KESIAPAN E-GOVERNMENT BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

dokumen-dokumen yang mirip
KESIAPAN E-GOVERNMENT XYZ

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Grafik 1 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Cara Penyampaian

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Gambar 1 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Cara Penyampaian. Telepon (9,68%)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

Historical cakupan lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BERITA RESMI STATISTIK

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Partnership Governance Index

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Pasal II. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2008 TENTANG

PAGU TAHUN 2017 PAGU TOTAL REHABSOS LANJUT USIA 2017 SISA PAGU REALISASI 68,38% 80,45% 68,39%

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.17/MENHUT-II/2013 TENTANG

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT EDARAN NOMOR: 07/SE/M/2012

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2011 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2012, No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

Transkripsi:

KESIAPAN E-GOVERNMENT BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lucky E. Santoso, Anton T. Argono Universitas Tarumanagara, Jakarta Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta Jl. Letjen S. Parman No. 1 Jakarta lesantoso@yahoo.com Abstract This research aim determines how ready BKPM in applications e-government and find patterns in resorts immediacy BKPM. Data this research comes from where official BKPM as respondent asked to give immediacy score towards organization management aspect, service management, application, security, network and internet, software, with hardware at his place resort works. This research result shows that in general BKPM enough ready in applications e-government although network aspect and internet with aspect hardware inclined less at resorts BKPM. Also show that resorts at province level inclined more ready in comparison with resorts at regency/city level; and so do resorts at part Indonesian west inclined more ready than resorts at part in Indonesian east. Keywords: E-government, Feasibility Study, Indonesia Pendahuluan Pematangan karena sistem-sistem yang sudah Badan Koordinasi Penanaman Modal dikembangkan, meskipun telah menyediakan (BKPM) adalah sebuah lembaga pemerintah layanan publik secara interaktif, belum menyediakan non departemen yang berperan sebagai agen fasilitas transaksi. Dalam upaya menca- layanan investasi pemerintah Indonesia. Sesuai pai tingkat penerapan e-government yang lebih dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia tinggi, sekaligus memperbaiki kualitas layanan Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan publik demi menarik minat investor untuk berinvestasi Strategi Nasional Pengembangan E-government, di Indonesia, BKPM membangun Sis- BKPM telah mengambil langkah-langkah tem Informasi Manajemen Investasi Terpadu guna melaksanakan penerapan e-government. (SIMIT). Dalam Instruksi Presiden tersebut disebutkan SIMIT dirancang untuk menyediakan bahwa penerapan e-government di informasi mengenai peluang investasi, me- setiap lembaga pemerintah dilaksanakan melalui mungkinkan investor untuk memantau permo- empat tingkat, yaitu Persiapan, Pematangan, honan ijin investasi, dan menjadi sarana komumungkinkan Pemantapan, dan Pemanfaatan. Tingkat Persiapan, nikasi antar instansi-instansi BKPM, yang Pematangan, dan Pemantapan ini kurang antara lain terdiri atas para Instansi Penanaman lebih setara dengan tiga fase penerapan Modal Propinsi (IPMP) dan para Instansi e-government yang disarankan oleh Center for Penanaman Modal Kabupaten/Kota (IPMK) Democracy and Technology dan infodev yang tersebar baik di wilayah Indonesia Bagian (2002), yaitu Publish, Interact, dan Transact; Barat maupun di wilayah Indonesia Bagian sedangkan tingkat Pemanfaatan kurang lebih Timur. Berkenaan dengan hal itu, diperlukan setara dengan tahap Connected dalam evolusi adanya kajian untuk mengetahui kesiapan segenap e-government versi Perserikatan Bangsa- instansi BKPM dalam penerapan e-go- Bangsa (United Nations 2008). Dikaitkan dengan vernment pada tingkat yang lebih tinggi ini. empat tingkat tersebut, penerapan e-go- Dalam hal kesiapan e-government, vernment di BKPM sampai dengan tahun Indonesia ditempatkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa anggaran 2007 dinilai masih berada di tingkat pada peringkat ke-106 dari 182 217

