Pada gambar IV-1, melihatkan hubungan klasifikasi tanah dengan daya dukung tanah (nilai CBR) pada umumnya.

dokumen-dokumen yang mirip
Traffic Analisis. 1. Design Lane, jumlah arus lalulintas pada setiap lane. Pakai lane (lajur) yang terbesar ESAL arus lalulintasnya.

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

Perencanaan Bandar Udara

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TRUK BATUBARA TERHADAP UMUR SISA DAN UMUR RENCANA PERKERASAN LENTUR ABSTRAK

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

STABILISASI TANAH DASAR ( SUBGRADE ) DENGAN MENGGUNAKAN PASIR UNTUK MENAIKKAN NILAI CBR DAN MENURUNKAN SWELLING

EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK

PENGARUH STABILISASI ASPAL EMULSI TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN TANAH DASAR YANG BERASAL DARI TANAH LUNAK

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

HUBUNGKAN KECAMATAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP NILAI CBR MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK

V. CALIFORNIA BEARING RATIO

PENGARUH VARIASI GRADASI DAN TINGKAT KEPADATAN TERHADAP NILAI KOEFISIEN DRAINASE DAN KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF DARI LAPIS AGREGAT

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DAN AASHTO 1993 RUAS JALAN BY PASS KOTA PADANG STA s/d

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Baru Menggunakan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013 Dengan Metode Road Note 31

STABILISASI TANAH DASAR ( SUBGRADE ) DENGAN MENGGUNAKAN PASIR UNTUK MENAIKKAN NILAI CBR DAN MENURUNKAN SWELLING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PA VEMENT) DENGAN PROGRAM ELCON DAN METODE ASPHALT INSTITUTE TESIS

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

PENGARUH VARIASI GRADASI DAN TINGKAT KEPADATAN TERHADAP NILAI KOEFISIEN DRAINASE DAN KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF DARI LAPIS AGREGAT TESIS MAGISTER

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

KARAKTERISTIK CAMPURAN BETON ASPAL DENGAN LIMBAH PLTU SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT SEBAGIAN TESIS ROBBY TRIAWAN NIM :

ESTIMASI NILAI MODULUS ELASTIS LAPISAN BERASPAL MENGGUNAKAN HAMMER TEST

Menghitung nilai PCN dengan interpolasi linier nilai ACN pesawat sesuai dengan daya dukung perkerasan hasil perhitungan pada

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

STRUKTUR PERKERASAN PORUS MENGGUNAKAN PEMBEBANAN SKALA MODEL

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GRADASI TERHADAP NILAI CBR MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK

konstruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang terjadi sebagai

B U K U A J A R. Mata Kuliah : Rekayasa Jalan 2 (Perkerasan Jalan) SKS : 1 Semester : 4 Program Studi : Diploma III Jurusan Teknik Sipil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

POKOK BAHASAN II KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA AASHTO

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan lainnya hanya bersifat

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGARUH BEBAN BELEBIH (OVERLOAD) TERHADAP PENGURANGAN UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

BAB III METODE PERENCANAAN. Mulai. Perumusan masalah. Studi literatur. Pengumpulan data sekunder & primer. Selesai

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

ABSTRAK. Kata kunci: Kadar aspal, jenis kerusakan, dan JMF. iii

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Sipil FT UNS REKAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir

ANALISIS KERUSAKAN STRUKTUR PERKERASAN DAN TANAH DASAR PADA RUAS JALAN SEMEN NGLUWAR KABUPATEN MAGELANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

Transkripsi:

Ringkasan: PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN METODE THE ASPHALT INSTITUTE (1970) (dianjurkan para mahasiswa membaca buku aslinya) Oleh: Bachnas. Bagian 2: MATERIALS. Setiap material yang digunakan untuk lapisan perkerasan harus diuji kwalitasnya. Lapisan perkerasan dengan metoda Asphalt Institute ada dua macam, yaitu: 1. Full Depth Asphalt Pavement, terdiri dari lapis subgrade dan asphalt concrete. 2. Untreated Granular Bases, terdiri dari lapis subgrade, lapis base course dan asphalt concrete. Subgrade, merupakan lapis tanah yang paling bawah dari sistim konstruksi perkerasan jalan. Subgrade sering juga disebut basement soil atau foundation soil. Tanah sebagai subgrade harus dites tentang sifat-sifatnya (kembang-susut, plastisitas, kohesi), kepadatan dan daya dukung tanah. Daya dukung tanah bisa menggunakan: 1. California Bearing Ratio (CBR). 2. Resistence (R) value. 3. Bearing Value Determination (Plate Bearing Test). Pada gambar IV-1, melihatkan hubungan klasifikasi tanah dengan daya dukung tanah (nilai CBR) pada umumnya. Untreated Granular Bases, merupalan lapis antara lapis subgrade dengan lapis beton aspal (lapis permukaan).

