Cahaya Bukan Pantulan Cahaya Wednesday, March 30, 2016 https://www.itsme.id/cahaya-bukan-pantulan-cahaya/ it's me - Terdapat pandangan yang cukup menyebarluas di antara umat Muslim bahwasanya Nur adalah pantulan cahaya. Sumber penafsiran restriktif ini bisa jadi diperkompleks oleh beberapa ulama Muslim tertentu yang selama beberapa dasawarsa belakangan menggunakan ayat-ayat Al-Qur an secara sepotongsepotong dan di luar konteks untuk mencoba membuktikan mukjizat-mukjizat ilmiah dan fenomena dari sudut pandang kitab suci. Banyak orang cukup familier dengan pernyataan bahwa Al-Qur an membedakan Matahari dan Bulan dengan mengacu kepada Bulan sebagai pantulan cahaya. Kemampuan Al-Qur an untuk membedakan dua benda langit tersebut di zaman diturunkannya wahyu seringkali dikutip sebagai mukjizat Al-Qur an dalam sains. Memang Al-Qur an juga bicara mengenai tanda-tanda ciptaan Allah yang fantastis yang intinya semua itu dikemukakan pada audiens Arab di abad ke-6 dan abad ke-7 yang bisa memahaminya. Jadi saat acuanacuan dihubungkan ke kreativitas manusia atau ruang angkasa, maka fakta-fakta ini tetap tergantung kemampuan para audiensnya untuk menangkap pemahaman dan apresiasinya. Mari kita simak suatu contoh spesifik. Dalam Q.S. Yunus [10]:5 dimana bulan disebut sebagai Nur, berbeda dengan matahari yang disebut sebagai Diya. ه و ٱل ذ ى ج ع ل ٱلش م س ض ي ا ء و ٱل ق م ر ن ورا و ق د ر ه م ن از ل ل ت ع ل م وا ع د د ٱلس ن ين و ٱل ح س اب م ا خ ل ق ٱلل ه ذ ل ك ا لا ب ٱل ح ق ي ف ص ل ٱلا ي ات ل ق و م ي ع ل م ون Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar (bahasa Arab: Diya(an)) dan bulan bercahaya (bahasa Arab: Nur(an)) dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui. Q.S. Yunus [10]:5. Bila makna Nur dipahami sebagai pantulan cahaya dan diterapkan ke ayat Al-Qur an lainnya (Q.S. An-Nuur [24]:35) dimana Allah mengacu pada diri-nya sebagai Nur maka jelas akan menimbulkan kesulitan-kesulitan. Pertanyaan mencoloknya adalah apakah Allah menyebut diri-nya sendiri sebagai pantulan cahaya Surga dan Bumi? ٱلل ه ن ور ٱلس م او ات و ٱلا ر ض م ث ل ن ور ه ك م ش ك واة ف يه ا م ص ب اح ٱل م ص ب اح ف ى ز ج اج ة ٱلز ج اج ة ك ا ن ه ا ك و ك ب د ر ي ي وق د م ن ش ج ر ة م ب ار ك ة ز ي ت ون ة لا ش ر ق ي ة و لا غ ر ب ي ة ي ك اد ز ي ت ه ا ي ض ي ء و ل و ل م ت م س س ه ن ار ن ور ع ل ى ن ور ي ه د ى ٱلل ه ل ن ور ه م ن ي ش ا ء و ي ض ر ب ٱلل ه ٱلا م ث ال ل لن اس و ٱلل ه ب ك ل ش ي ء ع ل ي م Allah cahaya (bahasa Arab: Nur) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah 1 / 6
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Q.S. An-Nuur [24]:35 Dalam berbagai dakwah islam, banyak penceramah Muslim berupaya mengontekstualisasikan pemahaman Nur ini dalam Q.S. An-Nuur [24]:35 dari awal hingga akhir ayat yang merupakan salah satu ayat paling indah dan paling kaya dari Al-Qur an. Bagaimanapun juga penjelasan-penjelasan yang ditawarkan untuk penafsiran sempit ini biasanya sukar dan tidak meyakinkan. Suatu Pemahaman Yang Lebih Konsisten Terhadap Istilah 'Nur' Dalam Al-Qur'an Al-Qur an sendiri masihlah tetap merupakan sumber utama bagi setiap penafsiran kata Al-Qur an dan semua ayatnya dimana kata demikian digunakan perlu dianalisis secara kolektif untuk memahami lebih mendalam mengenai pengunaannya dan bentuk-bentuk maknanya yang relevan. Suatu studi