BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH KEPADA PEMERINTAH DAERAH

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 7 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN PADA LINGKUP PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKAMARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 56 TAHUN 2012 T E N T A N G

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

Perda No. 5 / 2002 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Di Desa dan atau Kelurahan. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUSIN,

Transkripsi:

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 31 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, perlu pengaturan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Pemerintah Kabupaten Sukamara; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rukun Tetangga dan Rukun Warga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4857); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4558); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 06 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sukamara (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2008 Nomor 06, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 01); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2008 Nomor 10); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan, (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2008 Nomor 11); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUKAMARA dan BUPATI SUKAMARA M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sukamara. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 4. Kepala Daerah adalah Bupati Sukamara. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sukamara. 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Sukamara. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Sukamara dalam wilayah kerja Kecamatan. 8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

10. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. 11. Peraturan Desa yang selanjutnya disebut Perdes adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa. 12. Keputusan Kepala Desa/Lurah adalah semua keputusan yang merupakan pelaksanaan dari Kepala Desa/Lurah dan kebijaksanaan Kepala Desa/Lurah yang menyangkut pemerintahan dan pembangunan di Desa/Kelurahan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. 13. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 14. Kewenangan Desa adalah hak Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan rumah tangganya sendiri untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah. 15. Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau Kelurahan. 16. Rukun Warga yang selanjutnya disebut RW adalah bagian dari kerja Kepala Desa/Lurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh pemerintah Desa atau Kelurahan. 17. Penduduk setempat adalah setiap orang yang bertempat tinggal tetap di suatu wilayah dan tercatat dalam Kartu Keluarga yang beralamatkan pada wilayah RT/RW setempat. 18. Kepala Keluarga yang selanjutnya disebut KK adalah penanggungjawab anggota keluarga yang secara administratif terdaftar dalam Kartu Susunan Keluarga. 19. Gotong Royong adalah bentuk kerjasama/bantu membantu dan melembaga serta mengandung unsur timbal balik yang bersifat sukarela. 20. Swadaya masyarakat adalah kemampuan atau kekuatan masyarakat secara mandiri dalam rangka memenuhi kebutuhan. 21. Pihak ketiga adalah lembaga, badan hukum dan perorangan di luar pemerintahan desa. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 RT/RW dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk : a. memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat desa yang berdasarkan kegotong-royongan dan kekeluargaan; b. meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah desa atau kelurahan dalam melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; dan c. memberdayakan seluruh potensi swadaya masyarakat dan usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.

BAB III PEMBENTUKAN Pasal 3 (1) RT/RW dibentuk di setiap Desa atau Kelurahan. (2) Pembentukan RT/RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk atas prakarsa masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah desa atau kelurahan melalui musyawarah dan mufakat. (3) Pembentukan RT/RW di desa ditetapkan dalam Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Daerah. (4) Pembentukan RT/RW di kelurahan ditetapkan dalam Peraturan Bupati dengan berpedoman pada Peraturan Daerah. (5) RT dapat dibentuk paling sedikit 20 (dua puluh) KK. (6) RW dapat dibentuk paling sedikit 3 (tiga) RT. BAB IV TUGAS DAN FUNGSI Pasal 4 (1) RT/RW di Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan Kelurahan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. (2) Tugas RW selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga memelihara kerukunan warga, mengkoordinasikan dan menyalurkan aspirasi RT dalam bidang kehidupan sosial kemasyarakatan dan pembangunan. Pasal 5 RT dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mempunyai fungsi: a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya; b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga; c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan d. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya. Pasal 6 RW dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mempunyai fungsi: a. penggerakan swadaya, gotong royong dan partisipasi masyarakat diwilayahnya dalam pelaksanaan pembangunan; b. penyelesaian permasalahan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan di tingkat RT; c. pelaksanaan koordinasi dan penyuluhan aspirasi RT dalam segala bidang kehidupan sosial kemasyarakatan dan pembangunan; d. pelaksanaan ketentraman dan ketertiban lingkungan antar RT dalam rangka mendukung terwujudnya ketentraman dan ketertiban daerah; e. pelaksanaan pelayanan informasi dan komunikasi program-program pembangunan; dan f. membantu administrasi surat menyurat yang dibutuhkan oleh warga masyarakat.

