BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

PENYELESAIAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE CABANG DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rangkaian pembahasan sebelumnya mengenai perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

3 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang. 4 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara tidak langsung (non

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance)

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan jaman yang semakin pesat, gaya hidup

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR

I. PENDAHULUAN. Perusahaan Leasing memiliki peran yang cukup penting dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PENJUALAN SEPEDA MOTOR BEKAS ANTARA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE CABANG MUARA BUNGO DENGAN DEALER OEDAY MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

1. Pengertian. 2. Peraturan Pembiayaan Konsumen. 3. Manfaat Pembiayaan Konsumen. PEMBIAYAAN KONSUMEN (Consumer Finance) 30-Oct-16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PP 4/1998, TATA CARA PENJUALAN BARANG SITAAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PP 4/1998, TATA CARA PENJUALAN BARANG SITAAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB I PENDAHULUAN. ( Februari, 2015 ).

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah lembaga pembiayaan mungkin belum sepopuler dengan istilah lembaga keuangan dan lembaga perbankan. Belum akrabnya dengan istilah ini bisa jadi karena dilihat dari eksistensinya lembaga pembiayaan memang relatif masih baru jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan (selanjutnya disebut Perpres No. 9 Tahun 2009) menyatakan bahwa lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat sanggup bayar. Bidang usaha dalam lembaga pembiayaan antara lain sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Salah satu sistem pembiayaan alternatif yang cukup berperan aktif dalam membantu memberikan dana pada masyarakat yaitu pembiayaan konsumen atau dikenal dengan istilah consumer finance. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen dengan objek

2 pembiayaan barang kebutuhan konsumen seperti komputer, barang elektronik, kendaraan bermotor dan lain-lain, serta sistem pembayaran secara berkala. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 7 Perpres No. 9 Tahun 2009 yang berbunyi pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan finansial (consumer finance company). Perjanjian merupakan sumber hukum utama pembiayaan konsumen. Konsumen merupakan pihak yang paling mengetahui barang yang dibutuhkannya, untuk itu menghubungi perusahaan pemasok. Sebelum menghubungi pemasok, konsumen telah menetapkan daftar barang yang dibutuhkan dengan harga berdasarkan penawaran dari pihak pemasok. 1 Permohonan pembiayaan konsumen biasanya dilakukan oleh konsumen di tempat kedudukan pemasok penyedia barang kebutuhan konsumen. Pemasok ini biasanya telah bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan konsumen untuk para konsumen yang tidak mampu membayar barang yang diinginkan secara tunai. Atas permohonan konsumen, perusahaan pembiayaan konsumen menyiapkan dokumen pendahuluan berupa borang permohonan kredit (credit application form) untuk diisi oleh konsumen. borang permohonan kredit tersebut kemudian diperiksa oleh petugas yang ditunjuk oleh perusahaan (surveyor report), dan bila sudah memenuhi syarat, perusahaan menerbitkan surat persetujuan kredit (credit approval memorandum). Selanjutnya tahap pengikatan yaitu badan legal akan 1 Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. 2000. Hal. 253

3 mempersiapkan perjanjian pembiayaan konsumen, jaminan pribadi serta jaminan perusahaan (jika ada) yang dilegalisir oleh notaris atau secara notariil. Perjanjian pembiayaan konsumen dan perjanjian jual beli antara perusahaan pembiayaan konsumen, konsumen dan pemasok berisi syarat yang ditetapkan bahwa pihak perusahaan akan membayar harga barang secara tunai kepada pemasok dan pihak konsumen akan membayar harga barang secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Sebagai jaminan pokok dari pihak konsumen adalah barang yang dibeli dengan pembiayaan konsumen, dan sebagai jaminan tambahan (pelengkap) adalah surat pengakuan hutang (promissory notes) atau surat kuasa menjual barang (authority to sale of goods) dari pihak konsumen. Apabila perjanjian pembiayaan konsumen yang telah dilaksanakan telah sesuai, maka pihak konsumen membayar harga barang kepada perusahaan pembiayaan konsumen secara angsuran sampai lunas. Sebelum pembayaran lunas, semua dokumen kepemilikan atas barang diserahkan kepada dan dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen sebagai jaminan secara fiducia. 2 Apabila konsumen melakukan wanprestasi, maka perusahaan pembiayaan konsumen berdasarkan kuasa untuk menjual, melakukan penjualan barang guna menutup hutang konsumen yang belum dilunasi. 3 Perusahaan pembiayaan konsumen yang bermodal besar menggunakan jasa penagih utang (debt collector) untuk melakukan penagihan bagi konsumen yang wanprestasi dalam arti tidak mampu lagi membayar(gagal bayar). Salah satu 2 Ibid, hlm. 254 3 Ibid

