BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah. Para ilmuan selalu menaruh perhatian terhadap peristiwa-peristiwa alam. Mereka selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang peristiwa itu (Winataputra, 2008: 123) Ada 3 unsur utama IPA, yaitu sikap manusia, proses atau metode ilmiah, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia berupa rasa ingin tahu akan lingkungan, kepercayaan-kepercayaannya, nilai-nilai dan opini-opininya. Dari rasa ingin tahu itu muncul masalah-masalah, dan untuk pemecahannya digunakan proses atau metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi cara menyusun hipotesis, membuat desain eksperimen dan evaluasi. Jadi, dalam belajar IPA peserta didik tidak hanya mempelajari produk IPA yang berupa teori atau konsep saja, tetapi melalui sikap, proses dan hasil. Tugas yang penting bagi guru IPA adalah mempersiapkan peserta didik untuk menjalani kehidupan pada dunia teknologi yang terus meningkat yang mereka hadapi sekarang dan pada abad 21 ini. Selanjutnya cukup penting untuk mempersiapkan pengajaran sains yang sesuai dengan hakikat sains. What is science? What is science do I teach? These are questions that one must ask in order to become aware of following components of science: (1) Content or product, (2) Process or methods, (3) Attitude, (4) Technology. Mengajarkan sains yang benar harus mencakup keempat komponen tersebut. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut (Cains dan Evans, 1993: 4) Dapat disimpulkan bahwa IPA dapat didefinisikan sebagai produk proses, sikap dan teknologi. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, guru harus memberi perhatian kepada peserta didik untuk menentukan apa yang dipelajari peserta didik dalam IPA melalui produk, proses, dan sikap. Dengan teknologi, peserta didik dapat mempelajari kehidupan 5
6 secara nyata, mengidentifikasi masalah, dan menyelesaikannya dengan memanfaatkan teknologi 2.1.1.2 Hasil Belajar Menurut Iskandar (2001 : 12) hasil belajar IPA berupa fakta fakta, hukum hukum, prinsip prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA penting bagi kemajuan hidup manusia, Cara kerja memperoleh itu disebut proses IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir. Poerwodarminto (1991:768) menarik kesimpulan hasil belajar adalah prestasi yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Jadi hasil belajar adalah prestasi yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Pengertian tersebut maka dapat dikaji bahwa hasil belajar IPA adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang berupa fakta fakta, hukum hukum, prinsip prinsip klasifikasi dan struktur. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain:
7 1) Latar belakang pendidikan orang tua 2) Status ekonomi sosial orang tua 3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah 4) Media yang di pakai guru 5) Kompetensi guru Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain: 1) Kesehatan 2) Kecerdasan/ intelegensia 3) Cara belajar 4) Bakat 5) Minat 6) Motivasi Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik. Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan. 2.1.1.3 Pentingnya Belajar IPA Pentingnya proses pelajaran IPA juga tertuang pada tujuan yang harus dicapai dalam standar isi mata pelajaran IPA SD. Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut : (a). Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. (b). Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
8 (c). Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (d). Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (e). Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam ( BNSP, 2006. Standar kompetensi Mata Pelajaran IPA SD / MI) 2.1.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri Berbantu Benda Kongkrit. 2.1.2.1 Pembelajaran Berbasis Inkuiri Anita Lie (2007) menyimpulkan pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atu pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Nur & Wikandari (2000:10) menyimpulkan pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran berbasis Inkuiri dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh ketarampilan. Inkuiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan talentanya masing-masing. 2.1.2.2. Media Pembelajaran Benda Kongkrit Arsyad (2002:91) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan.
