65 ANALISIS FINANSIAL PADA PETERNAKAN SAPI POTONG DENGAN SISTEM MANAJEMEN AMARASI DI KECAMATAN AMARASI BARAT KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Purnanto Umbu Manna Letuata 1), Koesnoto Soepranianondo 2), Soeharsono 3) 1)Student, 2) Department of Animal Husbandry, 3) Department of Veterinery Anatomy Faculty of Veterinary Medicine Airlangga University ABSTRACT This study was aimed to analyze the financial on beef cattle farms with Amarasi system in West Amarasi district of Kupang regency of East Nusa Tenggara province. Three samples were be taken from farmer which appointed by the District Veterinary Office Kupang was assumed the best farmer in implemented the Amarasi management system. Data collection techniques in this study is questionaire, interview and documentation. Data Analysis were be used is financial analysis. Based on the analysis results is obtained the profit margin ranged from 10.83% - 13.7%, the Benefit cost ratio (B/C ratio) ranged from 1.121-1.159, Return On Invesment (ROI) ranged from 24.28% - 31.71%, Break Event Point (BEP) in unit ranged from 12-17 tail and BEP in prices ranged from Rp. 5.319.150 - Rp. 5.633.350/tail. The results showed that the beef cattle husbandry with Amarasi management system in West Amarasi district of Kupang regency of East Nusa Tenggara deserves to be pursued. Key words: beef cattle, amarasi management system and financial Pendahuluan Sapi potong merupakan komoditas strategis dari sub sektor peternakan yang perkembangannya sangat mendukung perkembangan ekonomi masyarakat, dikarenakan sebagian besar dipelihara dan dikembangkan sebagai usaha ternak rakyat yang diharapkan menjadi pendapatan utama rakyat peternak dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kelurga peternak, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha peternakan (Heryadi, 2010). Usaha penggemukan sapi potong, selain dapat memperbaiki kualitas daging dan menaikkan harga jual ternak, juga dapat meningkatkan nilai tambah dari pupuk kandang yang dihasilkan ternak sapi. Artinya, pupuk kandang yang diproduksikan pada waktu penggemukan itu dapat lebih ditingkatkan nilai ekonomisnya. Terdapat bberapa hal pokok yang
66 perlu mendapatkan perhatian dari peternak dalam pengelolaan usaha penggemukan sapi potong, yaitu : (1) Pemilihan bibit/bakalan, (2) Sistem penggemukan, (3) Pakan dan cara pemberiannya, (4) Penyediaan kandang, dan (5) Pengendalian dan pencegahan penyakit (Syafrial dkk, 2007). Manajemen peternakan Amarasi adalah sistem manajemen penggemukan sapi potong yang dikandangkan selama proses penggemukan dengan pakan utama berasal dari leguminosa (Nulik et al, 2002). Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha ternak sapi potong dalam kaitan kelayakan usaha ternak, untuk mengetahui berapa minimal seorang peternak mengusahakan ternak sapi potong, dan untuk menghindarkan keterlanjutan investasi pada usaha yang tidak menguntungkan. Analisis finansial dapat digunakan sebagai petunjuk di bidang sarana keuangan, yang dilengkapi dengan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak lain, seperti lembaga pemberi dana (perbankan) maupun rekanan usaha (Suastina dan Kayana, 2004). Analisis kelayakan usaha mempunyai kegunaan bagi peternak, dalam memilih faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha. Peranan peternak setempat sangat menentukan keberhasilan usaha di bidang peternakan, karena tan-tangan utama yang dihadapi adalah bagai-mana menghasilkan produk peternakan yang berdaya saing tinggi baik dari aspek kuantitas, kualitas, kontinuitas maupun harga, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan pasar (Tandi, 2012). Metode Penelitian Populasi penelitian ini adalah peternakan sapi potong dengan sistem manajemen amarasi di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling, dengan alasan karakteristik populasi terdiri dari kategori, kelompok atau golongan yang berbeda. Pada Kecamatan Amarasi Barat diambil tiga sampel peternak yang ditunjuk oleh Dinas Peternakan Kabupaten Kupang dengan asumsi adalah sebagai peternak terbaik dalam melaksanakan manajemen amarasi serta memiliki populasi berkisar 15 20 ekor ternak sapi potong. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kuisoner, wawancara dan dokumentasi. Masing-masing indikator dari sistem manajemen amarasi berupa kuisioner yang diukur dengan skor antara 1-5 berdasarkan kriteria sistem manajemen. Nilai skor dari masingmasing indikator selanjutanya
