P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

dokumen-dokumen yang mirip
2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -05/MBU/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 Tahun 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2 Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENDAGRI. Gratifikasi. Unit Pengendalian.

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

2016, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 044 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 90 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Daftar Isi. 2. Tujuan. 5. Bab III. BATASAN GRATIFIKASI Batasan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan 10

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 22. TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

2017, No Keluarga Berencana Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Gratifikasi dilarang karena dapat mendorong Insan PTC

2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

SURAT - EDARAN NOMOR : SE 30 TAHUU 2017 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BSN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem.

PEMBERIAN DAN PENERIMAAN HADIAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 19.a TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 50 TAHUN 2015

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

UPATI BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK.10 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANBUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang- U n d a n g N o m o r 2 8 T a h u n t e n t a n g Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Ko

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 58

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2015

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS II SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS H PEDOMAN PENANGANAN GRATO7KASIDILINGKUNGAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor : 58 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 6 TAHUN2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI

KEPUTUSAN DIREKTUR POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA NOMOR HK.03.05/1.2/4693/2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. a. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

Transkripsi:

P e d o m a n Pengendalian Gratifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan 1. Maksud a. Memberikan pedoman bagi Insan PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau disingkat Indonesia Re dalam memahami hal-hal yang berpotensi atau mengarah pada tindak pidana korupsi khususnya gratifikasi. b. Sebagai tindakan prefentif guna melindungi Insan Indonesia Re dari peluang dikenakan tuduhan tindak pidana korupsi dan/atau suap. 2. Tujuan Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini bertujuan untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik dan Insan Indonesia Re yang bersih dan bebas ddan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme B. Ruang Lingkup Pedoman Ruang lingkup pedoman ini adalah pengaturan mengenai pengendalian gratifikasi di lingkungan Indonesia Re yang melibatkan Insan Indonesia Re. C. Definisi Dalam Pedoman ini yang dimaksudkan dengan : 1. Benturan kepentingan adalah situasi dimana seseorang karena kedudukan atau wewenang yang dimiliki di perusahaan mempunyai kepentingan pribadi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas yang diamanatkan oleh perusahaan secara obyektif. 2. Dewan Komisaris adalah organ Perusahaan yang mewakili Pemegang Saham, mempunyai kedudukan independen, bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan kepengurusan 1

Perusahaan, termasuk pelaksanaan Corporate Plan perusahaan, RKAP, sesuai Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Direksi adalah organ Perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab bertindak memimpin dan mengelola Perusahaan sesuai dengan kepentingan dan tujuan Perusahaan. 4. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. 5. Gratifikasi yang Dianggap Suap adalah pemberian yang diterima oleh Insan Indonesia Re yang berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 6. Gratifikasi terkait Kedinasan adalah pemberian yang diterima secara resmi oleh Insan Indonesia Re sebagai wakil resmi Perusahaan dalam suatu kegiatan dinas, sebagai penghargaan atas keikutsertaan atau kontribusinya dalam kegiatan tersebut. 7. Insan Indonesia Re adalah Dewan Komisaris dan Organ Pendukung Dewan Komisaris, Direksi dan Seluruh Pegawai Perusahaan. 8. Kedinasan adalah seluruh kegiatan resmi Insan Indonesia Re yang berhubungan atau pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatannya atau penugasan. 2

9. Organ Pendukung Dewan Komisaris adalah Sekretaris Dewan Komisaris, Komite-Komite Dewan Komisaris dan staf sekretariat Dewan Komisaris. 10. Patronase adalah suatu kasus khusus hubungan antar dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, di mana seseorang yang lebih tinggi kedudukan sosial ekonominya (patron) menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan atas keduaduanya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (klien). Hingga kemudian giliran klien membalas pemberian tersebut dengan memberikan dukungan yang umum dan bantuan termasuk jasa-jasa pribadi kepada patron. 11. Pegawai adalah mereka yang memenuhi persyaratan penerimaan pegawai sesuai Peraturan Perusahaan serta diangkat oleh Perusahaan sebagai Pegawai dengan golongan pegawai tertentu untuk diserahi tugas dan tanggung jawab dalam Perusahaan. Status pegawai terdiri dari, Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap (PKWT). 12. Pemangku Kepentingan (stakeholders) adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan Perusahaan dan memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup Perusahaan, termasuk didalamnya Pemegang Saham, Pegawai, Pemerintah, Pelanggan, Pemasok, Kreditur, Pesaing dan pihak lainnya yang berkepentingan. 13. Perusahaan adalah PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau disingkat Indonesia Re. 14. Suap adalah suatu perbuatan memberi ataupun menjanjikan sesuatu kepada seseorang atau pejabat yang akan mempengaruhi keputusan yang terkait dengan jabatannya antara lain berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. 3