Bahan yang digunakan adalah batuan alam atau batu pecah/split yang bergradasi. Setiap bahan yang dipakai sebagai base course ini harus dites kualitas, kekuatannya dan daya dukungnya (lihat halaman 42). Untuk lapis permukaan (surface course) menggunakan beton aspal, banyak macam beton aspal yang dapat digunakan (AC, SMA, HRA), dan juga ada dua cara pencampuran beton aspal tersebut dengan cara panas dan dingin ( hot mix, cold mix). Setiap macam campuran beton aspal yang akan digunakan sebagai lapis permukaan (surface course) harus memenuhi persyaratan sebagai bahan lapis permukaan perkerasan jalan. Environmental Effects, kondisi alam dan lingkungan akan mempengaruhi kekuatan struktur perkerasan jalan. Daya dukung kontruksi akan menurun akibat dari: a. kandungan air. b. kembang-susut. c. pengaruh suhu dingin. Perencanaan ketebalan lapisan dari struktur perkerasan (Thickness Design of Pavement Structure). Pada bagian terdahulu telah disampaikan bahwa ada 2 (dua) macam cara pembentukan lapisan perkerasan dengan metode The Aspahalt Institute. a. Full Depth Asphalt Pavemen, terdiri dari lapis subgrade dan asphalt concrete. b. Untreated Granular Bases, terdiri dari lapis subgrade, lapis base course dan asphalt concrete. Untuk penentuan ketebalan masing-masing lapisan dapat menggunakan gambar/grafik V-1 dan V-2. Gambar/grafik V-1, digunakan jika kekuatan tanah/subgrade dihitung dengan CBR atau Plate Bearing Test.

Gambar/grafik V-2, digunakan jika kekuatan subgrade dihitung dengan R-value. Contoh: Dianggap nilai CBR dari subgrade = 7%. Design Traffic Number (DTN) = 2100. Penyelesaian: 1. Tempatkan nilai CBR 7% pada garis vertikal (garis berskala) B. 2. Tempatkan harga DTN pada garis (garis berskala) C. 3. Tarik garis dari titik nilai CBR 7% (pada garis B) ke titik DTN pada garis C, maka didapat titik pada garis berskala digaris A. 4. Didapat/terbaca skala pada garis A sebesar 10.4 inches, dibulatkan 10.5 inches. Berarti ketebalan beton aspal dengan cara Full Depth Asphalt Pavement T A = 10.5 inches. Tabel berikut adalah persyaratan batas minimum ketebalan Lapisan Beton Aspal (Full Depth Asphalt Pavement). Design Traffic Number (DTN) Minimum T A, Inches Less than 10 4 10-100 5 100-1000 6 More than 1000 7 Rencana Konstruksi Bertahap (Planned Stage Construction). Dalam pelaksanaan dapat saja dilakukan ketebalan lapisan Beton Aspal dilakukan dengan dua tahapan. Dari hasil hitungan untuk 20 tahun dilakukan 2 tahapan pengerjaan ketebalan lapisan atas. Tahap pertama ketebalan dapat dikurangi setebal 1 sampai 2 inches dari hasil hitungan untuk 20 tahun.

Tahap kedua dihitung kembali kapan pelapisan berikutnya dilakukan. Hal ini menguntungkan dilakukan, antara lain; 1. Dapat meng-evaluasi tampilan dari muka jalan (kerusakan muka jalan setelah dipakai sekian tahun). 2. Dapat meng-evaluasi kondisi lalulintas setelah berjalan sekian tahun (pertumbuhan lalulintas, jumlah dan macam kendaraan berat). 3. Dapat lebih mengefektifkan pemakaian dana (penanaman dana awal tidak menjadi besar). Langkah Perencanaan. Pertama hitung ketebalan lapis permukaan untuk 20 tahun (T A untuk 20 tahun). Kemudian T A 20 tahun tersebut dikurangi sebesar 1 sampai 2 inches (T A 20 1s/d 2 inches). Selanjutnya gunakan Gambar/grafik V-1 atau V-2 untuk mendapatkan tahun keberapa tahap ke 2 harus dilakukan. Langkahnya adalah sbb: 1. Harga T A 20 1 atau 2 diplotkan pada garis skala A. 2. Plotkan nilai CBR dr subgrade pada garis skala B. 3. Trik garis dr titik A ke titik B sehingga memotong garis skala C. 4. Baca skala pada garis skala C, nilai tersebut adalah harga DTN. 5. Bagi DTN dengan ITN untuk mendapatkan Faktor Penyesuaian (Adjustment Factor) ITN. 6. Ploting Faktor Penyesuaian ITN pada tabel III-3. Sesuaikan juga persentase pertumbuhan lalulintas atau di-interpolasi untuk mendapatkan tahun perencanaan (Design Period).

