GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN

PROFIL KELUARGA SADAR GIZI DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI DI KECAMATAN BONTOMARANNU

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DALAM PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI DI PUSKESMAS BABAKAN SARI KELURAHAN SUKAPURA BANDUNG 2011

KORELASI PERILAKU KADARZI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

GAMBARAN UMUM KELUARGA SADAR GIZI DI KELURAHAN BEBANGA KECAMATAN KALUKKU KABUPATEN MAMUJU

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI DESA PAJJUKUKANG KECAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK YANG ADA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

FREKUENSI KONSELING GIZI, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PERUBAHAN BERAT ENERGI PROTEIN (KEP) DI KLINIK GIZI PUSKESMAS KUNCIRAN, KOTA TANGERANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang


BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

Puskesmas Tajau Pecah, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

Verena Meirike Arbella*), Erna Widyastuti**), Sri Rahayu***) Abstract

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

EVALUASI PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI KELURAHAN LABUHAN DELI MEDAN MARELAN TAHUN 2009 TESIS.

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II PROTAP PELAYANAN PENINGKATAN GIZI DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BANDUNG KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Transkripsi:

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 Nadimin1) 1) Department of Nutritional Health Polytechnic Makassar ABSTRACT Background: The problem of malnutrition and malnutrition among children under five is still a major nutritional problem in Indonesia, including in Bulukumba. One of the causes of nutrition problems is due to the still low awareness of family nutrition. This study aims to determine image conscious family nutrition (Kadarzi) and nutritional status of children in Bulukumba. Objective: This study aims to determine image conscious family nutrition and nutritional status of children in Bulukumba. Methods: The study was conducted with descriptive approach using a sample of families who have children as much as 1574 people from the target and PSG Kadarzi survey conducted by the South Sulawesi Provincial Health Office in Bulukumba District in November to December 2009. Results: The results showed the number of children under five who regularly weighed every month as much as 61.9% and an irregular weighed as much as 38.1%. Exclusively breastfed babies who received as much as 63.8% and that did not receive exclusive breastfeeding as much as 36.2%. The number of infants who are classified as good food consumption as much as 77.6% and classified as less as much as 22.4%. The number of families using iodized salt as much as 62.4% and using non-iodized salt as much as 37.6%. Toddlers who consume vitamin A capsules as much as 73.5% with good and poor as much as 26.5%. Children under five who suffered malnutrition as much as 14.7%. Conclusion: Coverage of all families are aware of nutrition indicators do not exist that meet the target, and the number of children under five suffer from malnutrition kujrang mahih quite high. Keywords: Awareness of family nutrition, nutritional status PENDAHULUAN Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Secara fisik anak yang gizi kurang dan gizi buruk mengalami gangguan pertumbuhan, muda terkena penyakit infeksi. Gizi kurang atau buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, sehingga tidak mampu bersaing. dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya generasi bangsa (Anggraini D, 2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita yang dinilai menggunakan indeks berat badan umur (BB/U) di Indonesia sebesar 18,4%, provinsi Sulawesi Selatan sebesar 17,6% dan Kabupaten Bulukumba 69

sebesar 16.5%. Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U), diperoleh prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 36,8%, Sulawesi Selatan sebesar 29,1%, dan Kabupaten Bulukumba sebesar 29,8%. Status gizi kurang dan gizi buruk disebabkan oleh berbagai factor yang saling terkait, diantaranya adalah factor perilaku keluarga dalam penyediaan makanan, pemberian ASI dan MP-ASI, dan upaya-upaya pelayanan gizi. Seiring dengan masalah gizi tersebut, maka untuk meningkatkan status anak balita pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah menetapakan rencana strategis Departemen Kesehatan dengan empat strategi utama mempunyai 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Kadarzi adalah METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, dengan mengolah dan mengalanalisis data hasil survei Kadarzi dan PSG Sulawesi Selatan Tahun 2009. Berdasarkan data hasil survei tersebut kemudian dipilih secara purposive sampling sebanyak 1574 sampel keluarga di Kabupaten Bulukumba yang mempunyai anak balita umur 6-56 bulan dan memiliki data kadarzi dan data antropometri yang lengkap. Pelaksanaan Survei Kadarzi dan PSG Sulsel Tahun 2009 dilakukan oleh Tenaga Gizi Puskesmas (TGP) dengan cara pengukuran antropometri, wawancara dan tes yodium. suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya (Depkes, 2007). Perilaku sadar gizi sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip pedoman gizi seimbang, diantaranya yaitu membiasakan konsumsi beraneka ragam makanan, memperhatikan dan mempertahankan berat badan ideal, melakukan upaya fortifikasi yaitu proses penambahan zat tertentu pada bahan makanan misalnya pada garam, sudah ditambahkan yodium dan lain-lain (Siswono, 2006). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pencapaian indicator kadarzi dan status balita di Kabupaten Bulukumba. Pengukuran antropometri digunakan untuk mengetahui status gizi balita, dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang dinterpretasikan dengan standar WHO. Kuesioner, sebagai pedoman wawancara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi, konsumsi makanan beragam pada balita, konsumsi suplemen gizi pada balita. Tes yodium, untuk mengetahui kandungan yodiumnya garam yang digunakan keluarga. Data yang dikumpulkan kemudian diolah secara elektronik dengan menggunakan komputer program SPSS. HASIL PENELITIAN 1. Kesadaran gizi keluarga Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dalam penelitian ini meliputi pemantauan berat badan balita, pemberian ASI Eksklusif, konsumsi makanan beraneka ragam, penggunaan garam beryodium, dan konsumsi kapsul vitamin A pada balita. Hasilnya disajikan pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa keluarga yang melakukan pemantauan berat badan balita secara teratur mencapai 61.9%. balita yang mendapat ASI Eksklusif baru mencapai 63.8%, balita mengkonsumsi makanan beraneka ragam mencapai 77.6%, dan balita yang pernah mendapat kapsul vitamin A baru mencapai 73.5%. Keluarga yang menggunakan garam beryodium baru mencapai 73.5%. 70

