BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. sejarah bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa pada masa mendatang. Perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat, serta bagian dari generasi muda sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Repulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

JURNAL PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

BAB I PENDAHULUAN. sangat kuat, yakni dengan menjadikan Undang-undang Dasar 1945 menjadi pilar

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. II/No. 7/Ags/2014. PEMIDANAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR 1 Oleh: Judy Mananohas 2

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus. materiil spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No: 164/Pid.B/2009/PN.PL) SAHARUDDIN / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara hukum yang pada masa sekarang ini sedang melakukan pembangunan disegala aspek tidak terkecuali bidang hukum, maka segala usaha dari pemerintah haruslah mengarah pada sasaran dan cita-cita pembangunan Indonesia. Sekarang ini kejahatan semakin banyak terjadi di pedesaan maupun perkotaan. Pelaku kejahatan tidak hanya orang dewasa tetapi ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak menurut Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam kandungan. Anak merupakan generasi penerus bangsa, sehingga anak-anak dalam tumbuh kembangnya harus dilindungi, supaya kelak dewasa nanti dapat menjadi penerus bangsa. Dalam perkembangan anak menurut Wagiati Soetodjo terdapat 3 (tiga) fase yaitu 1. Fase pertama dimulai pada anak usia 0 sampai dengan 7 tahun yang biasa disebut sebagai masa anak kecil dan masa perkembangan kemampuan mental, pengembangan fungsi-fungsi tubuh, perkembangan kehidupan emosional, bahasa bayi dan arti bahasa bagi anak-anak, masa kritis (trozalter) pertama dan tumbuhnya seksualitas awal pada anak. 1

2 2. Fase kedua adalah dimulai pada usia 7 sampai dengan 14 tahun disebut sebagai masa kanak-kanak, dapat digolongkan kedalam 2 periode, yaitu : a. Masa anak sekolah dasar mulai dari usia 7-12 tahun adalah periode intelektual. Periode intelektual ini adalah masa belajar awal dimulai dengan memasuki masyarakat di luar keluarga, yaitu lingkungan sekolah kemudian teori pengamatan anak dalam berbagi macam potensi, namun masih bersifat tersimpan atau masa latensi. b. Masa remaja/pra pubertas atau pubertas awal yang dikenal sebutan periode pueral. Pada periode ini, terdapat kematangan fungsi jasmaniah ditandai dengan berkembangannya tenaga fisik yang melimpah-limpah yang menyebabkan tingkah laku anak kelihatan kasar, canggung berandal, kurang sopan, liar dan lainlain. Sejalan berkembangnya fungsi jasmaniah, perkembangan intelektual juga berlangsung sangat intensif sehingga minat pada pengetahuan dan pengalaman baru pada dunia luar sangat besar terutama yang bersifat konkrit, karenanya anak puber disebut anak yang fragmatis atau utilitas kecil, minatnya terarah pada kegunaan-kegunaan teknis. 3. Fase ketiga adalah dimulainya pada usia 14 sampai dengan 21 tahun yang dinamakan fase remaja, dalam arti sebenarnya yaitu masa

3 pubertas dan adolescent, terdapat masa penghubung dan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Masa remaja atau masa pubertas biasa dibagi dalam 4 fase, yaitu : a. Masa awal pubertas, disebut sebagai masa pueral/pra pubertas. b. Masa menentang kedua, fase negative, trozalter kedua, periode verneinung. c. Masa pubertas sebenarnya, mulai kurang lebih 14 tahun. Masa pubertas pada anak wanita pada umumnya berlangsung lebih awal dari pada masa pubertas anak laki-laki. d. Fase adolescence, mulai kurang lebih usia 17 tahun sampai sekitar 19 hingga 21 tahun. 1 Kejahatan pada sekarang ini dilakukan tidak hanya oleh orang dewasa namun juga dilakukan oleh anak-anak. Anak-anak yang melakukan tindak kejahatan menurut Undang-undang No 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dapat disebut sebagai anak nakal, sedangkan dalam Undang-undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan anak disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum disebut Anak. Anak yang dimaksud dalam Undangundang No.11 Tahun 2012 adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. 1 Wagiati Soetodjo, 2006, Hukum Pidana Anak, Bandung, Refika Aditama, hlm7-8

4 Kenakalan anak yaitu setiap perbuatan yang dilakukan seorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat membahayakan perkembangan pribadi anak. 2 Kenakalan anak adalah suatu tindakan atau perbuatan pelanggaran norma, baik norma hukum maupun norma sosial yang dilakukan oleh anak-anak usia muda. 3 Setiap orang yang terbukti secara sah melakukan tindak pidana maka dapat dipidana menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tidak terkecuali anak. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana di Indonesia mengandung unsur-unsur : 1. Adanya perbuatan manusia 2. Perbuatan tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum 3. Adanya kesalahan 4. Orang yang berbuat harus dipertanggung jawabkan Anak yang memenuhi unsur-unsur diatas maka dapat dipidana sesuai dengan perbuatan dan ketentuan hukum yang berlaku. Sulitnya mencari sumber penghidupan yang layak mendorong orang untuk melakukan tindak kejahatan untuk mendapatkan keinginannya, salah satunya yaitu mengambil barang milik orang lain tanpa ijin dari yang punya atau 2 Romli Atmasasmita, 1983, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, Bandung, Armico, Hlm 40 3 Wagiati Soetodjo, Op. Cit, hlm 11

