SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Teknik PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG TERHADAP KUAT

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR PADA BATA BETON BERLUBANG DENGAN BAHAN IKAT KAPUR DAN ABU LAYANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENAMBAHAN LIMBAH ABU BATU BARA PADA BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB III LANDASAN TEORI

Semen portland pozolan

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

KUALITAS BATA BETON DARI BAHAN PASIR KALIJALI DENGAN CAMPURAN SEMEN PADA BERBAGAI VARIASI CAMPURAN LEBIH DARI 28 HARI

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA. Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

Pemanfaatan Limbah Sludge Kertas PT.Adiprima Suraprinta dalam Pembuatan Batako ABSTRAK

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

Mortar adalah campuran dengan komposisi tertentu antaray. bahan-ikat dan agregat halus (pasir) yang telah mengeras, dengan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

Transkripsi:

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Teknik PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR PADA BATA BETON BERLUBANG OLEH : NAMA : JOKO PRAKOSO NIM : 5150402557 PRODI : TEKNIK SIPIL, S1 JURUSAN : TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR PADA BATA BETON BERLUBANG telah disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Hari : Tanggal : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Ir. Dr. Iman Satyarno. ME Drs. Hery Suroso ST. MT NIP. NIP. 131763887 ii

HALAMAN PENGESAHAN Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian Skripsi Fakultas Taknik Jurusan Teknik Sipil pada : Hari : Tanggal : Ketua Panitia Ujian Sekretaris Drs. Henry Apriyatno ST. MT Drs. Henry Apriyatno ST. MT NIP. 131658240 NIP. 131658240 Dosen Pembimbing I Angota Penguji Ir. Dr. Iman Satyarno, ME ME NIP. 1. Ir. Dr. Iman Satyarno, NIP. Dosen Pembimbing II Drs. Hery Suroso ST. MT 2. Drs. Hery Suroso ST. MT. NIP. 131763887d dkhan NIP. 131763887d Drs. Tugino, MT Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik Prof. Dr, Soesanto NIP. 130875753 iii

PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Maret 2006 JOKO PRAKOSO NIM 5150402557 iv

KATA PENGANTAR Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi Strata 1 guna mencapai gelar Sarjana Teknik. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah membantu memberikan dorongan serta arahan demi terselesainya skripsi ini. Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang 2. Drs. Lashari, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNNES 3. Drs. Henry Apriyatno, MT, Ketua Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNNES 4. Drs. Hery Suroso ST. MT, Dosen pembimbing dari Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya penyusunan skripsi ini. 5. Ir. Dr. Iman Satyarno, ME, Dosen pembimbing dari Universitas Gajah Mada yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya penyusunan skripsi ini 6. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang telah memberikan materi, semangat dan doa selama penyusun mengerjakan skripsi v

7. Seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan ini, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Harapan penyusun, semoga skirpsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semarang, Maret 2006 Penyusun vi

ABSTRAK Komponen suatu bangunan terdiri dari pondasi, dinding, lantai, atap, dan lain lain. Salah satu alternatif kemudahan dan efisiensi waktu dalam pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton berlubang. Bata beton berlubang adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air secukupnya dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari 25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih besar dari 25% volume batanya. (SK SNI S 04 1989 F). Di Indonesia banyak sekali bahan-bahan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan untuk campuran bahan susun bata beton berlubang terutama bahan ikatnya. Salah satu bahan ikat alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi pamakaian semen portland adalah abu terbang. Variasi komposisi campuran didasarkan pada prinsip beton Abu Terbang Volume Tinggi / High Volume Fly Ash (HVFA). Abu terbang yang ditambahkan (dalam satuan berat) pada bata beton berlubang adalah 0; 1,3; 1,4; 1,5; 1,6; 1,8 terhadap komposisi 1 Pc : 8 Psr. Parameter yang diteliti dalam Skripsi ini meliputi karakteristik bahan susun bata beton berlubang, yakni pengujian gradasi pasir, berat janis pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir, dan gradasi abu terbang; kuat tekan dari mortar penyususn bata beton berlubang; kuat tekan dan nilai serapan air bata beton berlubang dengan bahan ikat tambahan abu terbang pada variasi komposisi yang telah direncanakan. Pengujian bata beton berlubang dilaksanakan sebanyak tiga kali, yakni pada umur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Dari hasil penelitian karakteristik bahan susun bata beton berlubang menunjukkan bahwa gradasi pasir Muntilan yang dipakai masuk pada zone 2, yakni Pasir agak kasar, berat jenis rata rata pasir Muntilan sebesar 2,566, kandungan lumpur rata rata pasir Muntilan sebesar 3,13 % < 5%,,kekekalan butir menggunakan Na 2 SO 4 sebesar 6,2 % < 12% dan kekekalan butir menggunakan MgSO 4 sebesar 7,19 % < 10%. Dari hasil penelitian mortar penyusun bata beton berlubang menunjukkan kuat tekan optimum pada variasi komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni sebesar 116 kg/cm 2. Dan untuk uji kuat tekan bata beton berlubang menunjukkan bahwa kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1,6 Fa : 1 Pc : 8 Psr, yakni 42,5 kg/cm 2 (mutu A2) pada umur 30 hari; dan 45,4 kg/cm 2 (mutu B1) pada umur 60 hari. Sedangkan bata beton berlubang pada umur 90 hari kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr, yakni 52,4 kg/cm 2 (mutu B1). Untuk nilai serapan air bata beton berlubang menunjukkan bahwa semakin banyak pasta, maka nilai serapan air menurun. Serapan air terbesar terjadi pada variasi komposisi 0 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni 13,57 %, dan nilai serapan air terkecil terjadi pada variasi komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr yakni 6,67 %. Kata Kunci : Bata beton berlubang, Abu terbang, Pozzolan, Mortar, Kapur bebas, Calsium Silikat Hidrat. vii

DAFTAR ISI Halam an HALAMAN JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... i ii iii iv v vii DAFTAR ISI... viii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... xii xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN... 1 B. PERUMUSAN MASALAH... 5 C. TUJUAN PENELITIAN... 5 D. MANFAAT PENELITIAN... 6 E. BATASAN MASALAH... 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 8 viii