negara di dunia dan ke-7 dari 11 negara di Asia Tenggara. Aspek dengan indeks kesiapan terendah, yaitu 0.0702 (dalam skala 0-1), adalah aspek infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi. Indeks infrastruktur ini terdiri atas komponen Internet (0.081), PC (0.016), Seluler (0.184), Jalur Telepon Utama (0.068), dan Broadband (0.002) (United Nations 2008). Kekurangsiapan dalam aspek infrastruktur ini dapat dimaklumi sebab Indonesia memiliki banyak wilayah yang dipisahkan oleh lautan, pegunungan, dan hutan sehingga tak terjangkau oleh layanan telepon kabel, padahal layanan inilah yang memungkinkan tersedianya akses Internet secara murah. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2004, dari sekitar 72 ribu desa, hanya 30 ribu yang memiliki akses telepon kabel (Rahardjo, Mirchandani, and Joshi 2007). Kurang siapnya Indonesia, terutama dalam aspek infrastruktur ini, diduga dapat mempengaruhi kesiapan instansi-instansi BKPM dalam penerapan e-government. Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut: Seberapa siapkah instansi-instansi BKPM dalam penerapan e-government? Aspek-aspek apa sajakah yang kurang memadai? (Benarkah bahwa aspek-aspek tersebut adalah yang berhubungan dengan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi?) Terdapatkah pola-pola dalam kesiapan instansi-instansi BKPM? (Terdapatkah perbedaan kesiapan antara instansiinstansi di wilayah Indonesia Bagian Barat dengan instansi-instansi di wilayah Indonesia Bagian Timur? Antara instansi-instansi di tingkat propinsi dengan instansi-instansi di tingkat kabupaten/kota?) Metode Penelitian Data untuk penelitian ini berasal dari hasil survei yang dilakukan oleh salah seorang dari penulis (ATA) di BKPM pada Juli 2006 dalam peran sebagai konsultan PT Sentra Bina Usahatama, Jakarta. Survei tersebut melibatkan hampir semua Instansi Penanaman Modal Propinsi (IPMP), masing-masing beserta sejumlah sampel Instansi Penanaman Modal Kabupaten (IPMK) terkait, dengan komposisi seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Untuk suatu IPMP, banyaknya IPMK terkait yang diambil sebagai sampel ditentukan melalui purposive sampling dengan peringkat nilai realisasi investasi di propinsi tersebut sebagai kriteria. Tabel 1 Daftar IPMP beserta jumlah sampel IPMK No. IPMP Jumlah Sampel IPMK No. IPMP Jumlah Sampel IPMK 1 Bali * 3 17 Papua Barat * 1 2 Banten 3 18 Gorontalo * 1 3 D.I. Yogyakarta 2 19 Sulawesi Tengah * 1 4 DKI Jakarta - 20 Sulawesi Tenggara * 1 5 Jawa Barat 3 21 Sulawesi Utara * 1 6 Jawa Timur 3 22 Sulawesi Selatan * 2 7 Jawa Tengah 3 23 Kepulauan Bangka Belitung 1 8 Kalimantan Tengah 1 24 Bengkulu 1 9 Kalimantan Barat 1 25 Nanggroe Aceh Darussalam 1 10 Kalimantan Selatan 2 26 Jambi 1 11 Kalimantan Timur 2 27 Lampung 2 12 Maluku * 1 28 Riau 2 13 Maluku Utara * 1 29 Sumatera Barat 1 14 Nusa Tenggara Barat * 2 30 Sumatera Selatan 2 15 Nusa Tenggara Timur * 1 31 Sumatera Utara 2 16 Papua * 1 Total 49 Catatan: Instansi bertanda (*) berada di wilayah Indonesia Bagian Timur, selebihnya berada di wilayah Indonesia Bagian Barat 218