15. Unit Pengendalian Gratifikasi selanjutnya disebut dengan UPG adalah unit yang melaksanakan program pengendalian Gratifikasi. UPG ini dilaksanakan oleh Komite Pemantau Penerapan dan Penegakan Pedoman Perilaku (KP5). D. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER- 09/MBU/ 2012; 4. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Nomor: SK-16/S- MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara; 5. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2014 tanggal 1 April 2014 tentang Program Pengendalian Gratifikasi Di Lingkungan Kementrian Badan Usaha Milik Negara. 4

BAB II GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PERUSAHAAN A. Prinsip Dasar Gratifikasi 1. Setiap Insan Indonesia Re wajib menolak Gratifikasi yang Dianggap Suap yang diterima secara langsung; 2. Setiap Insan Indonesia Re yang menerima secara tidak langsung Gratifikasi yang Dianggap Suap wajib melaporkan kepada UPG. B. Kategori Gratifikasi 1. Gratifikasi dikategorikan menjadi: a. Gratifikasi yang dianggap suap; dan b. Gratifikasi yang tidak dianggap suap. 2. Gratifikasi yang tidak dianggap suap meliputi: a. Gratifikasi terkait kedinasan; dan b. Gratifikasi yang tidak terkait kedinasan 3. Gratifikasi yang tidak dianggap suap terkait kedinasan meliputi Gratifikasi yang diperoleh dari : a. Pihak lain berupa cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan dan kegiatan lain sejenisnya. b. Pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan kedinasan, seperti honorarium, transportasi, akomodasi dan pembiayaan lainnya sebagaimana diatur pada Standar Biaya yang berlaku di instansi pemberi, sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, nilai yang wajar, tidak terdapat konflik kepentingan atau melanggar ketentuan yang berlaku di instansi penerima, serta dilengkapi dengan setoran bukti potong pajak atau tanda terima. 5

4. Gratifikasi yang tidak dianggap suap tidak terkait kedinasan meliputi Gratifikasi yang diperoleh dari: a. Orang lain yang memiliki hubungan keluarga, yaitu kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/isteri, anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu, dan keponakan sepanjang tidak mempunyai Konflik Kepentingan dengan penerima Gratifikasi; b. Orang lain terkait dengan upacara adat atau keagamaan seperti pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, dan potong gigi, dengan batasan nilai paling tinggi Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah); c. Sesama Insan Indonesia Re selain upacara sebagaimana dimaksud pada huruf b yang tidak dalam bentuk uang dengan nilai batasan nilai paling tinggi Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) per pemberian per orang dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama. d. Atasan kepada bawahan Insan Indonesia Re. e. Orang lain termasuk sesama Insan Indonesia Re yang terkait dengan acara perayaan menyangkut kedudukan atau jabatannya seperti pisah sambut, promosi jabatan, memasuki masa pensiun tidak dalam bentuk uang dengan batasan nilai paling tinggi Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) per pemberian per orang; f. Orang lain termasuk sesama Insan Indonesia Re yang terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh penerima Gratifikasi atau keluarganya sepanjang tidak mempunyai Konflik Kepentingan dengan penerima Gratifikasi; g. Orang lain berupa hadiah, hasil undian, diskon/rabat, voucher, point rewards atau souvenir yang berlaku umum; h. Orang lain berupa hidangan atau sajian yang berlaku umum; i. Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan atau kompetisi; j. Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku umum; k. Kompensasi atau penghasilan atas profesi di luar kedinasan yang tidak terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi dari penerima Gratifikasi, 6

serta tidak terdapat Konflik Kepentingan, apabila kegiatan dilaksanakan pada saat jam kerja, maka terlebih dahulu harus mendapatkan ijin dari atasan langsung atau pihak lain yang berwenang. C. Gratifikasi Yang Wajib Dilaporkan Gratifikasi yang wajib dilaporkan adalah Gratifikasi yang Dianggap Suap yang diterima oleh Insan Indonesia Re. D. Konflik Kepentingan Tidak termasuk dalam Gratifikasi yang mempunyai Konflik Kepentingan, apabila pemberi Gratifikasi memiliki aturan terkait jenis dan standar besaran pemberian serta aturan dan standar dimaksud diberlakukan untuk semua pihak. 7