1. Pengertian Bata Beton Berlubang... 8 2. Persyaratan Mutu Bata Beton Berlubang... 10 3. Keunggulan Bata beton berlubang... 11 4. Bahan Baku Pembuatan Bata Beton Berlubang... 13 a. Semen... 14 b. Pasir... 19 c. Air... 20 d. Abu Terbang... 21 e. Semen + Abu Terbang... 24 5. Mortar Penyusun Bata Beton Berlubang... 27 6. Penelitian Bata beton berlubang dan Pemanfaatan Abu Terbang... 29 B. Pemikiran Dasar... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan... 35 B. Alat... 35 C. Variabel Penelitian... 37 D. Tahapan Penelitian... 37 1. Pengadaan Bahan... 37 2. Pemeriksaan Bahan... 38 a. Pasir... 38 1) Pemeriksaan Berat Jenis... 38 2) Pemeriksaan Gradasi... 39 3) Pemeriksaan Kandungan Lumpur... 40 ix

4) Pemeriksaan Kekekalan Butir... 40 b. Semen... 41 c. Air... 41 d. Abu Terbang... 42 3. Proses Pembuatan Benda Uji Kubus Mortar... 42 a. Pembuatan Pasta Mortar... 42 b. Uji Sebar Pasta Mortar... 43 c. Pembuatan Benda Uji Kubus mortar... 43 4. Proses Pembuatan Bata Beton Berlubang... 44 a. Persiapan Bahan Susun Bata Beton Berlubang... 44 b. Pengadukan Campuran Bata Beton Berlubang... 45 c. Pembuatan Benda Uji Bata Beton Berlubang... 45 5. Perawatan... 46 6. Pengujian Kuat Tekan Kubus Mortar... 46 7. Pengujian Serapan Air Bata Beton Berlubang... 46 8. Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang... 47 E. Analisis Data... 48 1. Perhitungan Hasil Penelitian... 48 a. Berat Jenis Pasir... 48 b. Kandungan Lumpur Pasir... 48 c. Kuat Tekan Kubus Mortar... 48 d. Kuat Tekan Bata Beton Berlubang... 49 e. Serapan Air... 49 x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Bata beton berlubang... 50 1. Semen... 50 2. Abu Terbang... 50 3. Air... 50 4. Pasir... 51 B. Hasil Uji Sebar... 53 C. Kuat Tekan Mortar... 54 D. Kuat Tekan Bata Beton Berlubang... 55 E. Serapan Air Bata Beton Berlubang... 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 62 B. Saran... 63 DAFTAR PUSTAKA xi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Janganlah kita Kecewakan Orang Tua kita, Karena Mereka adalah Jembatan Kita Menuju Surga (Penulis) Keberhasilan dalam hidup adalah kemampuan diri untuk bersikap Disiplin, Bertanggung Jawab, dan Jujur (Penulis)" Belajarlah dari kegagalan karena kegagalan merupakan suatu keberhasilan yang tertunda Usaha dan kerjasama yang baik, pasti akan membuahkan hasil yang baik pula PERSEMBAHAN Orang Tuaku yang sangat mencintaiku Saudara saudaraku yang tercinta Rekan rekan seperjuanganku Para Pembaca yang Budiman xii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Pada Komponen-Komponen Yang Terkandung Dalam Semen Portland... 15 Gambar 2.2 Proses Reaksi Semen dengan Abu Terbang... 25 Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan Dengan Umur Beton Pada Semen dan Semen + Fly Ash... 26 Gambar 2.4 Laju Kenaikkan Kekuatan Beton dengan Semen Biasa (Kontrol) dan Beton dengan Pozzolan Abu Terbang... 26 Gambar 2.5 Hubungan Antara Kuat Tekan dengan Umur Kubus Beton Normal Dan Beton Abu Terbang Yang Direndam Dalam Air Tawar di Laboratorium... 31 Gambar 2.6 Reaksi Kimia Semen + Fly Ash... 34 Gambar 3.1 Pengujian Kuat Tekan Mortar... 46 Gambar 3.2 Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang... 47 Gambar 4.1 Grafik Uji Gradasi Pasir Muntilan... 52 Gambar 4.2 Hubungan Kuat Tekan dengan Variasi Komposisi Campuran Kubus Mortar Umur 90 Hari... 54 Gambar 4.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Variasi Komposisi Campuran Bata Beton Berlubang Umur 30 Hari, 60 Hari, dan 90 Hari... 56 Gambar 4.4 Hubungan Serapan Air dengan Berat Pasta Semen... 59 Gambar 4.5 Hubungan Serapan Air dengan Berat Pasta... 60 xiii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Persyaratan Fisik Bata beton berlubang... 10 Tabel 2.2 Persyaratan Ukuran Standard dan Toleransi Bata Beton Berlubang... 11 Tabel 2.3 Hubungan Antara Komposisi Campuran Dengan Kuat Tekan... 14 Tabel 2.4 Persyaratan Kimia Semen Portland Standard... 17 Tabel 2.5 Persyaratan Fisis Semen Portland Standard... 18 Tabel 2.6 Syarat Batas Gradasi Pasir... 20 Tabel 2.7 Susunan Kimia Dan Sifat Fisik Abu Terbang... 25 Tabel 2.8 Komposisi Kimia Abu Terbang PLTU Paiton... 26 Tabel 2.9 Hasil Pengujian Kuat Bata beton berlubang... 29 Tabel 2.10 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Abu Terbang... 31 Tabel 3.1 Variabel Penelitian... 37 Tabel 4.1 Syarat Batas Gradasi Pasir... 52 xiv

DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil uji sebar mortar 2. Kebutuhan bahan per benda uji 3. Hasil pengujian berat jenis pasir Muntilan 4. Hasil pengujian gradasi pasir Muntilan 5. Hasil pengujian kandungan lumpur pasir Muntilan 6. Hasil pengujian kekekalan butir pasir dengan Na 2 SO 4 7. Hasil pengujian kekekalan butir pasir dengan MgSO 4 8. Hasil pengujian kuat tekan mortar umur 90 hari 9. Hasil pengujian kuat tekan bata beton berlubang umur 30 hari 10. Hasil pengujian kuat tekan bata beton berlubang umur 60 hari 11. Hasil pengujian kuat tekan bata beton berlubang umur 90 hari 12. Hasil pengujian serapan air bata beton berlubang xv