9 Andreas (2002.:3) menyatakan bahwa media diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa belajar. Komunikasi dan siswa yang belajar (learners) merupakan dua aspek yang pokok. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat dikategorikan sebagai media. Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi yang baik diantara guru dan siswa. Prinsip pemanfaatan media adalah media yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi guru-siswa yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sebaliknya pemanfaatan yang kurang tepat sering kali mengganggu komunikasi dan mengurangi efektivitas pembelajaran. Pemanfaatan media di kelas untuk meningkatkan mutu komunikasi guru-siswa sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan (efektif). Semakin banyak indera yang dimanfaatkan oleh siswa, semakin baik retensi (daya ingat) siswa sebagai kerucut pengalaman. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media benda kongkrit atau asli yaitu merupakan media paling nyata yang sangat membantu guru dalam menerapkan sesuatu kepada siswanya. Pengajaran realitas yang diselenggarakan di kelas dapat membantu siswa memahami materi yang diajarkan. Benda kongkrit yang dimaksud berupa benda hidup maupun benda mati. Benda hidup berupa manusia, hewan atau tumbuhan, sedangkan benda mati contohnya seperti gambar manusia, hewan atau tumbuhan. 2.1.2.3. Penerapan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Berbantuan Benda Kongkrit Aris. A. (2011: 8-10), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1) Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: (1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa (2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
10 (3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2) Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4) Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5) Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
11 argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6) Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri berbantuan benda kongkrit yang dilakukan dalam penelitian pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Getasrejo sebagai berikut: a. Kegiatan pendahuluan a) Menyiapkan kondisi kelas dan peralatan mengajar. b) Memberi motivasi c) Melakukan apersepsi d) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan b. Kegiatan Inti a) Membagi siswa dalam kelompok. b) Merumuskan masalah/tugas yang akan dilakukan dan mengorganisasikan kelas. c) Memberikan tugas kelompok melalui benda kongkrit untuk menemukan jawaban pada lembar tugas d) Meminta siswa melakukan observasi terhadap media benda kongkrit yang ditunjukkan guru. e) Melalui benda kongkrit yang sudah ditetapkan, siswa diminta berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab lembar tugas. f) Meminta siswa menganalisis hasil pengamatannya dan menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh berdasarkan benda kongkrit. g) Meminta siswa demonstrasi dan menyajikan hasil kerja kelompok didepan kelas. h) Memfasilitasi tanggapan, pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. c. Kegiatan Akhir a) Memberikan penguatan terhadap materi b) Melakukan tindak lanjut c) Melakukan penilaian.
12 2.1.3 Perkembangan Makhluk Hidup Materi pelajaran IPA yang diteliti dalam penelitian ini adalah perkembangan maklhuk hidup, dengan kompetensi dasar memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup. Dengan rangkuman materi sebagai berikut: Manusia tumbuh dan berkembang biak. Begitu pula dengan hewan dan tumbuhan. Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari balita hingga lanjut usia. Makhluk hidup berkembang biak untuk melestarikan keturunannya. Hewan dan tumbuhan berkembang biak secara generatif dan vegetatif. Perkembangbiakan generatif pada hewan ada tiga macam, yaitu: bertelur (ovipar), beranak (vivipar), serta bertelur dan beranak (ovovivipar). Perkembangbiakan vegetatif pada hewan dilakukan dengan cara bertunas, membelah diri, dan fragmentasi. Perkembangbiakan generatif pada tumbuhan dilakukan dengan penyerbukan. Perkembangbiakan vegetatif alami pada tumbuhan dilakukan dengan umbi lapis, umbi batang, akar tinggal, geragih, dan tunas. Perkembangbiakan vegetatif buatan pada tumbuhan dilakukan dengan cara mencangkok, setek, dan merunduk. Manusia berkembang biak secara generatif, yaitu dengan beranak. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri, diantaranya adalah: Sudaryanti (2010: 42) dalam Penelitian Tindakan Kelas menyimpulkan bahwa: Pembelajaran dengan pengajaran berbasis inkuiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus selain itu pembelajaran berbasis inkuiri juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari pelajaran IPA yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pengajaran berbasis inkuiri sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
13 2.3 Kerangka Pikir Tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat diukur dengan melihat hasil belajar siswa. Pada pelajaran IPA teridentifikasi bahwa hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Getasrejo sangatlah rendah. Sehingga diperlukan suatu cara untuk mengatasinya yaitu dengan pembelajaran berbasis inkuiri berbantu benda kongkrit. Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki keunggulan yaitu: 1) dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. 2) membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. 4) mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. 5) memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) situasi pembelajaran lebih menggairahkan. 7) dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. 10) dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Sehingga mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Getasrejo. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilhat pada gambar di bawah ini: Kondisi Awal Guru : belum menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri berbantuan benda kongkrit Siswa : bosan dan sering lupa pada materi yang sudah diajarkan Hasil belajar siswa rendah TINDAKAN Guru : menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri berbantuan benda kongkrit PERTEMUAN SIKLUS 1 PERTEMUAN SIKLUS 2 Kondisi Akhir Diduga hasil belajar IPA siswa kelas VI meningkat Gambar. 2.1 Skema Kerangka Pikir Tahap awal dari penelitian ini, guru masih menggunakan pembelajaran konvensial atau hanya menggunakan metode ceramah saja pada pelajaran IPA tenyata hasil belajar
14 yang didapat sangatlah rendah. Tahap berikutnya yaitu siklus 1 dan siklus 2 guru menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri berbantuan benda kongkrit. Oleh karena itu dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Getasrejo pada pelajaran IPA. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat diturunkan hipotesis tindakan: pembelajaran berbasis inkuiri berbantuan benda kongkrit diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Getasrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013..