FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

BERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA. BAB I KETENTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI PROGRAM MANAJEMEN PENUAAN

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

KATEGORISASI. Kegiatan: Modifikasi Utilisasi (centang kotak yang sesuai)

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. PENGEMBANGAN BATAS-BATAS DAN KONDISI-KONDISI OPERASIONAL

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya

FORMULIR PERMOHONAN IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA. BAB I KETENTUAN UMU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR


FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEKOMISIONING. A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekomisioning URAIAN INSTALASI

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

TAHAPAN PENGEMBANGAN DESAIN, DAN VERIFIKASI DAN VALIDASI SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 03 Tahun 2007 tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali

PERSYARATAN TEKNIS DESAIN

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG DEKOMISIONING REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

FORMAT DAN ISI PROGRAM DEKOMISIONING INNR

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN

Bab 3 IMPLEMENTASI PERTAHANAN BERLAPIS

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

Transkripsi:

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya BAB I. BAB II. BAB III. BAB IV. BAB V. BAB VI. PENDAHULUAN BATAS KESELAMATAN PENGESETAN SISTEM KESELAMATAN KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL PERSYARATAN SURVEILAN PERSYARATAN ADMINISTRASI II. Kerangka

- 2 - II. Kerangka Isi Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya BAB I. PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas pengantar dan moda operasi. A. Pengantar 1. informasi mengenai pembuatan dokumen Batasan dan Kondisi Operasi reaktor nondaya, termasuk riwayat penyusunannya dan penggunaan referensi; 2. pernyataan mengenai lingkup keberlakuan Batasan dan Kondisi Operasi reaktor nondaya, misalnya pada tahap komisioning, maka pada lingkup di pengantar ini ditulis: Batasan dan Kondisi Operasi reaktor nondaya ini hanya berlaku selama tahap komisioning reaktor saja ; dan 3. komitmen bahwa Pemegang Izin akan melaksanakan operasi reaktor nondaya sesuai dengan Batasan dan Kondisi Operasi reaktor nondaya pada semua moda operasi reaktor. B. Moda Operasi Bagian ini berisi semua moda operasi reaktor nondaya yang direncanakan. BAB II. BATAS KESELAMATAN Bab ini terdiri atas: 1. tujuan penetapan nilai parameter Batas Keselamatan; 2. keberlakuan parameter Batas Keselamatan; 3. spesifikasi Batas Keselamatan; dan 4. dasar penetapan nilai parameter Batas Keselamatan. A. Tujuan penetapan nilai parameter Batas Keselamatan Bagian ini berisi tujuan penetapan setiap nilai Batas Keselamatan yang dinyatakan dengan jelas. B. Keberlakuan

- 3 - B. Keberlakuan parameter Batas Keselamatan Bagian ini berisi pernyataan keberlakuan Batas Keselamatan yang menyebutkan variabel, komponen, sistem, moda operasi (startup, operasi daya rendah, operasi daya, shutdown, moda operasi kejut (pulse), perawatan, pengujian dan pengisian ulang bahan bakar nuklir) dan moda pendinginan. C. Spesifikasi Batas Keselamatan 1. Parameter Batas Keselamatan yang terdiri dari: a. temperatur bahan bakar nuklir; atau b. parameter Batas Keselamatan lainnya yang terukur, seperti tingkat daya termal, aliran pendingin yang melewati teras, temperatur pendingin inlet atau outlet, tekanan pendingin dan ketinggian pendingin di atas teras, jika temperatur bahan bakar tidak selalu diukur pada setiap kali operasi reaktor. 2. nilai Batas Keselamatan yang dinyatakan dengan suatu nilai yang jelas, bersifat konservatif yang menjamin bahwa semua ketidakpastian dalam analisis keselamatan telah dipertimbangkan, misalnya ketidakpastian pengukuran, waktu respons alat dan ketidakpastian perhitungan, dan tidak bertentangan dengan nilai Batas Keselamatan yang lain. Penetapan nilai temperatur dan parameter Batas Keselamatan lainnya sebagai nilai Batas Keselamatan adalah sebagai berikut: a. nilai maksimum temperatur bahan bakar nuklir ditetapkan sebagai Batas Keselamatan, jika temperatur bahan bakar selalu diukur pada setiap kali operasi reaktor. Apabila pengukuran nilai temperatur bahan bakar bukan pada titik terpanas, maka nilai pengukuran dikorelasikan dengan nilai maksimum temperatur bahan bakar nuklir; atau b. nilai parameter Batas Keselamatan lainnya yang terukur seperti tingkat daya termal maksimum, aliran pendingin minimum yang melewati teras, dan ketinggian minimum pendingin di atas teras. D. Dasar