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam segala bidang yang terjadi di Indonesia berkorelasi positif dengan bertambahnya kebutuhan perumahan penduduk. Adanya peningkatan kebutuhan akan perumahan secara otomatis kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan ini harus disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan bahan bangunan baru yang mampu memberikan alternatif kemudahan pengerjaan serta penghematan dalam biaya. Komponen suatu bangunan terdiri dari pondasi, dinding, lantai, atap, dan lain lain. Salah satu alternatif kemudahan dan efisiensi waktu dalam pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton berlubang. Pengertian bata beton berlubang adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air secukupnya dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari 25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih besar dari 25% volume batanya. (SK SNI S 04 1989 F) Penggunaan bata beton berlubang yang dinilai lebih praktis dan ekonomis saat ini sudah banyak diproduksi dengan harga yang bervariasi. Praktis karena bahannya mudah didapat, pemasangan mudah, dan yang paling menguntungkan 1

2 dalam pemasangannya tidak membutuhkan banyak bahan pendukung serta penggunaan tenaga kerja yang relatif lebih sedikit. Di Indonesia banyak sekali bahan-bahan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan untuk campuran bahan susun bata beton berlubang terutama bahan ikatnya. Karena produksi semen portland di Indonesia merupakan salah satu tumpuan komoditi ekspor khususnya untuk Asia Tenggara, maka perlu diusahakan adanya bahan pengikat alternatif yang diperuntukan pada bangunan struktural maupun non struktural (Husin,1998). Salah satu bahan ikat alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi pamakaian semen portland adalah abu terbang. Abu terbang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang menggunakan bahan batubara. Abu terbang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan electrostatik. (Hidayat,1986) Produksi abu terbang merupakan hasil sampingan Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Suralaya, Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Paiton, Jawa Timur. Pemanfaatan dan keuntungannya sebagai bahan tambahan untuk komponen bangunan mulai dikenal oleh masyarakat, maka pemanfaatan abu terbang sebagai bahan ikat alternatif mulai dikaji lebih dalam melalui penelitian penelitian bahan bangunan. Abu terbang mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen portland, dan mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka

3 dapat mengubah kapur bebas[ Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik. Pada mulanya abu terbang digunakan sebagai penambah semen portland dengan kadar 5% - 20%, dengan maksud untuk menambah plastisitas adukan beton (workability) dan menambah kekedapan beton, dimana penambahan abu terbang ini dilakukan pada waktu penggilingan klinker. Abu terbang memiliki butiran yang lebih halus daripada butiran semen dan mempunyai sifat hidrolik, maka seharusnya abu terbang tidak sekedar menambah kekedapan beton, tetapi juga dapat menambah kekuatannya. Pemikiran ini sangat beralasan, karena secara mekanik abu terbang ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat datipada mortar udara (kapur bebas + air) (Suhud, 1993). Pemakaian abu terbang sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton sudah dikenal luas di Amerika dan beberapa negara Eropa. Pada pembangunan berkelanjutan Kantor Taman dan Rimba Texas pada Gedung Pusat Baru Pertamanan di Taman Negara Bagian Danau Somerville, dekat Somerville, TX digunakan desain campuran Abu Terbang Volume Tinggi / High Volume Fly Ash (HVFA). Walaupun relative hanya tuangan kecil, 80 yard kubik, ini adalah desain campuran HVFA pertama yang digunakan oleh Kantor Pertamanan dan Rimba Texas dan kontraktornya Quad Tex Construction. Mereka memilih desain

4 campuran 75% abu terbang untuk membuat beton yang seramah mungkin pada lingkungan (www.fly ash.com). Kekhawatiran akan waktu pemadatan yang terlalu lama, kekuatan akan berkurang, dan penyelesaiannya akan sangat sulit karena besarnya jumlah abu terbang ternyata tak terbukti. Waktu pemadatan tidak terlampau bervariasi dari desain campuran langsung dari kantong, kekuatannya lebih tinggi daripada yang diperkirakan, dan penyelesaian serta perlakuan tak ada masalah. Kekuatan perkiraan adalah 5000 psi pada 28 hari. Kekuatan sebenarnya ternyata lebih dari 7000 psi pada 28 hari, jauh melebihi kekuatan yang diperkirakan (www.fly ash.com). Pada penelitian ini pemanfaatan abu terbang tidak hanya untuk kepentingan bahan bangunan, tetapi juga merupakan suatu usaha untuk membantu menanggulangi masalah lingkungan, sebagai contoh; abu terbang dari limbah industri Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya, diperkirakan akan menghasilkan 750.000 ton pertahun apabila ketujuh unit PLTU-nya sudah beroperasi. Abu terbang yang sebagian besar unsur utamanya adalah silica dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan bila tidak ditangani secara memadai (Hidayat,1993) Atas dasar pertimbangan-pertimbangan diatas, maka dilakukan penelitian mengenai bata beton berlubang dengan bahan ikat semen portland dan abu terbang. Dengan komposisi yang bervariasi diharapkan akan diperoleh campuran yang menghasilkan kuat tekan optimum, sehingga didapatkan bata beton berlubang dengan bahan ikat yang berbeda, tapi memiliki kuat tekan yang sama

5 atau hampir sama, dan tentu saja memiliki harga yang lebih murah dibandingkan bata beton berlubang konvensional. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti yaitu bagaimana pengaruh penambahan abu terbang menggunakan prinsip beton High Volume Fly Ash (HVFA), dimana abu terbang tidak hanya digunakan sebagai bahan subtitusi akan tetapi sebagai bahan pengisi (filler). Adapun variasi campuran bata beton berlubang dengan penambahan abu terbang (dalam satuan berat) adalah sebangai berikut : 1. 0 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 2. 1,30 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 3. 1,40 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 4. 1,50 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 5. 1,60 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 6. 1,80 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah :

6 1. Mengetahui karakteristik bahan susun bata beton berlubang meliputi: pengujian gradasi pasir, berat janis pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir, dan gradasi abu terbang 2. Mengetahui kuat tekan mortar penyususn bata beton berlubang 3. Mengetahui dan nilai serapan air bata beton berlubang dengan bahan ikat tambahan abu terbang pada variasi komposisi yang telah direncanakan. D. MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya adalah : 1. Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan bahan ikat tambahan abu terbang dalam pembutan bata beton berlubang 2. Secara akademis dapat memberikan wawasan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan bata beton berlubang 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri bahan bangunan atau dunia usaha bata beton berlubang yang memakai bahan susun semen dan pasir. E. BATASAN MASALAH Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan dan serapan air pada bata beton berlubang dengan bahan ikat semen Portland dan abu

