HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN FREKWENSI MENYIKAT GIGI TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV SDN 28 MATARAM

dokumen-dokumen yang mirip
GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. dalam terjadinya berbagai penyakit gigi. Kebersihan gigi dan mulut di Indonesia

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN DALAM PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT (PHPM) SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

Rawati Siregar, Jessi Sihotang Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

THE CONCEPTION OF PLAQUE SCORE ON 7TH GRADE STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 1 GODEAN SLEMAN

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : THOMAS RIADI PURBA NIM:

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT PADA LANSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Batasan dan karakteristik Ketunanetraan

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI MENGGUNAKAN SANDIWARA BONEKA TERHADAP PENGETAHUAN DAN OHI-S MURID KELAS IV SDN GOBRAS I TASIKMALAYA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

Asnita Bungaria Simaremare, Rosdiana T Simaremare Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

EFEKTIVITAS SIKAT GIGI MASSAL DI SEKOLAH DASAR BINAAN JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES PONTIANAK BERDASARKAN ANGKA KARIES GIGI TAHUN 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

*coret yang tidak perlu

KERANGKA ACUAN KEGIATAN SIKAT GIGI MASSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SETELAH MAKAN PAGI PADA ANAK KELAS II SD ISLAM AZ-ZAHRAH DENGAN ANAK SDN 167 PALEMBANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

Tujuan Umum. Tujuan Khusus

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

PEMBERDAYAAN KADER PKK DAN KADER POSYANDU SEBAGAI KADER KESEHATAN GIGI DAN MULUT

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/WALI OBJEK PENELITIAN. Kepada Yth, Orang Tua/Wali Ananda :..

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

PENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK...

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN FREKWENSI MENYIKAT GIGI TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV SDN 28 MATARAM ABSTRAK RAHMIDIAN SAFITRI Akademi Kesehatan Gigi Karya Adi Husada Mataram e-mail : akg.mataram@yahoo.co.id Masalah kesehatan gigi dan tingkat kebersihan mulut mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan penyangga gigi, sehingga peranan kesehatan gigi dan mulut dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yang optimal sangat perlu diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan frekwensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV SDN 28 Mataram. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan siswa kelas IV SDN 28 Mataram tentang frekwensi menyikat gigi terhadap kesehatan gigi dan mulut, dimana hubungannya rendah dengan nilai R 2. = 10.02%, Ini berarti pengetahuan tentang frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut memberikan kontribusi sebesar 10.02% dan sisanya 89,98% % ditentukan oleh faktor lain. Kata kunci : Tingkat pengetahuan, kebersihan gigi dan mulut PENDAHULUAN Pembangunan di bidang kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan (UU Kesehatan No 23, 1992). Masalah kesehatan gigi, tingkat kebersihan mulut mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan penyangga gigi (periodontal), sehingga peranan kesehatan gigi dan mulut dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yang optimal sangat perlu diperhatikan. Sebab penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit prevalensi terbesar dari masalah-masalah kesehatan nasional. Saat ini untuk menjaga kebersihan adalah dengan menyikat gigi yang baik dan benar (Susanto, 2007). Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang semua golongan umur, yang bersifat progresif bila tidak dirawat / diobati maka akan parah. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal bisa dicapai dengan meningkatkan upaya promotif preventif sejak usia dini sampai dengan usia lanjut (Depkes RI, 2004). Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien untuk agar membersihkan gigi dan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap sebagai instruksi dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasein sadar akan pentingnya kebersihan gigi dan mulut (Manson, 2002). Kebersihan gigi dan mulut adalah tanggung jawab dari masing-masing individu, dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dilakukan dengan cara menyikat gigi 2 kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur secara sistematis, dan tidak ada sisa makanan tertinggal (Ghofur, 2012). Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan menggunakan OHI-S. OHI-S (Oral HygieneIndex Simplified) adalah pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI). Debris Index adalah skor/nilai dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi penentu. Calculus Index adalah skor/nilai dari karang gigi yang melekat pada gigi penentu (Herijulianti, 2002). Plak merupakan penyebab lokal dan utama terbentuknya penyakit gigi dan mulut seperti karies (lubang gigi), kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi), dan lain sebagainya. Plak tidak dapat dihindari pembentukannya. Cara yang paling murah dan umum Hubungan Tingkat Pengetahuan Frekwensi Menyikat Gigi..Rahmidian Safitri 117