67 dianalisis untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang menyebabkan kelayakan dari usaha peternakan sapi potong tersebut. Analisis usaha peternakan sapi potong diuji dengan menggunakan perhitungan penerimaan, keuntungan/laba rugi, Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Break Even Point (BEP) dan Return On Invesment (ROI). Analisis usaha tersebut dihitung berdasarkan data dari peternak. a. Penerimaan (Soepranianondo dkk, 2010) TR = PQ x Q Keterangan: TR =Total revenue PQ =Price quantity (Harga per Satuan Unit) Q =Quantity (Total produksi) b. Keuntungan/Laba Rugi (Hoddi dkk, 2011) π = TR TC Keterangan : π = Pendapatan Peternak Sapi Potong TR = Total revenue TC = Total Cost c. B/C Ratio (Mulyadi, 2001) B/C Ratio = Total Output Total Input d. Break Event Point (BEP) (Soepranianondo dkk, 2010) BEP (unit) = FC BEP (harga) = P VC FC 1 - VC P Keterangan: FC = Fixed Cost (biaya tetap) VC =Variabel Cost (Biaya P Variabel per Unit) = Price (Harga Jual per Unit) e. Return Of Invesment (Soepranianondo dkk, 2010) ROI = GP x 100% M Keterangan: GP = Gain Profit (Keuntungan bersih M = Modal Usaha Hasil dan Pembahasan Analisis finansial yang dilakukan pada tiga responden pada Kecamatan Amarasi Barat menunjukkan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1
68 Tabel 1. Hasil analisis finansial dari responden di Kecamatan Amarasi Barat No. Kriteria Koresponden Desa Merbaun Desa Niukbaun Desa Nekbaun 1. Modal 114.000.000 83.600.000 97.100.000 2. Penerimaan 130.000.000 93.750.000 112.500.000 3. Keuntungan (Laba/Rugi) 16.000.000 10.150.000 15.400.000 4. %Profit Margin 12,3% 10,83% 13,7% 5. B/C Ratio 1,14 1,121 1,159 6. BEP Unit 17 ekor 13 ekor 15 ekor 7. BEP Harga 5.633.350/ekor 5.500.600/ekor 5.319.150/ekor 8. ROI 28,07 % 24,28% 31,71% 9. Periode Produksi 6 bulan 6 bulan 6 bulan 10. Jumlah Ternak 20 ekor 15 ekor 18 ekor Berdasarkan penelitian dari tiga responden yang diambil dari tiga peternak sapi potong di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang, diperoleh hasil analisis data dengan analisis finansial sebagai berikut: 1. Keuntungan (Laba/Rugi) Tiga responden peternak memiliki keuntungan yang cukup besar dalam satu periode penggemukkan berkisar Rp. 10.150.000 Rp. 16.000.000 dengan persentasi keuntungan terhadap penerimaan (profit margin) berkisar 10,83% - 13,7%. 2. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) setiap responden memiliki B/C ratio yang lebih besar dari satu (>1), dari tiga responden peternak nilai B/C ratio berkisar 1,121 1,159 yang berarti setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp. 1.000 akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 121 Rp. 159. Hal ini menunjukkan usaha peternakan sapi potong dengan sistem manajemen amarasi di Kecamatan Amrasi Barat Kabupaten Kupang layak diusahakan. 3. Break Event Point (BEP) Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan yang menunjukkan pengusaha ternak sapi potong tidak untung dan tidak rugi. Berdasarkan hasil analisis didapatkan BEP unit usaha ternak sapi potong dari tiga responden berkisar 13-17 ekor dengan BEP harga berkisar Rp. 5.319.150 Rp. 5.633.350/ekor;. Ini berarti bahwa pengusahaan ternak sapi potong baru akan memperoleh keuntungan apabila peternak memelihara sapi potong lebih dari 13-17 ekor sapi potong. BEP unit dan BEP harga menyesuaikan jumlah produksi masing-masing responden.
69 4. Return On Invesment (ROI) Return On Invesment (ROI) adalah salah satu jenis ratio profitabilitas. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam pengolahan investasi. Berdasarkan analisis finansial diatas maka nilai ROI dari tiga responden memiliki nilai berkisar 24,28% - 31,71%; hal ini berarti dalam mengelolah investasi peternakan sapi potong dengan sistem manajemen amarasi di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang berkisar 24,28% 31,71% Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. pengusahaan peternakan sapi potong dengan sistem manajemen amarasi di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur layak untuk diusahakan. 2. Break Event Point (BEP) pengusahaan peternakan sapi potong dengan sistem manajemen amarasi di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur berkisar 13 17 ekor. Daftar Pustaka Heryadi, A.Y. 2010. Bisnis Penggemukan (Fattening) Sapi Madura di Kabupaten Pamekasan. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Surabaya. 120 hlm. Hoddi, A. H., M. B. Rombe, Fahrul. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong Di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) : 98 109. Nulik, J; D. Kana Hau and Asnah. 2002. The Amarasi Farming System, Its Economic Aspects and the Adoption of Improved Cattle Feeding and Group Pen Systems. BPTP Naibonat. Kupang. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Yogyakarta : STIE YKPN. Tandi, I. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali Dengan Sistem Penggembalaan Di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawei Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Gowa. Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1: 15-23. Suastina, I. G. P. B. dan I. G. Ngurah Kayana. 2004. Analisis Finansial Usaha Agribisnis Peternakan Sapi Daging (Suatu Studi Kasus). Soepranianondo, K., R. Sidik, D. S. Nazar, S. Hidanah, Pratisto, S. H. Warsito. 2013. Buku Ajar Kewirausahaan. Airlangga University Perss. Surabaya.
70 Syafrial, Endang Susilawati dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.