- 4 - D. Dasar penetapan nilai parameter Batas Keselamatan Bagian ini berisi dasar penetapan nilai Batas Keselamatan yang diberikan berdasarkan analisis keselamatan dan desain reaktor. Dasar penetapan tersebut merujuk ke Bab yang relevan dari Laporan Analisis Keselamatan terutama dari Bab V tentang Reaktor dan Bab XVI tentang Analisis Keselamatan. BAB III. PENGESETAN SISTEM KESELAMATAN Bab ini terdiri atas: 1. tujuan penetapan nilai parameter Pengesetan Sistem Keselamatan; 2. keberlakuan parameter Pengesetan Sistem Keselamatan; 3. spesifikasi Pengesetan Sistem Keselamatan; dan 4. dasar penetapan nilai parameter Pengesetan Sistem Keselamatan. A. Tujuan penetapan nilai parameter Pengesetan Sistem Keselamatan Bagian ini berisi tujuan penetapan setiap nilai Pengesetan Sistem Keselamatan yang dinyatakan dengan jelas. B. Keberlakuan parameter Pengesetan Sistem Keselamatan Bagian ini berisi pernyataan keberlakuan Pengesetan Sistem Keselamatan yang menyebutkan variabel, komponen, sistem, moda operasi (startup, operasi daya rendah, operasi daya, shutdown, moda operasi kejut (pulse), perawatan, pengujian dan pengisian ulang bahan bakar nuklir) dan moda pendinginan. C. Spesifikasi Pengesetan Sistem Keselamatan 1. Parameter Pengesetan Sistem Keselamatan yang terdiri dari: a. setiap parameter yang telah ditetapkan dalam Batas Keselamatan; dan b. parameter Pengesetan Sistem Keselamatan lainnya yang mengakibatkan nilai Batas Keselamatan terlampaui dan tidak ditetapkan Batas Keselamatannya. 2. nilai

- 5-2. nilai Pengesetan Sistem Keselamatan dinyatakan dengan suatu nilai yang jelas, bersifat konservatif yang menjamin bahwa semua ketidakpastian dalam analisis keselamatan telah dipertimbangkan, misalnya ketidakpastian pengukuran, waktu respons alat dan ketidakpastian perhitungan, dan tidak bertentangan dengan nilai Pengesetan Sistem Keselamatan yang lain. 3. tindakan yang dilakukan oleh operator reaktor nondaya dengan segera dalam hal terjadi kegagalan terhadap Pengesetan Sistem Keselamatan. D. Dasar penetapan nilai parameter Pengesetan Sistem Keselamatan Bagian ini berisi dasar penetapan nilai Pengesetan Sistem Keselamatan yang diberikan berdasarkan analisis keselamatan, desain reaktor, dan desain instrumentasi. Dasar penetapan tersebut merujuk ke Bab yang relevan dari Laporan Analisis Keselamatan terutama dari Bab V tentang Reaktor, Bab VIII tentang Sistem Instrumentasi dan Kendali dan Bab XVI tentang Analisis Keselamatan. BAB IV. KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL Kondisi Batas Untuk Operasi Normal dikelompokkan berdasarkan parameter: 1. teras reaktor; 2. sistem kendali dan sistem keselamatan reaktor; 3. sistem pendingin reaktor dan sistem terkait; 4. pengungkung atau penyungkup; 5. sistem ventilasi; 6. catu daya listrik darurat; 7. sistem pemantauan radiasi dan efluen; 8. sistem pendukung; 9. utilisasi; dan 10. Kondisi Batas untuk Operasi Normal khusus. Untuk

