BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

akan memberikan seseorang keterampilan hidup (life skill) sehingga

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia. tahun 1945 menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Republik

KATA PENGANTAR. menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan oleh sebab itu setiap Warga Negara Indonesia berhak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II TELAAH PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

BAB I PENDAHULUAN BAB I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan kualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*)

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pendidikan yang bermutu dan merata diseluruh wilayah Negara Indonesia membuat seluruh warga negara Indonesia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menguasai keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Pemerintah melalui Kemendikbud dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan di atas, telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pembaharuan dan perubahan kebijakan sistem pendidikan merupakan salah satu ikhtiar pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 3 Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, 1

2 sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. Memahami isi dari tujuan pendidikan tersebut, maka pendidikan harus mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik secara optimal baik dalam bidang moral, spiritual, dan intelektualnya secara berkesinambungan dan holistik. Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 053/V/2001, tanggal 9 April 2001 tentang Pedoman Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah bertujuan untuk: (a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka pengelolaan sekolah harus dilakukan secara profesional dan perlu menerapkan manajemen pendidikan yang efektif agar dapat mengembangkan potensi peserta didik, sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang mengakar pada karakter bangsa. Dengan kata lain, salah satu strategi yang menentukan mutu pengembangan SDM di sekolah untuk kepentingan bangsa di masa depan adalah peningkatan kontribusi manajemen pendidikan yang berorientasi mutu (quality oriented).

3 Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis dan akademik sekarang dan masa depan (Arcaro, 2007: 77). Secara umum mutu mengandung arti derajat (tingkat) keunggulan suatu suatu produk baik berupa barang maupun jasa; baik yang berbentuk (tangible) maupun yang tidak berbentuk (intangible). Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan (Depdiknas, 2005). Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, bahan ajar (kognitif, afektif, psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana dan prasarana sekolah, dukungan administrasi, dan sumber daya lainnya, serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun diluar kelas, dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Pengelolaan atau biasa disebut manajemen dalam rangka mencapai mutu, berperan sangat penting dalam memberdayakan dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki. Hamalik (2007:16) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses sosial yang berkenaan

4 dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Pengelolaan sekolah merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk dapat mencapai tujuan sekolah. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan performansi (kinerja) sekolah dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, baik tujuan nasional maupun institusional. Keberhasilan pencapaian tujuan tersebut akan tampak dari beberapa faktor sebagai indikator kinerja yang berhasil dicapai oleh sekolah (Rohiat, 2008: 31). Peraturan Pemerintah No. 19/2005 pasal 91 menyatakan bahwa untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, setiap satuan/program pendidikan harus memenuhi/melampaui standar. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian standar oleh suatu satuan pendidikan, maka perlu dilaksanakan akreditasi (PP 19/2005, psl. 81). Berdasarkan Permen No.29/2005 Akreditasi sekolah/madrasah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu sekolah/madrasah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh BAN-S/M (Badan Akreditasi Nasional- Sekolah/Madrasah) yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan. Adapun standar yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu sekolah/madrasah adalah 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19/2005 meliputi:

5 1. Standar Isi, [Permen 22/2006] 2. Standar Proses, [Permen 41/2007] 3. Standar Kompetensi Lulusan, [Permen 26/2006] 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Permen 13/2007 Tentang Kepala sekolah - Permen 16/2007 Tentang Guru - Permen 24/2008 Tentang Tenaga Administrasi 5. Standar Sarana Dan Prasarana [Permen 24/2007] 6. Standar Pengelolaan, [Permen 19/2007] 7. Standar Pembiayaan, [PP. 48/2008] 8. Standar Penilaian Pendidikan. [Permen 20/2007] Hasil penilaian dalam akreditasi sekolah digunakan untuk memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program pendidikan, memberikan pengakuan peringkat kelayakan, dan memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan. Bagi sekolah yang telah mencapai kriteria minimal 8 SNP, maka peringkat sekolah yang bersangkutan adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) untuk jenjang pendidikan dasar, atau Sekolah Kategori Mandiri (SKM) bagi jenjang pendidikan menengah. Disamping dituntut untuk mencapai 8 SNP, sekolah juga didorong untuk mengembangkan diri sehingga melampaui SNP, untuk menjadi antara lain Sekolah Berstandar Internasional (SBI), Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), Sekolah Model, Sekolah Plus, dan lain-lain. Melalui penerapan

6 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), suatu sekolah didorong untuk dapat mengembangkan program khusus, sesuai dengan sumber daya yang dimiliki, misalnya program akselerasi, program inklusi, program bilingual, dan program olimpiade sains, sebagai ciri keunggulan sekolah yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan program dan kegiatan Depdiknas melalui berbagai direktorat jenderal beserta direktorat yang berada di bawah naungannya. Semua program dan kegiatan itu senantiasa berada di area tiga pilar kebijakan pendidikan nasional yaitu: a) Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; b) Peningkatan mutu, relevansi pendidikan, dan daya saing; c) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik. Olimpiade Sains Nasional (OSN) adalah salah satu bentuk kegiatan pendidikan yang masuk dalam area pilar kedua di atas. Sebab OSN merupakan kegiatan yang bertujuan: a) Menumbuh-kembangkan sikap kompetitif yang sehat di kalangan siswa SD/MI, SDLB/SD Inklusi (tunanetra/ tunarungu/ tunadaksa ringan), SMP/MTs, dan SMA/MA pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional; b) Menjaring siswasiswi unggul dibidang sains dan teknologi untuk dipersiapkan menjadi anggota tim nasional dalam kompetisi internasional; c) Memotivasi siswa agar lebih gemar belajar sains; dan d) Memacu peningkatan mutu pendidikan khususnya di bidang sains dan teknologi. Setidaknya ada tiga manfaat Olimpiade Sains Nasional (OSN). Pertama, memotivasi siswa-siswi yang melihat teman-teman dan kakak-