yang lebih penuh mengenai kata Nur dari Al-Qur an dan konteks penuhnya menunjukkan penafsiran yang lebih luas daripada yang selama ini diakui. Bahkan bisa diperdebatkan apakah kata Nur memang berarti pantulan cahaya atau justru tidak sama sekali. Dalam pengertian pokoknya, kata Nur secara sederhana bermakna cahaya. Ini juga dibuktikan oleh otoritas-otoritas leksikon terkemuka. Sumber: Leksikon Edward Lane [1]Pandangan ini juga konsisten dengan kisah-kisah Qurani lain dimana kata bahasa Arab Nur tidak bermakna pantulan cahaya sama sekali. Misalnya, istilah Nur (cahaya) telah digunakan sebagai suatu kontras terhadap kegelapan kemungkinan untuk menyajikan analogi antara kondisi buta dan melihat. Cahaya (Nur) sebagai suatu Kontras terhadap Kegelapan. ي ه د ى ب ه ٱلل ه م ن ٱت ب ع ر ض و ان ه س ب ل ٱلس لا م و ي خ ر ج ه م م ن ٱلظ ل م ات ا ل ى ٱلن ور ب ا ذ ن ه و ي ه د يه م ا ل ى ص ر اط م س ت ق يم Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya (bahasa Arab: Nur(i)) yang terang benderang dengan seizin-nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Q.S.Al-Maa idah [5]:16. Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat dan tidak sama gelap gulita dengan cahaya. Q.S. Faathir [35]:19 20. Jadi tidak mungkin kalau Nur disini dipahami sebagai pantulan cahaya. Cahaya (Nur) Kitab-Kitab Allah 2 / 6
Kami mencatat sejumlah bagian lain dalam Al-Qur an dimana ayat-ayat Allah juga dideskripsikan sebagai Nur (Taurat [5]:44 dan [6]:91, kemudian Injil [5]:46, dan Al-Qur an Al-A raaf [7]:157, Q.S. Asy Syuura [42]:52, Q.S. At-Taghaabun [64]:8). Jelas kitab suci-kitab suci demikian merupakan sumbersumber panduan ilahiah dan dalam cara apapun bukan merupakan pantulan dalam pengertian harafiah maupun metaforis sama sekali. ا ن ا ا نز ل ن ا ٱلت و ر اة ف يه ا ه د ى و ن ور ي ح ك م ب ه ا ٱلن ب ي ون ٱل ذ ين ا س ل م وا ل ل ذ ين ه اد وا و ٱلر ب ان ي ون و ٱلا ح ب ار ب م ا ٱس ت ح ف ظ وا م ن ك ت اب ٱلل ه و ك ان وا ع ل ي ه ش ه د ا ء ف لا ت خ ش و ا ٱلن اس و ٱخ ش و ن و لا ت ش ت ر وا ب ا ي ات ى ث م نا ق ل يلا و م ن ل م ي ح ك م ب م ا ا نز ل ٱلل ه ف ا و ل ي ك ه م ٱل ك اف ر ون Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya petunjuk dan cahaya, yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, takutlah kepada-ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orangorang kafir. Q.S. Al-Maa idah [5]:44. و م ا ق د ر وا ٱلل ه ح ق ق د ر ه ا ذ ق ال وا م ا ا نز ل ٱلل ه ع ل ى ب ش ر م ن ش ي ء ق ل م ن ا نز ل ٱل ك ت اب ٱل ذ ى ج ا ء ب ه م وس ى ن ورا و ه د ى ل لن اس ت ج ع ل ون ه ق ر اط يس ت ب د ون ه ا و ت خ ف ون ك ث يرا و ع ل م ت م م ا ل م ت ع ل م و ا ا نت م و لا ا ب اؤ ك م ق ل ٱلل ه ث م ذ ر ه م ف ى خ و ض ه م ي ل ع ب ون Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia. Katakanlah: Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya)? Katakanlah: Allah-lah, biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. Q.S. Al-An aam [6]:91. Lebih lanjut kami catat bahwa dalam Q.S.Yunus [10]:5 di atas, Matahari disebut sebagai Diya. ه و ٱل ذ ى ج ع ل ٱلش م س ض ي ا ء و ٱل ق م ر ن ورا و ق د ر ه م ن از ل ل ت ع ل م وا ع د د ٱلس ن ين و ٱل ح س اب م ا خ ل ق ٱلل ه ذ ل ك ا لا ب ٱل ح ق ي ف ص ل ٱلا ي ات ل ق و م ي ع ل م ون Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar (bahasa Arab: Diya(an)) dan bulan bercahaya (bahasa Arab: Nur(an)) dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui. Q.S. Yunus [10]:5. Bagaimanapun juga sama signifikannya untuk diperhatikan bahwasanya kata yang sama yaitu Diya juga digunakan untuk menyebut Taurat. و ل ق د ا ت ي ن ا م وس ى و ه ار ون ٱل ف ر ق ان و ض ي ا ء و ذ ك را ل ل م ت ق ين Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan cahaya (bahasa Arab: Diya(an)) serta pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. Q.S. Al-Anbiyaa [21]:48. Oleh karena itu matahari tidak menjadi satu-satunya acuan bagi sebutan Diya sebagaimana kitab-kitab Allah juga tidak menjadi satu-satunya acuan bagi Diya. 3 / 6
Jika kedua istilah yaitu Diya dan Nur digunakan secara bersama untuk menyebut kitab-kitab Allah, maka jelas bahwasanya Q.S. Yunus [10]:5 dimana matahari disebut sebagai Diya dan bulan sebagai Nur jelas semata-mata tidak diniatkan untuk membedakan antara sumber dengan pantulan cahaya. Melainkan hal itu memiliki penafsiran yang jauh lebih luas. Cahaya (Nur) Sebagai Panduan ي ا ا ي ه ا ٱلن اس ق د ج ا ء ك م ب ر ه ان م ن ر ب ك م و ا ن ز ل ن ا ا ل ي ك م ن ورا م ب ينا Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (bahasa Arab: Nur) Q.S. An-Nisaa [4]:174. ي ا ا ه ل ٱل ك ت اب ق د ج ا ء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث يرا م م ا ك ن ت م ت خ ف ون م ن ٱل ك ت اب و ي ع ف وا ع ن ك ث ير ق د ج ا ء ك م م ن ٱلل ه ن ور و ك ت اب م ب ين Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (bahasa Arab:Nur) dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Q.S. Al-Maa idah [5]:15. Sebagaimana dikutip di atas, kitab suci-kitab suci Allah selain Al-Qur an juga pernah disebut sebagai Nur dan dijadikan sebagai panduan (huda) dengan pandangan untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan. Cahaya (Nur) Sebagai Cahaya Allah ي ر يد ون ا ن ي ط ف ي وا ن ور ٱلل ه ب ا ف و اه ه م و ي ا ب ى ٱلل ه ا لا ا ن ي ت م ن ور ه و ل و ك ر ه ٱل ك اف ر ون Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Q.S. At-Taubah [9]:32. Kami perhatikan ayat serupa (hampir sama persis) di bagian lainnya dalam Al-Qur an. ي ر يد ون ل ي ط ف ي وا ن ور ٱلل ه ب ا ف و اه ه م و ٱلل ه م ت م ن ور ه و ل و ك ر ه ٱل ك اف ر ون Mereka ingin memadamkan cahaya (bahasa Arab:Nur) Allah dengan mulut mereka tetapi Allah menyempurnakan cahaya-nya, walau orang-orang kafir membencinya. Q.S. Ash-Shaff [61]:8. ٱلل ه ن ور ٱلس م او ات و ٱلا ر ض م ث ل ن ور ه ك م ش ك واة ف يه ا م ص ب اح ٱل م ص ب اح ف ى ز ج اج ة ٱلز ج اج ة ك ا ن ه ا ك و ك ب د ر ي ي وق د م ن ش ج ر ة م ب ار ك ة ز ي ت ون ة لا ش ر ق ي ة و لا غ ر ب ي ة ي ك اد ز ي ت ه ا ي ض ي ء و ل و ل م ت م س س ه ن ار ن ور ع ل ى ن ور ي ه د ى ٱلل ه ل ن ور ه م ن ي ش ا ء و ي ض ر ب ٱلل ه ٱلا م ث ال ل لن اس و ٱلل ه ب ك ل ش ي ء ع ل ي م Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Q.S. An-Nuur [24]:35. ي ر يد ون ل ي ط ف ي وا ن ور ٱلل ه ب ا ف و اه ه م و ٱلل ه م ت م ن ور ه و ل و ك ر ه ٱل ك اف ر ون Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya- 4 / 6