5 dapat disebut mencuri. Tindak pidana pencurian dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia diatur dalam Pasal 362 barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian milik kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah. Anak yang terbukti melakukan tindak pidana pencurian dapat pidana penjara. Anak yang dipidana penjara hak-haknya sebagai anak dibatasi, hak untuk dapat tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Kerjasama antara aparat penegak hukum yaitu Polisi, Jaksa, Hakim sangat dibutuhkan untuk menanggulangi tindak pidana. Masing-masing aparat penegak hukum mempunyai fungsi sendiri-sendiri, Polisi bertugas untuk menyelidiki dan menyidik suatu tindak pidana untuk mencari bukti awal suatu peristiwa pidana, Jaksa berdasarkan bukti awal yang dikumpulkan penyidik bertugas mewakili Negara untuk melakukan penuntutan, Hakim bertugas untuk memeriksa dan memutus suatu tindak pidana. Putusan Hakim harus bisa memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana sehingga dikemudian hari para pelaku tindak pidana tidak mengulangi kejahatanya, putusan juga harus memberikan pendidikan agar orang lain tidak melakukan hal yang serupa. Seorang Hakim dalam mengambil keputusan harus

6 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan fakta-fakta yang diketemukan dalam proses pemeriksaan. B. Rumusan Masalah Apa dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana penjara terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian? C. Tujuan Penelitian Untuk memperoleh data tentang dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana penjara terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Memperoleh gambaran yang jelas mengenai pertimbangan Hakim menjatuhkan pidana penjara terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian. 2. Bagi ilmu hukum Masukan bagi ilmu hukum, khususnya bidang ilmu pidana yang membahas tentang pertimbangan hakim memutus perkara pencurian yang dilakukan oleh anak.

7 E. Batasan Konsep 1. Anak Menurut Undang-undang No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan anak, anak yang melakukan tindak pidana, atau anak yang melakukan perbuatan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun peraturan hukum lainnya yang hidup dan berlaku di masyarakat yang bersangkutan dapat disebut sebagai anak. Menurut Undang-undang No.12 Tahun 2012 Pasal 2, Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Pasal 3, Anak yang berkonflik dengan hukum disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. 2. Pencurian Pencurian menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Pasal 362 barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun penjara atau denda paling banyak enam puluh rupiah. Suatu perbuatan dikatakan tindak pidana pencurian apabila memenuhi unsur-unsur :

8 - Barang siapa - Mengambil suatu benda - Sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain - Dengan cara melawan hukum 3. Hakim Hakim adalah pejabat Negara yang diberikan wewenang oleh undang-undang untuk mengadili, dalam Pasal 31 Undang-undang No 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menyebutkan hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang berada pada badan peradilan dibawah Mahkamah Agung. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya Negara hukum Republik Indonesia. Kekuasaan hakim yang merdeka adalah bahwa kekuasaan hakim bebas dari campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, kebebasan dalam melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim adalah untuk menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Putusan hakim mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia. Hakim juga mempunyai kewajiban untuk menggali, mengikuti dan memahami hukum yang hidup dalam masyarakat.

9 F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendasarkan pada data sekunder, jadi dalam penelitian ini data diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis, yaitu menganalisis permasalahan dari sudut pandang/menurut ketentuan hukum/perundang-undangan yang berlaku. 2. Sumber Data Data yang diperlukan adalah dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang berupa bahanbahan hukum. 4 Bahan-bahan hukum tersebut terdiri dari : a. Bahan hukum Primer yang berupa Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, 1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 3) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. 4 Soerjono Soekanto dan Sri Mammudji, 1990, Pengantar Singkat Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Rajawali Press, hlm 14

10 4) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak. 5) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 6) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang bersifat menjelaskan terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari literatur, artikel, hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, literatur-literatur : 1) Buku-buku tentang anak 2) Buku-buku tentang Hukum Pidana 3) Buku-buku tentang Hakim c. Bahan Hukum Tertier Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari : 1) Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia 2) Kamus Istilah Hukum.

11 3. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Merupakan suatu penelitian untuk mengumpulkan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Penelitian ini dengan mempelajari literatur-literatur. b. Wawancara dengan Narasumber Penelitian ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber Ibu Emma Sri Setyowati selaku Hakim di Pengadilan Negeri Wates 4. Metode Analisis Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sebagai data pendukung bahan hukum sekunder yang didukung dengan pendapat narasumber selanjutnya diolah menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu suatu metode analisis data yang dilakukan dengan menggunakan ukuran kualitatif. H. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum ini terbagi dalam 3 bab yang tiap bab dibagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun Sistematika Penulisan Hukum ini adalah sebagai berikut :

12 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Hukum. BAB II PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN Hakim yang memeriksa perkara anak, dalam menjatuhkan vonis/putusan pidana harus mempertimbangkan beberapa hal sehingga putusannya tidak merugikan anak tersebut namun juga memiliki rasa keadilan dalam masyarakat. Dalam perkara anak sebelum menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan saran atau laporan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS). Penyidik, Penuntut Umum, Hakim wajib untuk mengupayakan diversi yaitu pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peradilan pidana. Proses peradilan pidana baru bias dilanjutkan ketika diversi gagal atau tidak terlaksana. BAB III PENUTUP Bahwa penjatuhan pidana penjara terhadap anak tidak tepat karena dengan dipenjaranya anak maka akan hilang kebebasan anak dan masa depan/kepentingan anak tersebut akan terganggu. Putusan pidana selain pidana penjara lebih efektif dijatuhkan

13 kepada anak yang berkonflik dengan hukum. Pidana diluar pidana penjara seperti yang telah diatur dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 antara lain : 1. Pidana pelayanan terhadap masyarakat. 2. Pelatihan kerja.