Contoh: DTN = 2100, Nilai CBR dari subgrade = 7%. Hasil rencana untuk 20 tahun didapat T A = 10.5. Jika untuk tahap pertama T A 1.5, maka tentukan tahap ke 2 dilaksanakan pada tahun keberapa setelah tahap 1, agar perencanaan 20 tahun terpenuhi. Penyelesaian: 1. Masukan pada gambar V-1 pada garis A harga 10.5 1 = 9. 2. Tetukan titik pada garis B, nilai CBR = 7%. 3. Tarik garis dr titik 9 pd garis A ke titik CBR = 7% pd garis B. Garis tersebut diteruskan sehingga memotong garis C. 4. Baca titik potong pada garis C, didapat DTN = 450. 5. Bagi DTN = 450 dengan ITN = 1400 (ITN = 1400 didapat saat menghitung DTN = 2100, lihat halaman 5 pada ringkasan ini). Faktor Penyesuaian = DTN/ITN = 450/1400 = 0.32 6. Dengan Angka Pertumbuhan Lalulintas = 4%, dan Faktor Penyesuaian sebesar 0.32 dari tabel III-3 diinterpolasi maka didapat Design Period sebesar 5.8 tahun. Dibulatkan 6 tahun. Example: A section of interurban highway is to be built by planned stage construction. Initial Daily Traffic (IDT) is estimated to be 2,500 vehicles, of which 10% are heavy trucks of 35,000 pounds average gross weight. The heavy trucks in design lane are estimated to be 45 percent of the total number of heavy trucks. The legal single axel load limit is 18,000 pounds. Annual growth Rate is estimated to be 4 percent.

Solutian: IDT = 2500 vehicles. A = 10%. B = 45%. Number of heavy trucks = IDTxAxB = 25000x10%x45% = 112.5. By using figure III-1, ITN = 70 ESAL. 1. Stage 1 design period selected to be 3 years. Adjustment Factor 20.y = 1.49 (table III-3). Adjustment Factor 3.y = 0.155 (table III-3). 2. DTN 20 = FAxITN = 1.49x70 = 104. DTN 3 = FAxITN = 0.155x70 = 11. 3. Design subgrade strength value, R-Value = 45. 4. Total thickness of asphalt concrete pavement structure, T A for 20 years = 8.0 inches (figure V-2). 5. Total thickness of asphalt concrete pavement structure, T A for 3 years = 5.5 inches (figure V-2). 6. Stage 2 (after 3 years) estimated thickness then is = 8-5.5 = 2.5 inches. UNTREATED GRANULAR BASES. Bentuk konstruksi yang lain dari Full Depth Asphalt Pavement adalah penambahan lapisan Base setelah Sub Grade, sehingga lapisan perkerasan menjadi tiga tahapan, Sub Grade, Base dan lapisan permukaan dari beton aspal. Tamabahan lapisan Base ini adalah mengurangi ketebalan dari lapisan beton aspal. Pengurangan dari ketebalan secara penuh menjadi ketebalan minimum dari beton aspal. Hasil pengurangan tersebut disubstitusikan (Substitution Ratio = S r ) menjadi ketebalan Base. Batas ketebalan minimum dari lapis beton aspal dapat dihitung dengan menggunakan figure B-1. Besar angka substitusi ditentukan oleh kualitas dari bahan dan kepadatan dari lapis Base tersebut. Kualitas dari lapis Base (Untreated Granular Base) dibedakan menjadi dua macam, highquality dan low-quality.

Untuk high-quality mempunyai angka S r = 2, dan low-quality dengan angka S r = 2.7. Persyaratan untuk high-quality dan low quality seperti tabel berikut ini: Test Low-Quality High-Quality CBR minimum, or R-Value minimum Liquid Limit, maximum Plasticity Index, maximum Sand Equivalent, minimum Passing No.200 sieve, max 20 55 25 6 25 12 100 80 25 NP 50 7 Contoh konversi pada Granular Base. Asumsi kondisi untuk perencanaan suatu jalan. 1. DTN = 80. 2. CBR dari subgrade = 4%. 3. Dari hasil hitungan didapat tebal total lapis beton aspal adalah T A = 9.5 inches. Diasumsikan kualitas dari lapis base adalah high-quality. Dengan menggunakan gambar B-1 didapat ketebalan lapis beton aspal minimum adalah sebesar 5 inches. Maka ketebalan dari lapis granular base adalah = S r x (9.5 5) = 2x4.5 = 9 inches. 4. Pelapisan dari struktur perkerasan tersebut adalah seperti gambar berikut ini: (gambar akan digambarkan pada saat kuliah)