dilakukan untuk menghindari terjadinya plak adalah dengan sikat gigi minimal dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Plak gigi hanya dapat dilihat dengan pewarna pada gigi. Pewarna yang digunakan dikenal dengan nama disclosing agent (Ghofur, 2012). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia (Anitasari dan Rahayu, 2005). Sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Kondisi itu akan berpengaruh pada derajat kesehatan mereka, proses tumbuh kembang bahkan masa depan mereka. Di Jakarta, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka itu diduga lebih parah di daerah serta anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah (Zantnika, 2009). Kesehatan gigi dan mulut anak pada saat ini masih sangat perlu untuk diperhatikan, karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulut mereka dan kurangnya pengetahuan tentang menyikat gigi yang baik dan benar terhadap kebersihan gigi dan mulut. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV SDN 28 Mataram? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV SDN 28 Mataram. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, dimana peneliti mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat itu terjadi, dengan pendekatan crossektional yaitu penelitian yang mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan diobservasi sekaligus pada saat yang sama (Pratiknyo, 2007). Dalam hal ini mencari hubungan antara tingkat pengetahuan prekwensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut, yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2015, pada siswa siswi kelas IV SDN 28 Mataram. dengan mengambil 45 orang sampel secara sensus yaitu mengambil seluruh populasi sebagai sampel penelitian Variabel, Definisi Oprasional dan Cara Pengukuran No Variabel Definisi oprasional Cara pengukuran kriteria 1 pengetahuan Pengetahuan siswa tentang Dengan cara wawan cara ordinal menyikat gigi cara menyikat gigi yang menggunakan kuesioner siswa baik dan benar dan waktu baik : 80-90 menyikat gigi, serta Cukup : 60-79 pengetahuan siswa tentang bagaimana cara memelihara kebersihan gigi dan mulut Kurang : < 60 Dan melakukan sikat gigi masal 2 Kebersihan gigi dan mulut Kebersihan gigi dan mulut siswa dapat diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan OHIS Menghitung skor OHIS dengan menggunakan Oral Diagnostik (OD) dengan skor :Baik : 0,0-1,2 Sedang : 1,3-30 Buruk : 3,1-6,0 Ordinal Hubungan Tingkat Pengetahuan Frekwensi Menyikat Gigi..Rahmidian Safitri 118

2012). Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan alat statistic kolerasi (Budiman, Rumus koefisien korelasi n x i y i x i ( y i ) {n x i 2 ( x i ) 2 }{n y i 2 ( y i ) 2 } Keterangan : X = variabel X, Y = variabel Y, = sigma (penjumlahan), n = jumlah sampel Tabel 1. Kriteria Penilaian koefisien korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan 0,000 0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,00 Sangat kuat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negri 28 Mataram No Jenis kelamin Jumlah Persentase 1 Laki laki 27 60% 2 Perempuan 18 40% Total 45 100% Berdasarkan Tabel 2 di atas jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan yang terdiri dari (60%) responden laki-laki dan (40%) responden perempuan. Tabel 3 tingkat pengetahuan menyikat gigi pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negri 28 Mataram Tingkat Pengetahuan Menyikat Gigi No Jenis kelamin Baik Sedang Buruk Total 1 Laki laki 24 3 1 28 2 Perempuan 16 1 0 17 Total 40 4 1 45 Persentase 89% 9% 2% 100% Dari Tabel 3 di atas diperoleh hasil tidak ada respondeng perempuan dengan tingkat pengetahuan kurang. Adapun tingkat pengetahuan kurang terdapat 1 responden laki-laki dengan persentase 2% dari responden atau sampel yang digunakan. Tabel 4. nilai OHI-S pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negri 28 Mataram sebagai berikut : Nilai OHI-S No Jenis kelamin Baik Sedang Buruk Total 1 Laki-laki 17 10 0 27 2 Perempuan 12 6 0 18 Total 29 16 0 45 Persentase 64% 36% 0 100% Hubungan Tingkat Pengetahuan Frekwensi Menyikat Gigi..Rahmidian Safitri 119

Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa dari 45 responden nilai OHI-S dengan kriteria baik yaitu 64% dengan responden laki-laki dan perempuan sedangkan nilai OHI-S dengan kriteria sedang yaitu 36% dengan responden laki-laki dan perempuan sedangkan nilai OHI-S dengan kriteria buruk yaitu 0. Analisa Korelasi Sederhana Nilai 0.3170382 hal ini berarti bahwa korelasi antara pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut merupakan korelasi negatif dan berada pada tingkat hubungan rendah. Koefisien Determinasi : r 2 = 0.3170382 2 r 2 = 0.1005132 Besarnya sumbangan (KD) atau pengaruh pengetahuan tntang frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut adalah : KD = 0.317 2 100% = 10.02, hal ini berarti bahwa pengetahuan frekuensi menyikat gigi memberikan kontribusi sebesar 10.02% terhadap kebersihan gigi dan mulut dan sisanya 89.98 ditentukan oleh faktor lain. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN 28 Mataram tentang hubungan tingkat pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut yang meliputi pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang benar, frekuensi dan waktu menyikat gigi dan jenis makanan yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. Dari 45 responden yang telah diamati maka didapatkan hasil penelitian,berdasarkan tingkat pengetahuan menyikat gigi dengan kriteria kurang sebanyak 1 responden yang terdiri dari 1 orang laki-laki dengan persentase 2%, adapun kriteria sedang sebanyak 4 responden yang terdiri dari 3 responden laki-laki dan 1 responden perempuan dengan persentase 9%, sedangkan untuk kriteria baik sebanyak 40 responden yang terdiri dari 24 responden laki-laki dan 16 responden perempuan dengan persentase 89%. Sedangkan hasil analisa data antara tingkat pengetahuan dengan nilai OHI-S bahwa respon dengan tingkat pengetahuan kurang memiliki nilai OHI-S buruk sejumlah 0 responden. Adapun responden dengan tingkat pengetahuan sedang memiliki nilai OHI-S sedang dengan jumlah 16 responden yang terdiri dari 10 orang responden laki-laki dan 6 orang responden perempuan dengan persentase 36%. Adapun responden dengan tingkat pengetahuan baik memiliki OHI-S baik dengan jumlah 29 responden yang terdiri dari 17 responden laki-laki dan 12 responden perempuan dengan persentase 64%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkat pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut. Hal ini membuktikan dari hasil perhitungan dengan menggunakan statistika korelasi sederhana yang menunjukkan hasil 0,3170382 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang rendah antara tingkat pengetahuan menyikat gigi dengan kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV SDN 28 Mataram. Nilai yang sudah diketahui dimasukkan kedalam rumus koefisien korelasi sederhana agar mendapatkan nilai ( r ) atau nilai koefisien korelasi (hubungan), koefisien ini benilai antara -1 sampai dengan +1. Berikut ini rumus dan data yang dimasukkan sebagai berikut : n x i y i x i ( y i ) {n x 2 i ( x i ) 2 }{n y 2 i ( y i ) 2 } 45 3674 (3710 45,1) 45 308500 3710 2 { 45 52,6 45,1 2 } 165330 167321 13882500 13764100 (2367 2043,01) 1991 118400 332,99 1991 39426016 1991 6280 0,317 Hubungan Tingkat Pengetahuan Frekwensi Menyikat Gigi..Rahmidian Safitri 120

