada pada persyaratan ISPO bioenergi walaupun didalam EU RED tidak ada Perbaikan terus menerus tetap dilakukan 14

Kesimpulan 1. Bagi perusahaan kebun dapat memiliki sertifikat Bioenergy setelah mendapat sertifikat ISPO terlebih dahulu dan memenuhi larangan EU yang telah disebut terdahulu 2. Menghitung gas rumah kaca sesuai EU RED Annex V dan saving emission yang dihasilkan harus minimal 35% 3. Sertifikat yang diterbitkan pasokannya dapat di telusuri (traceable), hingga tingkat petani, ekspornya menggunakan metoda segregasi 4. Methane capture merupakan persyaratan yg penting untuk mengurangi GRK 15

Perhitungan GHG disajikan oleh anggota dari Working Group 16