Lanjutan Asas Hukum Acara Pidana dalam KUHAP 5. Asas unifikasi 6. Asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan. 7. Asas oportunitas. 8. Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum. 9. Asas equality before the law. 1
Ad. 5. Asas unifikasi Mengganti pluralisme hukum kolonial (utk wil Jawa & Madura HIR, sdk utk luar Jawa&Madura RBG) Unifikasi : penyatuan / penyeragaman HIR dan RBG, sehingga menghasilkan KUHAP yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia. 2
Ad. 6. Asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan Peradilan harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak. Jika telah lewat waktu penahanan seorang tersangka / terdakwa, maka penyidik, penuntut umum dan hakim harus mengeluarkan tersangka / terdakwa dari tahanan demi hukum. (Psl 24 ayat (4), 25 ayat (4), 26 ayat (4), 27 ayat (4) dan 28 ayat (4). Dengan sendirinya medorong penyidik, penuntut umum dan hakim u/ mempercepat penyelesaian perkaranya. 3
Psl 50 KUHAP, tersangka / terdakwa berhak Segera mendapat pemeriksaan dari penyidik Segera diajukan kpd penuntut umum oleh penyidik Segera diajukan ke pengadilan oleh penuntut umum Segera diadili oleh pengadilan Penyelidik segera melakukan tindakan penyelidikan setelah mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana. (Psl 102 ayat (1)). 4
Penyidik segera melakukan tindakan penyidikan setelah mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana. (Psl 106) Penyidik segera menyerahkan hasil penyidikan yang telah selesai dilakukan kepada penuntut umum. (Psl 107 ayat (3)) Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, maka penuntut umum dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan. (Psl 140 ayat (1)) 5
Ad. 7. Asas Oportunitas / Deponering Kewenangan untuk melakukan penuntutan dipegang o/ penuntut umum sebagai monopoli, artinya Tiada badan lain yang boleh melakukan penuntutan Ini disebut Dominus litis di tangan penuntut umum / jaksa. Dominus berasal dari bahasa latin, yang artinya pemilik. Hakim tidak dapat meminta supaya suatu delik diajukan kepadanya 6
Jadi hakim hanya menunggu penuntutan diajukan o/ penuntut umum. Asas Oportunitas, artinya Penuntut umum tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan delik, jika menurut pertimbangannya akan merugikan kepentingan umum. Jaksa Agung dapat mengenyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan umum. Demi kepentingan umum dalam penerapan asas oportunitas, adalah didasarkan u/ kepentingan negara dan masyarakat dan bukan untuk kepentingan pribadi. 7
Ad. 8. Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum Pasal 153 (3) Untuk memenuhi tuntutan prinsip demokrasi dan transparansi tdk boleh ada yg dirahasiakan sgl sesuatu yg menyangkut pemeriksaan tersangka / terdakwa. Tdp perkecualian thd sidang kasus kesusilaan serta kasus dg terdakwa anak-anak. 8 Apabila asas ini dilanggar konsekuensi putusan
Apabila asas ini dilanggar konsekuensi putusan pangadilan batal demi hukum (Psl 153 (ayat) 4). 9
Ad. 9. Asas equality before the law Asas equality before the law, adalah perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak membedakan perlakuan. (penjelasan butir 3a) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. 10
Pihak yang Terlibat Dalam Hukum Acara Pidana 1. Setiap orang: Tersangka/terdakwa; Saksi; Ahli; 2. Pejabat Kepolisian dan PPNS (pemeriksaan pendahuluan/voorenderzoek): Penyelidik (Polri); Penyidik (Polri dan PPNS); Penyidik Pembantu (Polri); 11
3. Pejabat Kejaksaan (melakukan penuntutan dan pelaksanaan putusan pengadilan): Jaksa; Penuntut Umum (JPU); 4. Pejabat Pengadilan (memeriksa dan membantu memeriksa, dan memutus perkara di sidang pengadilan): Hakim; Panitera, Wa Panitera, Pan Muda, Pan Pengganti; 5. Penasihat Hukum; 12
6. Pejabat eksekutor (pelaksana) putusan pengadilan (menjalankan UU pelaksanakan pidana/penitentiaire recht): Jaksa, Pejabat LAPAS, Polri; 13
Berlakunya KUHAP KUHAP (UU No. 8 Th 81) hadir menggantikan HIR dg tujuan utk memperbaiki kelemahan-kelemahan yg ada dlm HIR, antara lain: a) Lbh memberikan jaminan pengakuan HAM pd tersangka / terdakwa mll penjaminan kepastian hukum (ex: adanya pembatasan masa penahanan pd tiap-tiap jenjang pemeriksaan.) b) Adanya pembatasan kewenangan petugas penegak hukum dlm masing-masing jenjang pemeriksaan (diferensiasi fungsional). c) Pemeriksaan tersangka dg menggunakan metode scientific crime detection. 14