- 6 - Untuk setiap kelompok Kondisi Batas untuk Operasi Normal sebagaimana tercantum di atas, memuat dan menguraikan: 1. tujuan penetapan nilai parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal; 2. keberlakuan parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal; 3. spesifikasi Kondisi Batas untuk Operasi Normal; dan 4. dasar penetapan nilai parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal. A. Tujuan penetapan nilai parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal Bagian ini berisi tujuan penetapan setiap nilai Kondisi Batas untuk Operasi Normal yang dinyatakan dengan jelas. B. Keberlakuan parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal Bagian ini berisi pernyataan keberlakuan Kondisi Batas untuk Operasi Normal yang menyebutkan variabel, komponen, sistem, moda operasi (startup, operasi daya rendah, operasi daya, shutdown, perawatan, pengujian dan pengisian ulang bahan bakar nuklir) dan moda pendinginan. C. Spesifikasi Kondisi Batas untuk Operasi Normal 1. parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal yang terdiri dari: a. setiap parameter yang telah ditetapkan dalam Pengesetan Sistem Keselamatan; dan b. parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal lainnya yang mengakibatkan parameter Pengesetan Sistem Keselamatan tidak terlanggar dan tidak ditetapkan dalam Pengesetan Sistem Keselamatan. 2. nilai Kondisi Batas untuk Operasi Normal yang dinyatakan dengan suatu nilai yang jelas, bersifat konservatif yang menjamin bahwa semua ketidakpastian dalam analisis keselamatan telah dipertimbangkan, misalnya ketidakpastian pengukuran, waktu respons alat dan ketidakpastian perhitungan, dan tidak bertentangan dengan nilai Kondisi Batas untuk Operasi Normal yang lain. 3. waktu yang dibolehkan pada kondisi ketidaktersediaan sistem terkait keselamatan; dan 4. nilai

- 7-4. nilai pengesetan alarm untuk parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal yang memungkinkan operator memulai tindakan dalam hal pelanggaran nilai Kondisi Batas untuk Operasi Normal sebelum nilai Pengesetan Sistem Keselamatan tercapai. D. Dasar penetapan nilai parameter Kondisi Batas untuk Operasi Normal Bagian ini berisi dasar penetapan nilai Kondisi Batas untuk Operasi Normal yang diberikan berdasarkan analisis keselamatan, desain reaktor, dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan operasi. Dasar penetapan tersebut merujuk ke Bab yang relevan dari Laporan Analisis Keselamatan terutama dari Bab V tentang Reaktor, Bab VI tentang Sistem Pendingin Reaktor dan Sistem Terkait, Bab VII tentang Fitur Keselamatan Teknis, Bab VIII tentang Sistem Instrumentasi dan Kendali, Bab IX tentang Sistem Catu Daya Listrik, Bab X tentang Sistem Pendukung, Bab XI tentang Utilisasi Reaktor, Bab XII tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi, dan Bab XVI tentang Analisis Keselamatan. BAB V. PERSYARATAN SURVEILAN Bab ini berisi frekuensi dan interval uji fungsi, kalibrasi, dan inspeksi terhadap struktur, sistem dan komponen yang penting untuk keselamatan yang ditetapkan dalam Batas Keselamatan, Pengesetan Sistem Keselamatan, dan Kondisi Batas untuk Operasi Normal. BAB VI. PERSYARATAN ADMINISTRASI Bab ini berisi kendali administratif terhadap: A. struktur Organisasi; B. kualifikasi dan pelatihan Petugas Instalasi dan Bahan Nuklir; C. penilaian dan audit; D. prosedur; E. rekaman; F. pelaporan; G. proteksi dan keselamatan radiasi; H. utilisasi dan modifikasi reaktor nondaya; dan I. tindakan