Tabel 1 Distribusi Berbagai Indikator Kadarzi Di Kabupaten Bulukumba, 2009 Indikator kadarzi n % Pemantauan berat badan Pemberian ASI Eksklusif Konsumsi makanan Penggunaan garam beryodium Konsumsi kapsul vitamin A 974 600 1004 570 1221 353 1010 564 61.9 38.1 63.8 36.2 77.6 22.4 64.2 35.8 1157 73.5 417 26.5 1574 100 Tabel 2 Distribusi Pemantauan Berat Badan Balita menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bukumba, 2009 Kelompok umur 6-11 12-23 24-35 36-47 48-60 Pemantauan berat badan 195 60.0 130 40.0 325 20.6 333 64.0 187 36.0 520 33.0 254 64.1 142 35.9 396 25.2 129 58.9 90 41.1 219 13.9 63 55.3 51 44.7 114 7.2 974 61.9 500 38.1 1574 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah anak yang ditimbang secara teratur mengalami penurunan seiring dengan peningkatan umur anak. Sebelum berusia 3 tahun, jumlah balita yang ditimbang secara teratur mencapai 60%, namun setelah 3 tahun jumlah menurun atau kurang dari 60%. Pendidikan ibu Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Tamat PT Tabel 3 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif menurut Pendidikan Ibu di Kabupaten Bukumba, 2009 Pemberian ASI Eksklusif 18 48.6 19 51.4 37 2.4 83 58.0 60 42.0 143 9.1 257 58.1 185 41.9 442 28.1 262 61.6 163 38.4 425 27.0 332 72.2 128 27.8 460 29.2 52 77.6 15 22.4 67 4.3 1004 63.8 570 36.2 1574 100 71

gizi balita Kadarzi dan Status Dalam hal pemberian ASI Eksklusif, tampak pada tabel 3 bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif lebih tinggi seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan ibu. Sedangkan cakupan konsumsi kapsul vitamin A pada balita meningkat seiring dengan peningkatan usia anak. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok usia 6-11 bulan cakupannya kurang dari 50%, sedangkan pada usia 48-60 bulan cakupannya mencapai 90%. Tabel 4 Distribusi Konsumsi Kapsul Vitamin A pada Balita menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bukumba, 2009 Kelompok umur 6-11 12-23 24-35 36-47 48-60 Konsumsi kapsul vitamin A 159 48.9 166 51.1 325 20.6 359 69.0 161 31.0 520 33.0 340 85.9 56 14.1 396 25.2 194 88.6 25 11.4 219 13.9 105 92.1 9 7.9 114 7.2 1157 73.5 417 26.5 1574 100 1. Status gizi anak balita Karakteristik anak Umur (bulan) 6-11 12-23 24-35 36-47 48-60 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tabel 5 Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan umur dan kenis kelamin di Kabupaten Bukumba, 2010 Status gizi Gizi baik Gizi kurang 293 458 336 183 73 90.2% 88.1% 84.8% 83.6% 64.0% 32 62 60 36 41 9.8% 11.9% 15.2% 16.4% 36.0% 325 520 396 219 114 20.6 33.0 25.2 13.9 7.2 657 83.5% 130 16.5% 787 50 686 87.2% 101 12.8% 787 50 1343 85.3 231 14.7 1574 100 Tampak pada tabel 5 bahwa jumlah anak balita yang mengalami gizi kurang masih cukup tinggi (14.6%). Dilihat dari kelompok umur, proporsi anak balita yang menderita gizi kurang setiap kelompok umur cenderung meningkat seiring dengan peningkatan umur anak. Menurut jenis kelamin, terlihat bahwa proporsi penderita gizi kurang pada anak laki-laki (16.5%) sedikit lebih tinggi dari anak perempuan (12.8%). 72