7 terbang. Macam dan jenis penelitian akan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Konsentrasi variasi komposisi campuran bahan susun bata beton berlubang : 0 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 1,30 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 1,40 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 1,50 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 1,60 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 1,80 Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir 2. Benda uji berupa bata beton berlubang 3. Pengujian kuat tekan bata beton berlubang berumur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari 4. Setiap pengujian satu variasi dibuat 3 benda uji 5. Semen portland yang dipakai adalah Semen Nusantara Jenis I 6. Abu terbang yang dipakai adalah abu layang dari PLTU Paiton 7. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi pemeriksaan agregat, berat jenis pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bata beton Bata beton adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland (PC), agregat halus, air dan atau bahan tambah lainnya. Bata beton dapat dibagi atas 2 (SK SNI S 04 1989 F) jenis, yaitu : a. Bata beton berlubang adalah bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya ditambah dengan agregat dan air dengan atau tanpa bahan pembantu lainnya dan mempunyai luas penampang lubang lebih dari 25 % luas penampang batanya dan volume lubang lebih besar dari 25 % volume batanya. b. Bata beton pejal adalah bata beton yang mempunyai luas penampang pejal 75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya, dan mempunyai volume pejal lebih dari 75% volume seluruhnya. Menurut SK SNI S 04 1989 F Bata beton berlubang diklasifikasikan sesuai dengan pemakaian sebagai berikut : a. Bata beton berlubang mutu B2, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban dan bisa digunakan pula untuk konstruksi yang tidak terlindung (di luar atap) b. Bata beton berlubang mutu B1, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya 8

9 hanya untuk konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (Untuk konstruksi di bawah atap) c. Bata beton berlubang mutu A2, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi seperti yang tersebut dalam mutu IV, tetapi permukaan dinding / konstruksi dari bata tersebut boleh tidak diplester. d. Bata beton berlubang mutu A1, adalah bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindung dari hujan dan terik Matahari (di bawah atap). Menurut SK SNI S 04 1989 F (dalam Budi., 2004) Bahan Bangunan Bukan Logam dalam persyaratan mutu batu beton adalah sebagai berikut: a. Sifat tampak, bata beton harus mempunyai bentuk yang sempurna tidak terdapat retak-retak dan cacat bagian sudut dan rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan jari tangan. Rusuk-rusuknya siku satu terhadap lainnya. b. Bentuk dan ukuran, berbagai bentuk dan ukuran bata beton yang terdapat dipasaran tergantung dari produsennya. Biasanya setiap produsen memberikan penjelasan tertulis dalam leaflet mengenai bentuk, ukuran, dan daya dukung serta konstruksi pemasangan. Bata beton berlubang telah banyak dipergunakan diberbagai negara, seperti Amerika, Inggris, Canada, Australia, Selandia Baru, dan negara negara Skandinavia, dimana bata beton berlubang telanjang dapat mendukung beban dan mencakup tiga fungsi sekaligus yakni, sebagai struktur pendukung; sebagai

10 dinding; dan sebagai penyelesaian tanpa plesteran (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431, 1988:1). Suatu hasil survey pada tahun 1972 menunjukkan bahwa 50% dari seluruh tembok di Inggris dan 75% di Amerika Serikat terdiri dari block block beton. Hal tersebut disebabkan karena bata beton berlubang adalah bahan konstruksi yang ekonomis dan serba guna (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431, 1988:1). 2. Persyaratan Mutu Bata beton berlubang Persyaratan bata beton berlubang (bata beton berlubang) menurut PUBI - 1982 seperti tercantum pada Tabel 2.1 dan 2.2 berikut. Tabel 2.1 Persyaratan fisik Bata beton berlubang No Syarat Fisis Satuan Tingkat Mutu A1 A2 B1 B2 1 Kuat tekat bruto rata rata MPa 2 3.5 5 7 minimum *) (kg/cm 2 ) 20 35 50 70 2 Kuat tekat bruto masing masing MPa 1.7 3 4.5 6.5 benda uji minimum *) (kg/cm 2 ) 17 30 45 65 3 Peyerapan air % 35 25 rata rata maks *)Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji hancur, dibagi dengan luas bidang tekan nyata dari benda uji termasuk luas lubang serta cekungan tepi.

11 Tabel 2.2 Persyaratan Ukuran Standard dan Toleransi Bata Beton Berlubang Tebal dinding sekatan Ukuran + Toleransi Lubang Minimum Jenis (mm) Panjang Lebar Tebal Luar Dalam Kecil 400 +3 200 +3 100 ±2 20 15 Sedang 400 +3 200 +3 150 ±2 20 15 Besar 400 +3 200 +3 200 ±2 25 20 3. Keunggulan Bata Beton Berlubang Bata beton berlubang merupakan bahan bangunan yang digunakan sebagai pasangan dinding. Dalam pemakaiannya bata beton berlubang mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah : a. Plesteran Dinding bata beton berlubang umumnya tidak diplester. Dengan perencanaan dan pemasangan yang baik dan mengikuti ketentuan ketentuan pemasangan bata beton berlubang yang benar, maka akan diperoleh penyelesaian arsitektonis yang menarik. b. Adukan Penghematan adukan sekitar 40% - 50%. c. Waktu pemasangan Pemasangan bata beton berlubang umumnya memberikan penghematan waktu sampai 50% atau lebih dibandingkan dengan bata merah.

12 d. Berat sendiri Bata beton berlubang menyebabkan berat sendiri konstruksi berkurang hingga 30% - 40% dibandingkan dengan bata merah. e. Konstruksi mendukung beban. Bata beton berlubang dapat digunakan baik dalam sistem konstruksi mendukung beban maupun sebagai dinding pengisi atau partisi. f. Rongga saluran. Rongga rongga bata beton berlubang dapat dimanfaatkan untuk penempatan pipa air dan kabel listrik untuk segala arah menurut rencana dinding. Saluran saluran dapat dipindahkan dan diperbaiki tanpa merusak dinding. g. Daya tahan terhadap api. Sesuai dengan peraturan DKI Jakarta ( dalam Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).tentang Ketentuan Penulangan Bahaya Kebakaran setiap bangunan memerlukan daya tahan terhadap api yang cukup demi keselamatan penghuninya. Untuk hal ini, bangunan harus menggunakan bahan yang cukup mempunyai daya tahan terhadap api. Bata beton berlubang sudah terkenal dengan sifatnya sebagai bahan bangunan tahan api (fire resistant) yang efektif dan ekonomis. Daya tahan bata beton berlubang terhadap api telah dibuktikan oleh laboratorium riset bangunan di berbagai Negara menurut fungsi dari agregat yang dipakai dan ketebalan padat ekivalen bata beton berlubang (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2).