BAB V SUSUNAN ORGANISASI Pasal 7 (1) Susunan Organisasi RT/RW, terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Bidang-bidang yang disesuaikan kebutuhan masyarakat. (2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dalam Peraturan Desa. Pasal 8 (1) Penyaluran aspirasi anggota masyarakat di tingkat RT dimusyawarahkan melalui musyawarah RT. (2) Penyaluran aspirasi anggota masyarakat di tingkat RW dimusyawarahkan melalui musyawarah RW. BAB VI TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS Pasal 9 (1) Tata cara pemilihan kepengurusan RT/RW dengan ketentuan sebagai berikut : a. sebelum habis masa bhaktinya melalui musyawarah warga dengan sepengetahuan RW untuk kepengurusan RT dan kepala Desa/Lurah untuk pemilihan kepengurusan RW, pengurus lama membentuk panitia pemilihan untuk masa bhakti kepengurusan periode berikutnya; b. tata cara pemilihan dilaksanakan secara demokratis, transparan dan diserahkan sepenuhnya atas kehendak warga masyarakat; c. hasil pemilihan kepengurusan RT/RW dituangkan dalam Berita Acara Pemilihan yang ditandatangani oleh Panitia dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/lurah; d. pengukuhan pengurus RT/RW dilakukan oleh Kepala Desa/Lurah. (2) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat. (3) Masa bhakti RT/RW adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa bhakti berikutnya. (4) Tata cara pemilihan diatur lanjut dalam Peraturan Desa dengan berpedoman kepada Peraturan Daerah ini. Pasal 10 Pengurus RT/RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 belum terbentuk, Kepala Desa/Lurah dapat menunjuk pengurus sementara paling lama 3 (tiga) bulan dan melaksanakan pemilihan pengurus. Pasal 11 Syarat-syarat untuk dipilih menjadi pengurus RT/RW adalah : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; b. setia dan taat kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia ;

c. tidak sedang menjalani pidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena tindak pidana kejahatan yang dikenakan ancaman Pidana sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ; d. terdaftar sebagai penduduk di desa yang bersangkutan ; e. sehat jasmani dan rohani; f. berusia serendah-rendahnya 21 (dua puluh satu) tahun dan/atau sudah/pernah kawin; g. mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian; h. bisa membaca dan menulis huruf latin. Pasal 12 Pemilihan pengurus RT/RW dilaksanakan oleh panitia yang terdiri dari : a. 2 (dua) orang pengurus lama; b. 3 (tiga) orang tokoh masyarakat. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 13 (1) Pengurus RT/RW berhak menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa/Lurah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. (2) Pengurus RT/RW berkewajiban : a. melaksanakan tugas pokok RT/RW sebagaimana dimaksud dalam pasal 4; b. melaksanakan keputusan musyawarah anggota; c. membina kerukunan kehidupan sosial masyarakat; d. membuat laporan tertulis tentang kegiatan organisasi paling sedikit 6 (enam) bulan sekali melalui musyawarah anggota; dan e. melaporkan hal-hal yang terjadi dalam masyarakat yang dianggap perlu mendapat penyelesaian oleh pemerintah desa/kelurahan. BAB VIII PEMBERHENTIAN Pasal 14 Pengurus RT/RW berhenti karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c. pindah tempat tinggal; d. melakukan tindakan tercela dan/atau merugikan warga masyarakat; e. tidak lagi memenuhi persyaratan. BAB IX TATA KERJA Pasal 15 Pengurus RT/RW dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berpedoman pada ketentuan peraturan yang berlaku.

Pasal 16 Ketua RT/RW yang tidak dapat melaksanakan tugasnya karena berhalangan, dapat menunjuk salah satu pengurus RT/RW yang bersangkutan untuk mewakilinya. BAB X HUBUNGAN KERJA Pasal 17 (1) Hubungan kerja RT/RW dengan Pemerintah Desa/Kelurahan bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja RT/RW dengan lembaga kemasyarakatan lainnya bersifat koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan kerja RT/RW dengan pihak ketiga bersifat kemitraan. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 18 (1) Pemerintah Desa/Kelurahan melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap RT/RW. (2) Pemerintah Kecamatan melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap RT/RW dapat secara langsung atau melalui Kepala Desa/Lurah. Pasal 19 Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 meliputi : a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan RT/RW; b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan dan pengembangan RT/RW; d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta pemberdayaan RT/RW; e. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan RT/RW ; f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi RT/RW; dan g. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan RT/RW. BAB XII PENDANAAN Pasal 20 Pendanaan RT/RW bersumber dari : a. swadaya masyarakat; b. bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) atau Anggaran Pendapatan Pengeluaran Keuangan Kelurahan (APPKK); c. bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;

d. bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten; dan e. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 21 (1) Pengelolaan keuangan dilakukan secara tertib, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. (2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Desa/Lurah 6 (enam) bulan sekali. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 Pengurus RT/RW yang masih aktif pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap diakui sampai habis masa bhaktinya. BAB XIV PENUTUP Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara. Diundangkan di Sukamara pada tanggal 10 Pebruari 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUKAMARA, ttd. SUMANTRI HADI WIBOWO Ditetapkan di Sukamara pada tanggal 30 Desember 2011 BUPATI SUKAMARA, ttd. AHMAD DIRMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA TAHUN 2011 NOMOR 9 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN SUKAMARA Ttd HARAPAN WAHAI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA I. PENJELASAN UMUM Rukun Tetangga dan Rukun Warga dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotong-royongan dan kekeluargaan, meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintah Desa atau kelurahan dalam pembangunan dan kemasyarakatan, serta memberdayakan seluruh potensi swadaya masyarakat dan usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu menetapkan Rukun Tetangga dan Rukun Warga dalam suatu Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (3) Ayat (4)

Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Ayat (3) Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 6