Dalam survei tersebut, ditetapkan 10 orang responden untuk setiap IPMP dan 4 orang responden untuk setiap IPMK. Profil responden secara lebih lengkap ditunjukkan pada Tabel 2. Tiap responden diminta untuk memberikan skor dalam skala ordinal tiga titik (1 = Kurang Memadai, 2 = Cukup Memadai, 3 = Memadai) terhadap sejumlah aspek di instansi tempat dia bekerja. Aspek-aspek apa saja yang dinilai oleh seorang responden tergantung pada jabatan Jurnal FASILKOM Vol. 6 No.2 Oktober 2008 Tabel 2 Profil responden beserta aspek-aspek yang dinilai responden tersebut, seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Kedelapan aspek yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil olahan dari daftar infrastruktur utama pengembangan e-government di lembaga pemerintah yang terdapat pada panduan yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (2003). IPMP IPMK Aspek Ka. Satker Ka. Bag. Staf Pengelola TI Ka. Satker Ka. Bag. Staf Pengelola TI Sumber Daya Manusia Manajemen Organisasi Manajemen Pelayanan Aplikasi Security Jaringan dan Internet Software Hardware Jumlah Responden per Instansi 1 4 5 1 1 2 Berdasarkan hasil survei tersebut kemudian ditentukan skor kesiapan untuk masingmasing instansi dalam masing-masing aspek. Skor kesiapan untuk suatu instansi ditentukan Hasil Penelitian dan Pembahasan Ditemukan bahwa hanya 3 instansi, yaitu IPMP DKI Jakarta, IPMP Riau, dan IPMP Kalimantan Timur, yang memiliki skor kesiapan dengan cara menghitung skor median dari keseluruhan 3 (Memadai). Di pihak lain terdapat 4 responden yang bekerja di instansi tersebut. Selanjutnya digunakan statistik deskriptif dan uji-uji non-parametrik untuk membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. IPMP dan 13 IPMK yang memiliki skor kesiapan 1 (Kurang Memadai). Skor median untuk keseluruhan instansi dalam penelitian ini adalah 2 (Cukup Memadai). Distribusi skor dalam tiap aspek ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi skor kesiapan Distribusi Skor (%) Skor Aspek N 1 1.5 2 2.5 3 Median Sumber Daya Manusia 80 6.3 0.0 70.0 1.3 22.5 2 Manajemen Organisasi 80 27.5 1.3 62.5 0.0 8.8 2 Manajemen Pelayanan 80 11.3 1.3 63.8 2.5 21.3 2 Aplikasi 80 17.5 3.8 61.3 1.3 16.3 2 Security 80 40.0 5.0 43.8 5.0 6.3 2 Jaringan dan Internet 80 65.0 7.5 21.3 1.3 5.0 1 Software 80 40.0 0.0 51.3 0.0 8.8 2 Hardware 80 58.8 1.3 30.0 1.3 8.8 1 Total 640 33.3 2.5 50.5 1.6 12.2 2 219

Terlihat bahwa skor median dalam aspek Jaringan dan Internet serta aspek Hardware adalah 1 (Kurang Memadai), lebih rendah daripada skor median dalam aspek-aspek lainnya. Uji Friedman yang juga dilakukan menunjukkan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0.01) antara distribusi skor dalam setidaknya dua aspek. Berikutnya dibandingkan distribusi skor untuk IPMP dan untuk IPMK. Meskipun skor median untuk IPMP dan IPMK adalah sama, yaitu 2 (Cukup Memadai), namun uji Mann- Whitney menunjukkan bahwa skor untuk IPMP lebih tinggi secara signifikan (p < 0.01) daripada skor untuk IPMK. Perbandingan dalam tiap aspek ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Perbandingan distribusi skor kesiapan antara IPMK dan IPMP Distribusi Skor (%) Skor Aspek N 1 1.5 2 2.5 3 Median Sumber Daya Manusia IPMK 49 6.1 0.0 63.3 2.0 28.6 2 IPMP 31 6.5 0.0 80.6 0.0 12.9 2 Manajemen Organisasi IPMK 49 34.7 0.0 59.2 0.0 6.1 2 IPMP 31 16.1 3.2 67.7 0.0 12.9 2 Manajemen Pelayanan IPMK 49 16.3 2.0 59.2 4.1 18.4 2 IPMP 31 3.2 0.0 71.0 0.0 25.8 2 Aplikasi IPMK 49 22.4 6.1 57.1 2.0 12.2 2 IPMP 31 9.7 0.0 67.7 0.0 22.6 2 Security * IPMK 49 46.9 8.2 38.8 4.1 2.0 1.5 IPMP 31 29.0 0.0 51.6 6.5 12.9 2 Jaringan dan Internet ** IPMK 49 77.6 8.2 10.2 2.0 2.0 1 IPMP 31 45.2 6.5 38.7 0.0 9.7 1.5 Software * IPMK 49 46.9 0.0 51.0 0.0 2.0 2 IPMP 31 29.0 0.0 51.6 0.0 19.4 2 Hardware * IPMK 49 67.3 2.0 28.6 0.0 2.0 1 IPMP 31 45.2 0.0 32.3 3.2 19.4 2 Catatan: * p < 0.05 ** p < 0.01 Uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa skor untuk IPMP lebih tinggi secara signifikan daripada skor untuk IPMK dalam aspek Security, Jaringan dan Internet, Software, serta Hardware. Selanjutnya dibandingkan distribusi skor untuk instansi di wilayah Indonesia Bagian Barat dan untuk instansi di wilayah Indonesia Bagian Timur. Meskipun skor median untuk instansi di wilayah Indonesia Bagian Barat dan instansi di wilayah Indonesia Bagian Timur adalah sama, yaitu 2 (Cukup Memadai), namun uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa skor untuk instansi di wilayah Indonesia Bagian Barat lebih tinggi secara signifikan (p < 0.01) daripada skor untuk instansi di wilayah Indonesia Bagian Timur. Perbandingan dalam tiap aspek ditunjukkan pada Tabel 5. Uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa skor untuk instansi di wilayah Indonesia Bagian Barat lebih tinggi secara signifikan daripada skor untuk instansi di wilayah Indonesia Bagian Timur dalam aspek Manajemen Pelayanan, Security, Jaringan dan Internet, serta Software. 220