7 kakak kelasnya berhasil dalam OSN. Kedua, OSN sebagai benchmark antar daerah. Sehingga kita bisa melihat sejauh mana perkembangan masingmasing daerah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajarannya. Ketiga, bila ditemukan ketidakseimbangan peraih juara antar daerah, mestinya itu akan menjadi bahan bagi kita untuk melakukan upaya peningkatan mutu di daerah yang minim juara OSN. SMA Negeri Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) yang terletak di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen, adalah SMA yang relatif masih baru. Bekerjasama dengan lembaga PASIAD dari Turki, sekolah ini menerapkan kurikulum nasional plus, dengan pengajaran sistem bilingual. Dalam usianya yang baru memasuki tahun keempat, SMA Negeri SBBS telah mampu meraih banyak medali Olimpiade Sains, baik tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Bahkan pada OSN 2011 di Manado, SMA Negeri SBBS adalah sekolah peraih medali terbanyak seluruh Indonesia. Partisipasi SMA Negeri SBBS dalam olimpiade sains tidak jarang juga mengikutsertakan siswanya dalam bidang matematika. Matematika sebagai salah satu bidang studi sains yang dilombakan dalam ajang kompetensi olimpiade sains diperlukan adanya pengelolaan pembelajaran matematika bagi pihak sekolah agar siswanya bisa berprestasi dalam Olimpiade Sains. Pengelolaan tersebut mulai dari perencanaan sampai evaluasi pembinaan Olimpiade sains.

8 Berdasarkan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya pembelajaran sains matematika di SMA, maka perlu adanya kajian lebih lanjut tentang pengelolaan mutu pendidikan yang salah satunya adalah pengelolaan pembelajaran matematika berbasis Olimpiade Sains. Dalam rangka mendiskripsikan pengelolaan pembelajaran matematika berbasis Olimpiade Sains, maka penelitian ini mengambil judul Pengelolaan Pembelajaran Matematika Berbasis Olimpiade Sains (Studi Situs di SMAN SBBS Gemolong Sragen). B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, maka fokus penelitian ini adalah Bagaimana pengelolaan pembelajaran matematika berbasis Olimpiade Sains di SMA Negeri SBBS Gemolong Kabupaten Sragen. Fokus penelitian dijabarkan menjadi 3 (tiga) sub-fokus: 1. Bagaimana penyusunan dan pengorganisasian perangkat pada pembelajaran metematika berbasis olimpiade sains di SMAN SBBS Gemolong Sragen? 2. Bagaimana pelaksanaan tujuan, materi, dan strategi pembelajaran matematika berbasis olimpiade sains di SMAN SBBS Gemolong Sragen? 3. Bagaimana penerapan alat dan kriteria pembelajaran matematika berbasis olimpiade sains di SMAN SBBS Gemolong Sragen?

9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendiskripsikan penyusunan dan pengorganisasian perangkat pada pembelajaran metematika berbasis olimpiade sains di SMAN SBBS Gemolong Sragen, 2. Mendiskripsikan pelaksanaan tujuan, materi, dan strategi pembelajaran matematika berbasis olimpiade sains di SMAN SBBS Gemolong Sragen, 3. Mendiskripsikan penerapan alat dan kriteria pembelajaran matematika berbasis olimpiade sains di SMAN SBBS Gemolong Sragen. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi SMA Negeri SBBS Gemolong Sragen a. Bahan pertimbangan kepala sekolah dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. b. Referensi guru dalam menentukan teknik-teknik pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan c. Referensi bagi siswa dalam mengkritisi kebijakan kepala sekolah ataupun guru dalam pelaksanaan pembelajaran 2. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan a. Informasi bagi jajaran Kemendikbud, khususnya sebagai kontrol terhadap mutu pendidikan yang dilaksanakan SMA Negeri SBBS Gemolong Sragen

10 b. Sebagai kajian teori praktis dalam menetapkan kebijakan-kebijakan dalam rangka memacu pelaku pendidikan praktis untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Sebagai dasar penetapan kebijakan kepada SMA Negeri SBBS Gemolong Sragen, untuk komitmen menjaga mutu pendidikan. 3. Bagi Masyarakat a. Sebagai informasi tentang pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri SBBS Gemolong Sragen. b. Sebagai bahan dalam mengkritisi peningkatan mutu pendidikan di SMA Negeri SBBS Gemolong Sragen. c. Bahan perbandingan pelaksanaan pembelajaran dengan sekolah lain.