PEMBAHASAN 1. Pemantauan berat badan anak balita Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi keluarga yang melakukan pemantauan pertumbuhan balita secara teratur mencapai 61.9%. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari angka pemantauan pertumbuhan balita tingkat Sulsel tahun 2009 yang mencapai 67.7% (Dinkes Sulsel, 2009). Menurut Depkes (2007), target cakupan penimbangan balita minimal adalah 80%. Artinya, dilihat dari target penimbangan balita maka cakupan penimbangan balita di kabupaten Bulukumba masih dibawah standar. Masih rendahnya cakupan Pemantauan berat badan anak balita di Kabupaten Bulukumba ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu yang masih rendah. Pada tingkat pendidikan yang rendah, maka pengetahuan mereka akan manfaat menimbang anak juga rendah sehingga kesadaran keluarga untuk menimbang anaknya di posyandu atau unit pelayanan kesehatan relatih rendah. Hal tersebut telah dibuktikan pada hasil analisis data Kadarzi Sulsel yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan KK maupun ibu semakin teratur dalam menimbang berat badan atau memantau pertumbuhan balita (Dinkes Sulsel, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa keteraturan keluarga dalam menimbang anaknya setiap bulan berkaitan dengan umur anaknya. Mulai umur tiga tahun terjadi penurunan jumlah anak balita yang ditimbang secara teratur. Pada umur satu sampai dua tahun angka cakupan pemantauan balita cendrung tinggi, karena pada saat itu anak-anak akan diberikan layanan imunisasi sehingga ibuibu lebih tertarik menimbang anaknya. Ketika anak sudah mencapai usia tiga tahun, anak balita sudah tidak mendapatkan lagi pelayanan imunisasi di posyandu, sehingga kesadaran untuk menimbang setiap bulan pun menurun. 2.Pemberian ASI Eksklusif Kesadaran ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Kabupaten Bulukumba sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari cakupan pemberian ASI Eksklusif yang sudah mencapai 63.8%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bulukumba tersebut jauh di atas angka pemberian ASI Eksklusif tingkat Sulawesi Selatan yang baru mencapai 48.4% (Dinkes Sulsel, 2009). Menurut Depkes (2007), target pemberian ASI Eksklusis minimal adalah 80%. Artinya, dilihat dari target Depkes tersebut maka cakupan pemberian ASI Eksklusif di kabupaten ini masih sangat rendah. Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bulukumba dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Tabel 16 menunjukkan bahwa jumlah anak balita yang mendapat ASI Eksklusif cenderung lebih tinggi pada tingkat pendidikan ibu yang tinggi. Hasil ini juga sejalan dengan hasil yang diperoleh pada survey Kadarzi tingkat Sulawesi Selatan yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin tinggi pula cakupan ASI Eksklusif (Dinkes Sulsel, 2009). 1. Konsumsi makanan beraneka ragam anak balita yang mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam di Kabupaten Bulukumba sudah mencapai 77.6%. Menurut Depkes (2007), target keluarga yang konsumsi makanan beraneka ragam adalah 80%. Artinya, cakupan balita yang mengkonsumsi makanan beraneka ragam di kabupaten Bulukumba sudah mendekati angka yang ditarget oleh pemerintah. Tingginya jumlah anak balita yang mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam di Kabupaten Bulukumba dapat disebabkan karena dikabupaten ini merupakan termasuk daerah penghasil ikan sebagai sumber lauk hewani, juga penghasil sayuran dan buah-buahan. 2. Penggunaan garam beryodium Proporsi rumah tangga yang mempunyai garam cukup iodium (> 30 ppm KIO3) Kabupaten Bulukumba baru mencapai 64.2%. Angka tersebut masih lebih rendah dari cakupan garam beryodium tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai 75,0% (Dinkes Sulsel, 2009), namun sudah lebih tinggi dari cakupan garam yodium tingkat nasional yang hanya mencapai 62,3% (Rikesda, 2007). Pencapaian ini masih jauh dari target nasional 2010 ³ garam beriodium untuk semua yaitu minimal 90% rumah-tangga menggunakan garam cukup iodium. Masih rendahnya cakupan garam beryodium di Kabupaten Bulukumba diduga di sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu masih 73