Tabel 5 Perbandingan distribusi skor kesiapan antara instansi di wilayah Indonesia Bagian Barat dan di wilayah Indonesia Bagian Timur Distribusi Skor (%) Skor Aspek n 1 1.5 2 2.5 3 Median Sumber Daya Manusia IBB 52 3.8 0.0 71.2 1.9 23.1 2 IBT 28 10.7 0.0 67.9 0.0 21.4 2 Manajemen Organisasi IBB 52 26.9 0.0 59.6 0.0 13.5 2 IBT 28 28.6 3.6 67.9 0.0 0.0 2 Manajemen Pelayanan ** IBB 52 7.7 1.9 55.8 3.8 30.8 2 IBT 28 17.9 0.0 78.6 0.0 3.6 2 Aplikasi IBB 52 11.5 3.8 65.4 1.9 17.3 2 IBT 28 28.6 3.6 53.6 0.0 14.3 2 Security ** IBB 52 30.8 5.8 46.2 7.7 9.6 2 IBT 28 57.1 3.6 39.3 0.0 0.0 1 Jaringan dan Internet ** IBB 52 51.9 11.5 26.9 1.9 7.7 1 IBT 28 89.3 0.0 10.7 0.0 0.0 1 Software ** IBB 52 28.8 0.0 57.7 0.0 13.5 2 IBT 28 60.7 0.0 39.3 0.0 0.0 1 Hardware IBB 52 53.8 0.0 32.7 0.0 13.5 1 IBT 28 67.9 3.6 25.0 3.6 0.0 1 Catatan: ** p < 0.01 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa secara umum instansi-instansi BKPM dapat dimasukkan dalam kategori cukup memadai sehingga dapat dikatakan bahwa instansi-instansi BKPM cukup siap dalam penerapan e-government. Aspek jaringan dan Internet serta aspek hardware secara umum perlu dicermati karena aspekaspek tersebut cenderung kurang memadai di instansi-instansi BKPM. Hal ini menunjukkan bahwa kasus BKPM tidaklah menyimpang dari kecenderungan umum, yaitu relatif rendahnya kesiapan e-government di Indonesia dalam aspek infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi. Hasil penelaahan lebih lanjut menunjukkan bahwa instansi-instansi BKPM di tingkat propinsi lebih memadai dalam aspek security, jaringan dan Internet, software, serta hardware jika dibandingkan dengan instansi-instansi di tingkat kabupaten/kota, sehingga cenderung lebih siap dalam penerapan e-government. Demikian juga instansi-instansi BKPM di wilayah Indonesia Bagian Barat cenderung lebih siap daripada instansi-instansi di wilayah Indonesia Bagian Timur karena instansi-instansi di wilayah Indonesia Bagian Barat memiliki keunggulan dalam aspek manajemen pelayanan, security, jaringan dan Internet, serta software. Dalam kasus BKPM ini dapat diusulkan agar penerapan e-government dilakukan secara bertahap dengan pemberian prioritas pada instansi-instansi yang lebih siap, yaitu instansiinstansi di tingkat propinsi, khususnya yang ada di wilayah Indonesia Bagian Barat. Penerapan sistem ini tentunya dilakukan setelah dibenahinya aspek-aspek yang belum memadai di masing-masing instansi. Daftar Pustaka Center for Democracy and Technology, and infodev, The e-government handbook for developing countries, Center for Democracy and Technology, Washington, DC, 2002. Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Panduan penyusunan rencana induk pengembangan e- government lembaga, Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Jakarta, 2003. 221

Rahardjo, Edhy, Dinesh Mirchandani, and Kailash Joshi, E-government functionnality and website features: A case study of Indonesia, Journal of Global Information Technology Management 10, no. 1, 2007. United Nations, United Nations e-government survey 2008: From e-government to connected governance, United Nations Publication, New York, 2008. Jurnal FASILKOM Vol. 6 No.2 Oktober 2008 222