4 perusahaan pembiayaan konsumen yang menggunakan jasa penagih utang adalah PT Mandiri Tunas Finance. Jasa penagih utang (debt collector) tidak diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan. Dalam praktiknya, jasa penagih utang (debt collector) bekerja berdasarkan kuasa yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan untuk menagih utang kepada konsumennya. 4 Perjanjian pemberian kuasa diatur dalam Pasal 1792 KUHPerdata (Burgerlijk Wetbook) dalam hal ini PT Mandiri Tunas Finance kepada jasa penagih utang (debt collector) untuk melakukan penagihan pada konsumen pembiayaan yang lalai membayar kewajiban utangnya. Tata cara dan prosedur yang dilakukan perusahaan pembiayaan konsumen untuk melakukan penarikan barang apabila terjadi wanprestasi oleh konsumen antara lain, pertama yaitu jasa penagih utang memberikan surat pemberitahuan atau somasi kepada konsumen sebanyak 3(tiga) kali yang berisikan bahwa konsumen telah jatuh tempo untuk membayar uang angsuran kepada perusahaan. Jika surat pemberitahuan atau somasi yang diberikan jasa penagih utang tidak diindahkan oleh konsumen, jasa penagih utang datang langsung menemui konsumen dan menagih uang angsuran serta denda kepada dan jika konsumen tetap tidak melaksanakan pembayaran, jasa penagih utang akan melakukan penarikan atas kendaraan yang dijadikan jaminan pembiayaan. Dalam praktik, prilaku pihak jasa penagih utang dalam menjalankan tugasnya dalam kacamata konsumen menyalahi peraturan perundang-undangan karena menarik barang milik konsumen. Tugas utama dari jasa penagih adalah 4 Laksanto Utomo. Aspek Hukum Kartu Kredit dan Perlindungan Konsumen. Jakarta : PT Alumni. 2011. Hlm.179

5 melakukan penagihan terhadap konsumen yang belum membayar atau jatuh tempo dari yang telah ditentukan oleh perusahaan pembiayaan, tetapi jasa penagih utang menagih uang kepada konsumen jasa pembiayaan dengan ancaman untuk membayar, bahkan mengambil barang milik konsumen jasa pembiayaan secara paksa, jika para konsumen tidak membayar uang dalam waktu yang telah ditentukan oleh jasa penagih utang. Dengan demikian konsumen dapat melakukan upaya hukum apabila merasa dirugikan atas tindakan jasa penagih utang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan membahas mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen akibat penarikan barang secara paksa. Untuk itu judul peneliti ini adalah: Penarikan Barang oleh Jasa Penagih Utang (Debt Collector) dari Perusahaan Pembiayaan (Studi pada PT Mandiri Tunas Finance Cabang Metro) B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Apa saja substansi yang diatur dalam perjanjian kerjasama antara PT. Mandiri Tunas Finance dan jasa penagih utang (debt collector)? 2. Bagaimanakah prosedur penarikan barang oleh jasa penagih utang kepada konsumen yang melakukan wanprestasi dalam hal gagal membayar uang angsuran sesuai dengan ketentuan perusahaan? 3. Apa upaya yang dapat dilakukan konsumen apabila konsumen merasa dirugikan atas penarikan barang oleh jasa penagih utang (debt collector)?

6 Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian, yang menggambarkan batas penelitian, mempersempit penelitian, dan membatasi area penelitian. Lingkup penelitian juga menunjukan secara pasti faktor-faktor mana yang akan diteliti, dan mana yang tidak, atau untuk menentukan apakah semua faktor yang berkaitan dengan penelitian akan diteliti ataukah akan dileminasi sebagian. 5 Berdasarkan permasalahan di atas agar tidak meluas dan terarahnya pembahasan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada penarikan barang oleh jasa penagih utang pada perusahaan pembiayaan. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Memperoleh deskripsi mengenai bentuk perjanjian kerjasama antara PT. Mandiri Tunas Finance dan pihak jasa penagih utang(debt collector) 2. Memperoleh deskripsi mengenai prosedur penarikan barang oleh jasa penagih utang kepada konsumen jasa pembiayaan yang melakukan wanprestasi (gagal bayar). 3. Memperoleh deskripsi mengenai bentuk-bentuk upaya yang dapat dilakukan konsumen apabila konsumen merasa dirugikan atas penarikan barang oleh jasa penagih utang (debt collector). 2005), hlm.111. 5 Bambang Sunggono, Metodologi Penelian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

7 D. Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya hukum lembaga pembiayaan. 2. Secara praktis, penulisan ini dituangkan berguna sebagai: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui dan mempelajari bentuk perjanjian kerjasama antara PT. Mandiri Tunas Finance dan pihak jasa penagih utang (debt collector). b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan saran kepada pihak perusahaan pembiayaan konsumen, jasa pihak penagih utang (debt collector) dan konsumen jasa pembiayaan c. Memberikan informasi dan gambaran kepada pembaca mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen jasa pembiayaan apabila terjadi penarikan barang oleh jasa penagih utang (debt collector) d. Salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan studi pada fakultas Hukum Universitas Lampung;