13 h. Penyekatan rambatan suara. Keperluan akan kamar kamar yang tenang di hotel hotel, apartemen, rumah sakit, sekolah dan kantor dimana suara suara dari jalan raya atau kamar tetangga sangat tidak diingini memerlukan pengguna bahan konstruksi yang dapat menyekat perambatan suara. Dinding bata beton berlubang dapat menyekat dengan baik. i. Konstruksi modular. Untuk konstruksi yang ekonomis, bata beton berlubang harus dipasang dengan kombinasi blok blok penuh, ¼, ¾ dan ukuran ukuran khusus lainya, untuk mengurangi / meniadakan pemotongan dan penyusunan memperlambat waktu konstruksi, semua dimensi harus direncanakan secara modular (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2). j. Penyarapan air Absorbsi lengas yang rendah dikarenakan permukaan bata beton berlubang padat dan adanya bahan tahan air yang dicampurkan pada waktu pembuatanya (Spesifikasi teknik Desain Dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431,1988 : 2). 4. Bahan Baku Pembuatan Bata Beton Berlubang Kualitas dan mutu bata beton berlubang ditentukan oleh bahan dasar, bahan tambahan, proses pembuatan, dan alat yang digunakan. Semakin baik mutu bahan bakunya, komposisi perbandingan campuran yang direncanakan dengan baik,

14 proses pencetakan dan pembuatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan bata beton berlubang yang berkualitas baik pula. Hubungan antara komposisi campuran pasir semen dengan kuat tekan bata beton berlubang pada umur 28 hari menurut Puslitbang DPU Semarang (1985) ditunjukkan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Hubungan Antara Komposisi Campuran dengan Kuat Tekan Komposisi Campuran No Pc : Ps 1 1 : 6 2 1 : 7 3 1 : 8 4 1 : 10 (Puslitbang DPU Semarang, 1985) Kuat Tekan rata rata umur 28 hari (kg/cm 2 ) 70 57 36 26 Dalam perkembangannya bahan susun bata beton berlubang tidak hanya terdiri dari pasir dan semen, namun berbagai variasi telah banyak dilakukan dalam penelitian. Bahan bahan yang digunakan dalam pembuatan bata beton berlubang adalah sebagai berikut : a. Semen Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker, yang terutama terdiri dari silikat silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan (SK SNIS 04 1989 - F). Semen portland merupakan bahan ikat untuk merekatkan butir-butir agregat agar tejadi suatu masa yang padat. Persentasi dari oksida oksida yang terkandung didalam semen portland adalah sebagai berikut : 1) Kapur ( CaO) : 60 66 %

15 2) Silika (SiO2) : 16 25 % 3) Alumina (Al203) : 3 8 % 4) Besi : 1-5 % Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik dalam perbandingan unsur unsur utamanya maupun dalam derajat kehalusannya. Senyawa senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan membentuk senyawa senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa karena tidak cukup bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu pendinginan terjadi proses pengkristalan dan yang tidak terkristal berbentuk amorf. Adapun komponen komponen tersebut berbentuk sebagai berikut : 1) Trikalsium Silikat CaOSiO2 (C3S) 2) Dikalsium Silikat CaOSiO2 (C2S) 3) Trikalsiun Aluminat CaOAi203 (C3A) 4) Tetra Kalsium Alumino Ferit CaOA203Fe203 (C4AF) 5) Air Hubungan antara umur pada struktur kandungan komponen komponen semen dengan kuat tekan terlihat pada Gambar 2.1

16 Gambar 2.1 Hubungan antara umur dengan kuat tekan pada komponen komponen yang terkandung dalam semen portland (Tjokrodimuljo,1996) Kekuatan semen ditentukan oleh komponen C3S dan C2S. Kedua bahan ini merupakan 70 % dari seluruh bahan semen.( Husin,1998) Faktor yang berpengaruh dalam pembuatan mortar adalah faktor air semen (fas). Semakin banyak jumlah air yang digunakan dalam mortar maka akan memperkecil prosentase diameter rata-rata uji sebar mortar. Sebaliknya semakin sedikit air yang digunakan dalam mortar maka besarnya prosentase diameter ratarata uji sebar akan semakin besar (karena tidak terjadi ikatan yang sempurna karena jumlah air yang terlalu sedikit). Nilai faktor air semen juga berpengaruh terhadap kelecakan dan workability mortar. Nilai faktor air semen yang cukup maka akan mempermudah pengerjaan mortar, memiliki kelecakan yang baik dan didapatkan nilai uji sebar yang memenuhi syarat. Menurut SK SNIS 04 1989 - F semen portland standar harus memenuhi persyaratan kimia seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 dan fisik seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5.

17 Tabel 2.4 Persyaratan Kimia Semen portland Standar JENIS SEMEN PORTLAND URAIAN - Magnesium Oksida, MgO maks. % berat I II III IV V 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 - Belerang Trioksida, SO3 maks. % berat Bila C3 A 8 % Bila C3 A 8 % 3,0 3,5 3,0-3,5 4,5 2,3-2,3 - - Hilang Pijar maks. % berat 3,0 3,0 3,0 2,5 3,0 - Bagian tidak larut maks. % berat 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 - Alkall sebagai Na 2 O maks. % berat 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 - Trikalsium Silikat, C 3 S maks. % berat - - - 35 - - Dikalisum Silikat, C 2 S maks. % berat - - - 40 - - Tetrakalsium Aluminat, C 3 A maks. % berat - 8 15 7 5 - Tetrakalsium Aluminoferit ditambah 2 x Trikalsium Aluminat (C 4 AF + 2C 3 A) atau Kadar larut padat (C 4 AF + C 2 AF) maks. % berat - - - - 20 - Jumlah Trikalsium Silikat dan Trikalsium Aluminat (C 3 S + C 3 A) maks. % berat - 58 - - -