Cahaya (Nur) Sebagai Cahaya Yang Bersinar Nya, walau orang-orang kafir membencinya. (Q.S. Ash-Shaff [61]:8). ي و م ت ر ى ٱل م ؤ م ن ين و ٱل م ؤ م ن ات ي س ع ى ن ور ه م ب ي ن ا ي د يه م و ب ا ي م ان ه م ب ش ر اك م ٱل ي و م ج ن ات ت ج ر ى م ن ت ح ت ه ا ٱلا ن ه ار خ ال د ين ف يه ا ذ ل ك ه و ٱل ف و ز ٱل ع ظ يم pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya (bahasa Arab:Nurul(hum)) mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka: Pada hari ini ada berita gembira untukmu, surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar. (Q.S. Al-Hadid [57]:12). Siapapun yang mempelajari ayat-ayat di atas akan jelas mengenali bahwa terdapat saling ketertumpangtindihan dengan berbagai bentuk makna terkait kata Nur. Misalnya, cahaya sebagai panduan dalam bentuk kitab suci memberikan seseorang kemampuan melihat dari kondisi kegelapan spiritual dimana Allah sendiri yang merupakan sumber utama cahaya ini. Tidak ada satupun penafsiranpenafsiran yang membatasi pemahaman Nur sebagai sesuatu yang hanya bermakna pantulan cahaya. ال ر ك ت اب ا نز ل ن اه ا ل ي ك ل ت خ ر ج ٱلن اس م ن ٱلظ ل م ات ا ل ى ٱلن ور ب ا ذ ن ر ب ه م ا ل ى ص ر اط ٱل ع ز يز ٱل ح م يد Alif laam raa. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya (bahasa Arab:Nur) yang terang benderang dengan izin Tuhan mereka menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Q.S. Ibrahim [14]:1. Kesimpulan Sebagaimana telah dicatat dalam contoh-contoh tersebut di atas, penafsiran Al-Qur an atas kata Nur tidak bisa dibatasi menjadi sekedar bermakna pantulan cahaya. Nur secara sederhana bermakna cahaya dan maknanya bisa berbeda-beda tergantung konteks ayatayatnya. Kata itu telah digunakan untuk menyebut cahaya Allah, panduan yang diberikan dari kitab - kitab Allah, cahaya yang bersinar atau cahaya terang-benderang, dan sebagai kontras terhadap kegelapan spiritual. Tak ada dari makna-makna demikian yang terbatas hanya pada pantulan cahaya. و ج ع ل ٱل ق م ر ف يه ن ن ورا و ج ع ل ٱلش م س س ر اجا Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya (bahasa Arab: Diya(an) dan menjadikan matahari sebagai pelita (bahasa Arab:Nur(an) Q.S. Nuh [71]:16. Jika kita membolehkan berbagai bentuk makna dari kata Nur, maka tidak masuk akal untuk menafsirkan bahwa Nur nya bulan sebagai cahaya pemandu di kegelapan malam. Jika kita membacanya lebih lanjut dengan Q.S. Yunus [10]:5, kita catat bahwa bulan diberikan sebagai panduan dalam berbagai tahapannya sehingga manusia bisa menghitung waktu. ه و ٱل ذ ى ج ع ل ٱلش م س ض ي ا ء و ٱل ق م ر ن ورا و ق د ر ه م ن از ل ل ت ع ل م وا ع د د ٱلس ن ين و ٱل ح س اب م ا خ ل ق ٱلل ه ذ ل ك ا لا ب ٱل ح ق ي ف ص ل ٱلا ي ات ل ق و م ي ع ل م ون Dialah yang menjadikan matahari bersinar (bahasa Arab: Diya(an)) dan bulan bercahaya (bahasa Arab: Nur(an)) dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (wajtu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui. Q.S. Yunus 5 / 6
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Cahaya Bukan Pantulan Cahaya - 03-30-2016 [10]:5. Jelas bahwa dalam konteks ini tidak ada landasan untuk membatasi penafsiran dengan suatu pandangan untuk mendukung suatu mukjizat ilmiah dengan membatasi makna kata Nur hanya menjadi pantulan cahaya. REFERENSI: Quranmessage quran.com [1] LANE. E.W, Edward Lanes Lexicon, Williams and Norgate 1863; Librairie du Liban Beirut-Lebanon 1968, Volume 8, Hal. 2865. Goresan warna dalam leksikon diterapkan oleh Penulis. Naskah asli tidak memuat hal tersebut. Ini semata-mata diberikan sebagai penekanan terhadap topik terkait serta hanya sekedar ilustrasi dan sepenuhnya dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan serta penjelasan. WWW.ITSME.ID 6 / 6