Jadi Nilai r atau koefisien korelasi = 0.317 ini berarti bahwa korelasi antara pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut merupakan korelasi negatif dan berada pada tingkat hubungan rendah. kenapa dikatakan ada pada tingkat hubungan rendah, karena dilihat nilai dari ( r ) = 0.317 menunjukkan kolom kedua pada tabel 5 (pedoman untuk menginterprestasikan koefisen korelasi ) jadi nilai( r ) termasuk berada pada tingkat hubungan rendah. Tabel 5. Pedoman untuk menginterprestasikan koefisien korelasi ( r ) Interval Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat rendah 0,200-0,399 Rendah 0,400-0,599 Sedang 0,600-0,799 Kuat 0,800-1,00 Sangat kuat Untuk mencari nilai KD ( Besar sumbangan ) atau pengaruh pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut, digunakan rumus sebagai berukut : Koefisien Determinasi : r 2 = 0.317 2 r 2 = 0.1005132 Besarnya sumbangan (KD) atau pengaruh pengetahuan frekuensi menyikat terhadap kebersihan gigi dan mulut adalah : KD = 0.317 2 100% = 10.02, hal ini berarti bahwa pengetahuan frekuensi menyikat gigi memberikan kontribusi sebesar 10.02% terhadap kebersihan gigi dan mulut dan sisanya 89.984868% ditentukan oleh faktor lain. Semakin tinggi pengetahuan mengenai cara membersihkan gigi maka semakin baik tingkat kebersihan gigi, sebaliknya semakin rendah pengetahuan mengenai cara membersihkan gigi, semakin jelek pula kebersihan gigi dan mulutnya. Menggosok gigi yang teratur akan menyebabkan kondisi rongga mulut semakin bersih dan baik, karena salah satu mengontrol plak yang dapat mencegah karies (Ghofur, 2012). Faktor yang terpenting dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah faktor kesadaran dan prilaku hiegenis mulut secara personal karena kegiatannya dilakukan dirumah tanpa pengawasan siapapun, sepenuhnya dari pengetahuan pengalaman kesadaran serta kemauan pihak individu untuk menjaga kebersihan gigi dan mulutnya (Wawan dan Dewi, 2010). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan analisa data tentang hubungan tingkat pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas IV SDN 28 Mataram, bahwa adanya hubungan yang rendah terhadap tingkat pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV SDN 28 Mataram dengan nilai korelasi 0,31. Maka dari itu pengaruh pengetahuan frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut adalah 10.02%, hal ini berarti bahwa pengetahuan frekuensi menyikat gigi memberikan kontribusi sebesar 10.02% terhadap kebersihan gigi dan mulut dan sisanya 89,98% % ditentukan oleh faktor lain. Bukan hanya dari pengetahuan tentang menyikat gigi saja akan teteapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain. Saran-saran 1. Untuk pelayanan kesehatan dalam hal ini terutama tengan keseahatan perlu meningkatkan upaya promotif terutama penyuluhan tentang cara menyikat gigi. 2. Untuk orang tua siswa perlu memberikan pengawasan dan motivasi yang cukup bagi anak-anaknya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. 3. Untuk guru kelas IV SDN 28 Mataram hendak memberikan motivasi tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hubungan Tingkat Pengetahuan Frekwensi Menyikat Gigi..Rahmidian Safitri 121

DAFTAR PUSTAKA Anitasari, S dan Rahayu, N. E. (2005). Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi Dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan Palaran kota madya Samarinda provinsi Kalimantan Timur. Budiharto. 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta. Chandra Budiman. 2012. Pengantar Statistik Kesehatan. EGC. Jakarta Depkes RI, 1992. Pedoman Persyaratan UKGS. Jakarta. Depkes RI, 2004. Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta Forrres J O. 1995. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut. Jakarta. Ghofur Abdul. 2012. Kesehatan Gigi Dan Mulut. Ed. Ke -1. Mitra Buku. Herijulianti. Dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta. Hermawan Rudi. 2010. Menyehatkan Daerah Mulut. Ed. Ke -1. Buku Biru. Honginiyundali S dan Aditiawarman Mac. 2012. Kesehatan Gigi danmulut. Ed. Ke- 1. Pustaka Reka Cipta. Houwink, B. 1993.Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gajah Mada Universitsy Pres. Yogyakarta. Kien Nio Be. 1982. Preventive Dentistry, Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia. Bandung. Manson, J. D. Dkk. 2002. Buku Ajar Periodenti (Alih bahasa: Anastasia). Jakarta: Hipokrates. Margareta Shinta. 2012. 101 Tips & Terapi Alami agar Gigi Putih & Sehat. Ed. Ke- 1. Pustaka Cerdas. Notoatmojdo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta. Jakarta. Tarigan, R. 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut, EGC. Jakarta. Undang-undang, RI, No. 23, Tahun 1992, Tentang Kesehatan. Jakarta. Wawan, A dan Dewi M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta. Widyanti Niken Sriyono. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Medika fakultas kedokteran UGM. Yogyakarta. Zatnika, I. (2009) 89% Anak Derita Penyakit Gigi dan Mulut <http://www.pdgionline.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=467&itemid=1> [Diakses Minggu, 01 maret 2009]. Hubungan Tingkat Pengetahuan Frekwensi Menyikat Gigi..Rahmidian Safitri 122