beredar bebasnya garam rakyat, keadaan ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan dan belum adanya kebijakan pemerintah yang mengatur distribusi garam. Garam rakyat mempunyai harga yang lebih murah, sehingga rumah tangga pada level pendidikan dan keadaan ekonomi yang pas-pasan lebih memilih garam rakyat. Disisi lain ketersediaan garam beryodium hanya terbatas di daerah-daerah tertentu, sementara garam rakyat dijual dari rumah ke rumah dan selalu tersedia di kios-kios di seluruh pelosok desa. Tidak semua kios-kios desa menjual garam beryodium. 5. Konsumsi Kapsul vitamin A Salah satu cara untuk mencegah adalah dengan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi secara gratis pada setiap balita. Saat ini program pemberian kapsul vitamin A dilakukan 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Pebruari dan Agustus di setiap posyandu dan unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Dalam penelitian ini, seorang dikatakan mengkonsumsi kapsul vitamin A dengan baik apabila mendapat/mengkonsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2 kali dalam satu tahun terakhir, sesuai dengan umur anak. Berdasarkan kriteria tersebut terlihat pada tabel 19 bahwa cakupan kapsul vitamin A di Kabupaten Bulukumba baru mencapai 73.3%. tersebut sedikit lebih tinggi jika dibanding cakupan Sulsel maupun cakupan tingkat nasional. Cakupan distribusi kapsul vitamin A untuk anak umur 6-59 bulan sebesar 72,5% dan cakupan nasional sebesar 71,5% sesuai hasil Rikesda 2007. Namun, jika dibandingkan dengan target nasional cakupan kapsul vitamin di kabupaten Bulukumba ini masih jauh dari target nasional, yaitu 90%. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan cakupan distribusi kapsul vitamin A menurut umur anak. Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut kelompok umur cukup bervariasi, nampak cakupan tertinggi pada kelompok umur 48-60 bulan. Sedangkan menurut jenis kelamin, tidak nampak perbedaan cakupan antara anak perempuan dan anak laki-laki. 6.Status gizi anak balita Secara umum proporsi gizi kurang (termasuk gizi buruk) di Kabupaten Bulukumba adalah 14.7%. Proporsi gizi kurang dan gizi buruk tersebut telah mengalami penurunan dibandingkan hasil RIKESDA untuk Kabupaten Bulukumba tahun 2007 yang mencapai 16.5%. Angka tersebut berada di dibawah angka gizi buruk dan gizi kurang nasional yaitu 18.4% (RIKESDA, 2007), maupun angka gizi kurang dan gizi buruk tingkat Sulawesi Selatan tahun 2009 yang mencapai 20.5%. Dilihat berdasarkan kelompok umur tampak bahwa semakin meningkat umur anak balita semakin tinggi proporsi anak balita yang menderita gizi kurang. Hal ini disebabkan karena kurang terpenuhinya asupan zat gizi anak terutama asupan energi dan protein. Pada anakanak, kebutuhan zat gizi anak balita akan semakin meningkat seiring peningkatan umur, oleh karena itu asupan zat gizi anak juga harus ditingkatkan sesuai kebutuhannya. Kebanyakkan orang tua kurang memperhatikan kebutuhan gizi anak dalam menyediakan makanan. Dilihat dari jenis kelamin, terlihat bahwa tidak ada perbedaan proporsi status gizi antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Hal disebabkan karena pada usia anak balita tidak ada perbedaan kebutuhan zat gizi antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Keadaan ini juga menunjukkan tidak adanya perbedaan perhatian orang tua terhadap anak laki-laki dengan anak perempuan. Pola pengasuhan antara anak laki-laki dengan anak perempuan sama saja. KESIMPULAN 1. keluarga yang teratur melakukan pemantauan berat badan anak balita di Kabupaten Bulukumba masih rendah. 2. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada anak balita di Kabupaten Bulukumba masih rendah. 3. keluarga yang memberikan makanan yang beragam pada nak balita di Kabupaten Bulukumba sudah mencapai 77.6%. 4. Cakupan penggunaan garam beryodium dalam keluarga anak balita di Kabupaten Bulukumba masih rendah (64.2%). 5. Cakupan kapsul vitamin pada balita di Kabupaten Bulukumba baru mencapai 73.5%. 6. Proporsi anak balita yang mengalami gizi kurang di Kabupaten Bulukumba mencapai 14.6%. 74

DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Dyah S. 2008. Hubungan Makanan Bergizi dengan Status Gizi Balita. (Online). www.lusa.web.id. Diakses tanggal 04 Januari 2010. Arif, Nurhaeni. 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. PT Buku Kita. Bustan. 2006. Pengantar epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta Depkes RI. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Depkes RI. 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Depkes RI. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi. Direktorat Bina Gizi masyarakat. Dinkes Sulsel. 2007. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2006. Dinkes Sulsel. 2006. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005. Depkes. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, RI 2008. Prasetyono. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: Diva Press. Suparmanto, Astuti, Sri. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta, Direktorat Bina Gizi Masyarakat 75