18 Tabel 2.5 Persyaratan Fisis Semen Portland Standar JENIS SEMEN PORTLAND URAIAN I II III IV V - Kehalusan Sisa diatas ayakan 0,09 mm Maks. % berat Dengan alat Blaine, luas permukaan tiap Satuan berta smen. Min m 2 / kg 10 280 10 280 10 280 10 280 10 280 - Waktu pengikatan dengan alat vicat*) Awal, min. Menit Akhir, maks. Jam 45 8 45 8 45 8 45 8 45 8 - Waktu pengikatan dengan alat Gilimore*) Awal, min. menit Akhir, maks. Jam 60 10 60 10 60 10 60 10 60 10 - Kekekalanm bentuk pemuatan dalam otoklaf maks. % 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 - Kekuatan tekan min kgf /cm 2 untuk umur 1 hari 1 + 2 hari 1 + 6 hari 1 + 27 hari - 125 200 - - 100 175-125 250 - - - - 70 125-85 150 210 - Pengikatan semen (falseset) penetrasi akhir 50 50 50 50 50 - Panas hidrasi, maks. Kal /gr 7 hari 28 hari - - 70 80 - - 60 70 - - - Pemuaian karena sulfat**) 14 hari, maks % - - - - 0,045 Keterangan : * ) Bila tidak ditentukan, maka yang berlaku adalah penentuan memakai pesawat vicat

19 **) Bila syarat ini diminta, maka syarat C 4 AF + C 2 F tidak perlu dilakukan Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen Nusantara Jenis I dengan berat 40 kg. Pemeriksaan terhadap semen dilakukan secara visual dalam keadaan tertutup rapat, setelah dibuka dan diperiksa butirannya halus dan tidak terjadi gumpalan. b. Pasir Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi, sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai. Menurut (SK SNI S 04 1989 - F) disebutkan mengenai persyaratan agregat halus yang baik adalah sebagai berikut : 1) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2. 2) Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut: a) Jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%. b) Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%. 3) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci. 4) Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%. 5) Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.

20 6) Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali harus negatif. 7) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunan yang diakui. 8) Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus memenuhi persyaratan pasir pasangan. Dilihat dari syarat batas gradasinya, agregat halus (pasir) di bagi menjadi 4 zone seperti yang di tunjukkan pada Tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Syarat Batas Gradasi Pasir Lubang Berat Tembus Komulatif (%) Ayakan Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4 (mm) Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas 10 100 100 100 100 100 100 100 100 4.8 90 100 90 100 90 100 95 100 2.4 60 95 75 100 85 100 95 100 1.2 30 70 55 100 75 100 90 100 0.6 15 34 35 59 60 79 80 100 0.3 5 20 8 30 12 40 15 50 0.15 0 10 0 10 0 10 0 15 Keterangan : Zone 1 = Pasir Kasar Zone 2 = Pasir Agak Kasar Zone 3 = Pasir Halus Zone 4 = Pasir Agak Halus c. Air Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan bata beton berlubang. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir butir agregat agar dapat mudah dikerjakan

21 dan dipadatkan. Tetapi perlu dicatat bahwa tambahan air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan bata beton berlubang akan rendah. Air untuk campuran mortar / beton sebaiknya harus memenuhi syarat ( SK- SNI - S 04-1989 F) sebagai berikut : 1) Air harus bersih 2) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram /liter. 3) Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lain yang bisa dilihat secara visual. 4) Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam organik) lebih dari 15 gram / liter. 5) Tidak mengadung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter. 6) Tidak mengandung chlorida (cl) lebih dari 0,5 gram / liter. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari laboratorium jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. d. Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang menggunakan bahan batubara. Abu terbang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan electrostatik. (Hidayat,1986) Abu terbang termasuk bahan pozolan buatan (lea. FM 1971 (dalam Hidayat, 1986)). Karena sifatnya yang pozolanic, sehingga abu terbang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti sebagian pemakaian semen, baik untuk adukan maupun untuk campuran beton. Keuntungan lain dari abu terbang yang mutunya baik ialah

22 dapat meningkatkan ketahanan / keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga dapat menurunkan panas hidrasi semen. Dalam pemanfaatannya abu terbang mempunyai keuntungan dan kelemahan. Keuntungan pemakaian abu terbang pada beton adalah : 1) Beton akan lebih kedap air karena kapur bebas yang dilepas pada proses hidrasi semen akan terikat oleh silikat dan aluminat aktif yang terkandung di dalam abu terbang dan menambah pembentukan silikat gel, yang berubah menjadi calsium silikat hidrat yang akan menutupi pori pori yang terbentuk sebagai akibat dibebaskannya Ca(OH) 2 pada beton normal. 2) Mempermudah pengerjaan beton karena beton lebih plastis. 3) Mengurangi jumlah air yang digunakan, sehingga kekuatan beton akan meningkat. 4) Dapat menurunkan panas hidrasi yang terjadi, sehingga dapat mencegah terjadinya keratakan. 5) Relatif dapat menghemat biaya karena akan mengurangi pemakaian semen. (Hidayat, 1993) Kelemahan pemakaian abu terbang pada beton adalah : 1) Pemakaian abu terbang kurang baik untuk pengerjaan beton yang memerlukan waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena

23 proses pengerasan dan penambahan kekuatan betonnya agak lambat yang disebabkan karena terjadinya reaksi pozzolon. 2) Pengendalian mutu harus sering dilakukan karena mutu abu terbang sangat tergantung pada proses (suhu pembakaran) serta jenis batu baranya. (Husin,1998) Berdasarkan jenis batu bara yang digunakan bahan bakar, abu terbang dibagi dalam 2 kelas (ASTM C 618 94a (dalam Husin, 1998)), yakni : 1) Kelas F, yakni abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis anthrasit atau bituminous. 2) Kelas C, yakni abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis lignit atau sub bituminous. Adapun susunan kimia dan sifat fisik abu terbang menurut ASTM C 618 91 (dalam Husin,1998), ditunjukkkan pada Tabel 2.7 dan komposisi kimia abu terbang PLTU Paiton ditunjukkan pada Tabel 2.8. Tabel 2.7 Susunan Kimia dan Sifat Fisik Abu Layang Uraian Kelas F (%) Kelas C (%) A. Susunan Kimia 1. Silikon dioksida, min 2. Silikon dioksida + Aluminium oksida + Besi oksida min 3. Sulfur Trioksida, maks 4. Kadar Air, maks 5. Hilang Pijar, maks 6. Na2O, maks B. Sifat Fisik 1. Kehalusan sisa diatas ayakan 45 um, maks 2. Indeks keaktifan pozolon dengan PC I, pada umur 28 hari, min 3. Air, maks 4. Pengembangan dengan Autoclave, maks 54,90 70,00 5,0 3,0 6,0 1,5 34,0 75,0 105,0 0,8 39,90 50,00 5,0 3,0 6,0 1,5 34,0 75,0 105,0 0,8