BAB III TUGAS DAN WEWENANG UNIT PENGENDALI GRATIFIKASI (UPG) 1. Tugas dan wewenang UPG adalah : a. Menerima pelaporan Gratifikasi dari Insan Indonesia Re. b. Melakukan analisis dan pemrosesan setiap laporan Gratifikasi yang diterima. c. Melakukan konfirmasi langsung atas laporan Gratifikasi kepada pelapor, pemberi atau pihak ketiga lainnya yang terkait dengan kejadian penerimaan/pemberian Gratifikasi. d. Menentukan dan memberikan rekomendasi atas penanganan dan pemanfaatan Gratifikasi. e. Melakukan koordinasi, konsultasi dan surat-menyurat dengan KPK atas nama Perusahaan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini. f. Memantau tindak lanjut atas rekomendasi dan pemanfaatan Gratifikasi yang diberikan oleh UPG atau KPK. g. Meminta data dan informasi kepada unit kerja tertentu dan Insan Indonesia Re terkait pemantauan penerapan program pengendalian Gratifikasi. h. Memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada Divisi SDM apabila terjadi pelanggaran Pedoman ini oleh Insan Indonesia Re. i. Memberikan rekomendasi perbaikan proses bisnis kepada user apabila terdapat peluang perbaikan proses bisnis. j. Melaporkan hasil penanganan pelaporan Gratifikasi di Perusahaan kepada Direksi. 2. Analisa dan pemrosesan terhadap laporan Gratifikasi dilaksanakan oleh UPG dengan berpedoman pada pedoman yang telah diberikan oleh KPK. 3. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, UPG secara berkala berkoordinasi dengan KPK dan pihak-pihak terkait. 8

4. Salah satu bentuk koordinasi UPG dengan KPK adalah pemberian laporan berkala oleh UPG kepada KPK atau laporan khusus yang diminta oleh KPK terhadap laporan gratifikasi di lingkungan Perusahaan. 5. Waktu pelaporan dan media pelaporan oleh UPG kepada KPK sebagaimana dimaksud pada huruf C, disepakati oleh KPK dan UPG. 9

BAB IV PELAPORAN A. Tata Cara Pelaporan 1. Setiap penerimaan sehubungan dengan Gratifikasi yang dianggap suap wajib dilaporkan kepada KPK melalui UPG Perusahaan; 2. Laporan Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka (1) disampaikan kepada UPG Perusahaan dengan mengisi formulir yang ditetapkan oleh KPK secara lengkap dan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan Gratifikasi; 3. Jangka waktu pelaporan melalui UPG Perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal Gratifikasi tersebut diterima oleh Insan Indonesia Re; 4. Apabila jangka waktu pelaporan melebihi 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal Gratifikasi tersebut diterima oleh Insan Indonesia Re, maka UPG Perusahaan tidak dapat menerima laporan dimaksud dan Insan Indonesia Re melaporkan langsung kepada KPK dengan mengisi formulir yang ditetapkan oleh KPK secara lengkap dan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan Gratifikasi; 5. Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada angka (1), UPG Perusahaan meneliti Gratifikasi yang diterima untuk menentukan apakah Gratifikasi yang diterima dianggap suap atau bukan dengan berpedoman pada pedoman yang telah diberikan oleh KPK; 6. Apabila hasil penelitian UPG Perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka (5) merupakan Gratifikasi yang dianggap suap, UPG Perusahaan menyampaikan Gratifikasi tersebut kepada KPK dalam jangka waktu paling lambat 7 (hari) hari kerja sejak laporan Gratifikasi tersebut diterima. B. Gratifikasi yang Dikecualikan dari Pelaporan Dikecualikan dari pelaporan Gratifikasi berdasarkan Pedoman ini adalah setiap penerimaan oleh Insan Indonesia Re yang terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukannya dan/atau tindak pidana lainnya atau dalam proses hukum yang sedang berjalan. 10