- 8 - I. tindakan dalam kejadian operasi terantisipasi dan/atau penyimpangan terhadap Batas Keselamatan, Pengesetan Sistem Keselamatan, dan Kondisi Batas untuk Operasi Normal termasuk scram reaktor. A. Struktur Organisasi 1. diagram organisasi pengoperasi; 2. tugas, wewenang, tanggung jawab organisasi pengoperasi; 3. susunan petugas instalasi dan bahan nuklir; dan 4. hubungan kerja di dalam organisasi pengoperasi. B. Kualifikasi dan Pelatihan Petugas Instalasi dan Bahan Nuklir 1. persyaratan kualifikasi; dan 2. jenis dan frekuensi pelatihan. Uraian mengenai persyaratan kualifikasi, jenis dan frekuensi pelatihan tercantum pada Peraturan Kepala BAPETEN mengenai izin bekerja petugas instalasi dan bahan nuklir. C. Penilaian dan Audit 1. panitia penilai keselamatan, paling sedikit mencakup komposisi dan kualifikasi anggota, kewenangan, frekuensi minimum penilaian keselamatan dan pertemuan anggota, hal-hal yang dinilai, dan rekaman hasil penilaian; dan 2. tim audit paling sedikit mencakup komposisi dan kualifikasi anggota, kewenangan, frekuensi minimum pelaksanaan audit dan pertemuan anggota, dan rekaman hasil audit. D. Prosedur 1. pernyataan manajemen bahwa kegiatan seperti operasi, startup setelah terjadi scram, perawatan, surveilan, pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi, kesiapsiagaan nuklir, akan dilakukan sesuai dengan prosedur; dan 2. pembuatan

- 9-2. pembuatan prosedur, revisi prosedur, dan pengendalian prosedur mengacu pada sistem manajemen. E. Rekaman 1. ketentuan mengenai penyiapan, penyimpanan dan ketersediaan berbagai rekaman yang membuktikan kesesuaian operasi dengan Batasan dan Kondisi Operasi; dan 2. rekaman yang perlu disimpan dan jangka waktu penyimpanannya. F. Pelaporan Bagian ini berisi pernyataan manajemen untuk menyampaikan laporan kepada Kepala BAPETEN berupa: 1. frekuensi penyampaian laporan operasi rutin, termasuk kejadian operasi terantisipasi; dan 2. kecelakaan. Uraian mengenai pelaporan operasi rutin dan kecelakaan tercantum pada Peraturan Kepala BAPETEN mengenai ketentuan keselamatan operasi reaktor nondaya dan Peraturan Kepala BAPETEN mengenai Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kedaruratan Nuklir. G. Proteksi dan Keselamatan Radiasi Bagian ini berisi pernyataan manajemen untuk mewujudkan tujuan proteksi dan keselamatan radiasi reaktor nondaya. H. Utilisasi dan Modifikasi Reaktor Nondaya 1. persyaratan administrasi untuk melakukan utilisasi dan modifikasi; dan 2. persyaratan administrasi untuk melakukan moda operasi baru. Uraian mengenai Utilisasi dan Modifikasi Reaktor Nondaya tercantum pada Peraturan Kepala BAPETEN mengenai Keselamatan dalam Utilisasi dan Modifikasi Reaktor Nondaya. I. Tindakan

- 10 - I. Tindakan dalam kejadian operasi terantisipasi dan/atau pelanggaran terhadap Batas Keselamatan, Pengesetan Sistem Keselamatan, dan Kondisi Batas untuk Operasi Normal termasuk scram reaktor. Bagian ini berisi ketentuan atau pernyataan Pemegang Izin bahwa akan melaksanakan tindakan dan waktu penyelesaian dalam hal terjadi pelanggaran terhadap Batas Keselamatan, Pengesetan Sistem Keselamatan, dan Kondisi Batas untuk Operasi Normal. Contoh dari tindakan dalam hal pelanggaran terhadap Batas Keselamatan: a. memadamkan reaktor; b. melakukan investigasi penyebab terjadinya pelanggaran; c. melakukan upaya untuk mencegah berulangnya pelanggaran; d. tidak mengoperasikan reaktor sebelum dilakukan evaluasi, tindakan korektif yang tepat, dan mendapat persetujuan dari Kepala BAPETEN; dan e. melaporkan segera kepada Kepala BAPETEN. Contoh dari tindakan dalam hal pelanggaran terhadap Pengesetan Sistem Keselamatan: a. memadamkan reaktor; b. melakukan investigasi penyebab terjadinya pelanggaran; c. melakukan upaya untuk mencegah berulangnya pelanggaran; dan d. melaporkan kepada Kepala BAPETEN. Contoh dari tindakan dalam hal pelanggaran terhadap Kondisi Batas untuk Operasi Normal: a. mengembalikan kondisi reaktor ke operasi normal; b. melakukan investigasi penyebab terjadinya pelanggaran; c. melakukan upaya untuk mencegah berulangnya pelanggaran; dan d. melaporkan kepada Kepala BAPETEN. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, AS NATIO LASMAN

- 11 -