24 [ASTM C 618 91 (dalam Husin,1998)] Tabel 2.8 Komposisi Kimia Abu Terbang PLTU Paiton No Parameter Satuan Hasil Uji Fly Ash PLTU Paiton 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Berat Jenis Kadar air Hilang Pijar SiO 2 Al 2 O 3 Fe 2 O 3 CaO MgO S(SO 4 ) g/cm 3 % Berat % Berat % Berat % Berat % Berat % Berat % Berat % Berat 1,43 0,20 0,43 62,49 6,36 16,71 5,69 0,79 7,93 (Rahmi, 2005) Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa abu terbang dari PLTU Paiton termasuk abu terbang kelas F, karena kandungan oksida silica yang dihasilkan lebih dari 54,90% (62,49), serta jumlah gabungan oksida silica; alumunium; dan besi dari abu terbang yang dihasilkan lebih dari 70% (85,56%). e. Semen + Abu terbang Abu terbang apabila digabungkan dengan semen diharapkan dalam jangka waktu yang lebih lama akan menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi dibandingkan beton normal. Penambahan kuat tekan beton disebabkan karena abu terbang mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen portland, yang

25 mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat mengubah kapur bebas [ Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik. PC + Air (H 2 O) PROSES HIDRASI Calsium Silicate Hydrate (CHS) CaO + H 2 O = Ca (OH) 2 Air (H 2 O) masuk Mortar Udara PC + Fly Ash + Air (H 2 O) PROSES HIDRASI Calsium Silicate Hydarte (CHS) Ca (OH) 2 + Fly Ash (Mortar Hidrolik) (H 2 O tidak dapat masuk lagi) Gambar 2.2 Proses Reaksi Semen dengan Abu terbang (Ravina, D., 1981) Dari Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa pada saat proses hidrasi semen akan dilepas kapur bebas, dimana kapur bebas tersebut akan terikat oleh silikat dan aluminat aktif yang terkandung didalam abu terbang dan menambah pembentukan silicat gel, yang berubah menjadi Calsium silicat hidrat (CSH) yang akan memasuki pori pori yang terbentuk, sebagai akibat di bebaskannya Ca(OH) 2 pada beton normal (Hidayat, 1993) Namun karena abu terbang merupakan pozzolan, dimana bahan yang mengandung pozzolan bila dipakai sebagai pengganti semen portland yang umumnya berkisar antara 20 35% dari berat semen, laju kenaikan kekuatannya lebih lambat dari pada beton normal. Pada umur 28 hari kekuatan tekan lebih rendah daripada beton normal, namun sesudah umur 90 hari kekuatannya dapat sedikit lebih tinggi. (Tjokrodimuljo,1996) Hubungan antara kuat tekan dengan umur beton pada semen dan semen + abu terbang di tunjukkan pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.

Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Umur beton Pada Semen dan Semen + Fly ash (Tjokrodimuljo,1996) 26

27 Gambar 2.4 Laju kenaikkan kekuatan beton dengan semen biasa (kontrol) dan beton dengan pozzolan abu terbang (Neville,1987 (dalam Suroso(2001)) 5. Mortar Penyusun Bata Beton Berlubang Mortar adalah adukan yanng terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Bahan perekat dapat berupa tanah liat, kapur maupun semen portland. Mortar dapat dibedakan menjadi 4 macam (Tjokrodimuljo,1996), yakni: a. Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air. b. Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air c. Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam perbandingan yang tepat. d. Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar (b) dan (c) diatas dengan tujuan tertentu. Menurut ASTM C 270 (dalam Ibnu, 2006) standar mortar berdasarkan kekuatannya dibedakan sebagai berikut : a. Mortar tipe M Mortar tipe M adalah adukan dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk dinding bata bertulang, dinding dekat tanah, pasangan pondasi, adukan pasangan pipa air kotor, adukan dinidng penahan dan adukan untuk jalan. Kuat tekan minimumnya adalah 175 kg/cm 2. b. Mortar tipe N

28 Mortar tipe N adalah adukan kuat tekan sedang, dipakai bila tidak disyaratkan menggunakan tipe M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya gaya samping. Kuat tekan minimumnya adalah 124 kg/cm 2. c. Mortar tipe S Mortar tipe S adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimumnya adalah 52,5 kg/cm 2. d. Mortar tipe O Mortar tipe O adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk konstruksi dinding yang tidak menahan beban yang lebih dari 7 kg/cm 2 dan gangguan cuaca tidak berat. Kuat tekan minimumnya adalah 24,5 kg/cm 2. e. Mortar tipe K Mortar tipe K adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk pasangan dinding terlindung dan tidak menahan beban, serta tidak ada persyaratan mengenai kekuatan. Kuat tekan minimumnya adalah 5,25 kg/cm 2. Pembuatan mortar dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan uji sebar mortar. Uji sebar mortar dilakukan pada masing-masing variasi komposisi campuran bahan susun mortar yang tujuannya adalah mencari dan menentukan faktor air semen (fas) yang sesuai sehingga didapatkan diameter uji sebar mortar rata-rata (dr) 4 kali pengukuran harus sebesar 1 1,15 diameter cincin meja uji sebar. Diameter cincin uji sebar adalah 10 cm, jadi diameter rata-rata maksimum yang diijinkan adalah 11,5 cm (Tjokrodimulyo, 1996). Nilai komulatif prosentase diameter rata-rata (dr) terhadap diameter maksimal dari uji sebar yang diijinkan adalah antara 70% - 110% dari diameter maksimal cincin sebar.

29 Pada penelitian ini mortar yang dipakai adalah jenis mortar khusus, yakni mortar semen yang ditambah dengan abu terbang. Penambahan abu terbang didasarkan pada perbandingan 1 Pc : 8 Pasr. Dari hasil penelitian Badan Litbang PU (1986) untuk mortar 1 Pc : 8 Psr pada umur 28 hari didapatkan kuat tekan rata rata 103 kg/cm 2. Tujuan dari penelitian mortar ini adalah untuk mengetahui kekuatan mortar semen yang ditambah dengan abu terbang apabila dijadikan sebagai adukan/spesi. 6. Penelitian Bata Beton Berlubang dan Pemanfaatan Abu terbang Dari hasil penelitian Idris dan Lasino (1993), tentang pemanfaatan limbah kapur industri soda sebagai bahan substitusi pada pembuatan bata beton berlubang, paving block, dan genteng beton, menunjukkan bahwa sifat sifat fisis bata beton berlubang dengan bahan substitusi limbah kapur sangat baik, terlihat dengan kemampuan menahan beban tekan dan daya serap terhadap air yang relatif kecil. Hasil uji tekan dan serapan air bata beton berlubang dari penelitian Idris. dan Lasino (1993) dapat dilihat pada Tabel 2.9. No 1 2 3 1 2 3 1 2 Tabel 2.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bata Beton Berlubang Campuran Pc Agregat *) 1 8 1 10 1 12 Beban (ton) 20,70 21,30 19,05 16,30 15,20 16,10 10,80 9,60 Kuat tekan (kg/cm 2 ) Masingmasing 53,2 54,5 48,7 41,7 39,1 41,2 27,6 24,7 Penyerapan air (%) Rata-rata 11,7 13,4 13,6

30 3 10,30 26,5 1 2 3 1 14 7,80 8,00 6,20 20,0 20,5 15,9 *) merupakan campuran dari 40% limbah kapur dan 60% pasir (Idris dan Lasino, 1993) 15,2 Sifat penyerapan air ini juga dapat digunakan sebagai parameter terhadap porus dan padatnya suatu adukan, dimana dalam aplikasinya dapat mempengaruhi sifat kekedapan dan keawetan bahan terutama untuk bagian konstruksi yang memerlukan kedap air, karena kekedapan merupakan fungsi dari keawetannya, karena semakin sulit ditembus oleh bahan-bahan perusak seperti sulfat, chlorida, dan lain sebagainya. Dari penelitian Hidayat (1993) tentang Penelitian Mutu Beton Abu terbang Pada Lingkungan yang Agresif (Pantai dan Laut) dengan variasi penambahan abu terbang 0%, 10%, 20%, 25%, 30%, dan 40% terhadap berat semen menunjukkan bahwa : a. Kuat beton abu terbang pada umur muda (kurang dari 28 hari) lebih rendah dari pada kuat tekan beton normal. b. Kubus beton yang disimpan di laboratorium baik beton normal maupun beton abu terbang menunujukkan penambahan kekuatan tekan sampai dengan umur 3 tahun, dan setelah itu kekuatannya konstan. Sedangkan untuk beton yang disimpan di tepi pantai dan yang direndam di laut, kuat tekan pada umur 3 tahun lebih rendah daripada sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena proses perusakan oleh lingkungan (air laut dan pantai) lebih kuat daripada daya tahan betonnya yang tidak direncanakan dahulu untuk lingkungan yang agresif.

31 Hasil uji kuat tekan beton dengan beberapa variasi komposisi abu terbang terhadap berat semen dalam kondisi penyimpanan pada Laboratorium, Pantai dan Laut yang dilakukan oleh Hidayat (1993) ditunjukkan pada Tabel 2.10. Sedangkan hubungan antara kuat tekan beton dengan umur dalam kondisi penyimpanan pada air tawar di Laboratorium ditunjukkan pada Gambar 2.5. Tabel 2.10 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Abu terbang Kondisi Fly Ash Kuat Tekan Rata-rata K. 175 (kg / cm 2 ) Penyimpanan (%) 28 hr 90 hr 180 hr 1 th 3 th Laboratorium Pantai Laut 0 291 341 367 383 384 10 246 339 463 477 480 20 223 422 455 475 477 25 205 384 441 446 446 30 189 347 436 441 443 40 162 362 430 475 457 0 291 359 382 456 403 10 246 341 368 472 430 20 223 275 353 460 404 25 205 282 473 469 402 30 189 264 389 415 345 40 162 233 379 403 405 0 291 323 437 447 386 10 246 269 401 493 391 20 223 287 405 496 352 25 205 292 386 447 336 30 189 287 378 390 326 40 162 211 347 386 377

32 600 10% (Fly Ash) 20%(Fly Ash) 500 KUAT TEKAN (KG / CM2) 400 300 200 100 0%(Fly Ash) 30%(Fly Ash) 25%(Fly Ash) 40%(Fly Ash) 0 28 90 180 360 3TH U M U R Gambar 2.5 Hubungan antara kuat tekan dengan umur kubus beton normal dan beton abu terbang yang direndam dalam air tawar di laboratorium (Hidayat, 1993) Dari penelitian Suhud (1998) tentang beton mutu tinggi, menunjukkan bahwa abu terbang berperan sebagai pengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas [ Ca (OH ) 2 ] yang dihasilkan pada saat proses hidrasi semen, dimana mortar hidrolik ini kan lebih kuat daripada mortar udara (kapur bebas + air); maka abu terbang seharusnya tidak hanya menambah kekedapan dan kemudahan pangerjaan, tetapi juga dapat menambah kekuatan beton. B. Pemikiran Dasar Bata beton berlubang merupakan bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland, agregat halus, air dan dengan atau tanpa bahan tambah.

33 Bata beton berlubang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk penyekat dinding. Bahan baku pembuatan bata beton berlubang dalam penelitian ini adalah semen, pasir, air dan abu terbang. Pemeriksaan terhadap semen dilakukan secara visual yaitu semen dalam keadaan tertutup rapat dan apabila dibuka tidak terdapat gumpalan. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi: pemeriksaan gradasi, berat jenis pasir, kandungan lumpur,dan kekekalan butir pasir. Pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual yaitu air harus bersih, tidak mengandung kotoran, minyak dan zat organik lainnya. Pemeriksaan terhadap abu terbang dilakukan dengan memeriksa kehalusan butirannya Abu terbang memiliki butiran yang lebih halus daripada butiran semen dan mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat mengubah kapur bebas [ Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik. Abu terbang diharapkan tidak sekedar menambah kekedapan beton, tetapi juga dapat menambah kekuatannya. Pemikiran ini sangat beralasan, karena secara mekanik abu terbang ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat daripada mortar udara (kapur bebas + air). Pembentukan kapur bebas dari semen tidak dapat dihindari, karena bahan dasar semen sendiri mengandung batu kapur. Kapur bebas [ Ca (OH ) 2 ] yang merupakan mortar udara dan merupakan kristal yang paling lemah di dalam beton. Jumlah kapur bebas dapat mencapai ± 35%. Makin tinggi jumlah kapur bebas dalam beton, maka betonnya akan makin