1.1 Latar Belakang. 1. Kapal tongkang jenis Floating Crane.

dokumen-dokumen yang mirip
M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n )

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2015), ( Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

PERENCANAAN SEBUAH TRUCK MOUNTED CRANE UNTUK PEMBANGUNAN PKS YANG BERFUNGSI UNTUK EREKSI DENGAN KAPASITAS ANGKAT ± 10 TON DAN TINGGI ANGKAT ± 15 M

PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE

Lifting and moving equipment safety Session 07. Oleh: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

Rancang Bangun Alat Ukur Berat Menggunakan Load Cell kapasitas 300 kg

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

ANALISA TEGANGAN MAKSIMUM WIRE ROPE DAN HOOK PADA OVERHEAD HOISTING CRANE KAPASITAS 7,5 TON

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan

Tujuan Pembelajaran. Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sistem mesin

Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc Oleh : Alessandro Eranto Bais

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 5 TON

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 10 TON BENTANGAN 25 METER

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI ELEVATOR

ANALISA UJI BEBAN PADA PETI KEMAS MILIK PT. PATRA SUPPLIES & SERVICES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10Teinik. Template Mesin Pemindahan Bahan Power Point. Sistem Peralatan Tambahan Khusus Kait Pada Mesin Pemindahan Bahan. Ir. H. Pirnadi, MSc. APU.

RANCANG BANGUN SIMULASI MOBILE CRANE BEBAN ANGKAT MAKSIMAL 200 G DENGAN GERAKAN MEKANIS DAN SLING (PENGUJIAN)

BAB II PEMBAHASAN MATERI

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI MESIN PEMBERSIH SAMPAH BOX CULVERT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

ABSTRAK PT. Terminal Petikemas Surabaya (PT. TPS) merupakan perusahaan multinasional dengan taraf internasional. Sebagai perusahaan bongkar muat petik

SKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM

STUDI ANALISA KONTRUKSI DECK KAPAL ACCOMMODATION WORK BARGE PADA FR 0-12 AKIBAT PENAMBAHAN CRANE BERBASIS FEM

FINAL PROJECT DENGAN JUDUL

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

Bagaimana menentukan spesifikasi kantung udara yang efektif dengan memvariasikan ukuran tongkang, spesifikasi airbag dan jarak antar airbag?

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II LANDASAN TIORI

Mechanical Engineering Ismanto Alpha's

P L U I L I & & SI S S I T S EM M PU P L U I

ANALISA KEKUATAN DAN UMUR TALI BAJA KRAN HYDROLIK DENGAN KAPASITAS ANGKAT 25 TON SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KARAKTERISTIK BUCKLING PADA KOLOM CRANE KAPAL FLOATING LOADING FACILITY (FLF) BERBASIS FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

Crane With Capacity Of 550 Ton

Oleh: CINDY IKA YULI ANDARINI ( ) PEMBIMBING I: Ir. YERRY SUSATIO, MT. PEMBIMBING II: Ir. HERI JUSTIONO

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

LAPORAN TUGAS AKHIR. Perencanaan Pengangkatan Peralatan Pemboran Rig PDSI 28.2/D1000-E PT. PDSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE BERPALANG TUNGGAL KAPASITAS 10 TON

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

ANALISA KELAYAKAN KERJA OVERHEAD CRANE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN MEKANISME SPREADER GANTRY CRANE DENGAN KAPASITAS 40 TON DENGAN TINGGI ANGKAT MAKSIMUM 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Surabaya, 03 Oktober Penyusun

PEMILIHAN MOTOR LISTRIK SEBAGAI PENGGERAK MULA RUMAH CRANE PADA FLOATING DOCK DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD GRESIK

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

viii DAFTAR GAMBAR viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

ANALISA BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DIANGKAT CRAWLER CRANE XCMG QUY55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FRAME DAN SAMBUNGAN LAS

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN

Tujuan Pembelajaran:

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR


ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kelompok 6. Pesawat Kerja. Belt Conveyor. Ahmad Fikri Muhamad Nashrulloh

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1. Kapal tongkang jenis Floating Crane. Kapal Tongkang merupakan kapal yang khusus untuk dimuati barang curah ataupun kapal tenaga pembantu sebagai transfer antara kapal Bulk Carrier dan kapal tongkang curah, karena kapal tongkang yang dibahas adalah memiliki kegunaan sebagai Floating Crane. Fungsi dari kapal tongkang jenis Floating Crane yaitu untuk membantu keperluan Loading Unloading barang Curah dan pengangkutan container, selain itu juga kapal tongkang bisa dimuati container dan barang cargo lainnya karena kapal ini memiliki mesin sendiri, sering juga digunakan untuk bantuan operasi bongkar muat yang membutuhkan jasa crane nya.

2. Performance Crane di kapal tongkang Desain crane ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pengguna jasa crane kapal untuk bongkar muat di pelabuhan umum maupun pelabuhan khusus. Pada awalnya desain kapal tongkang tidak memiliki crane, karena ada kapal Bulk Carrier yang tidak memiliki crane sendiri, maka kapal tongkang Floating Crane dibangun untuk membantu bongkar muatnya melalui fasilitas crane nya. ternyata setelah diestimasi dari segi ekonomi kapal tongkang Floating Crane sangat menguntungkan karena banyak yang membutuhkan jasa crane nya. Pada prinsipnya kapal tongkang Floating Crane bekerja untuk membantu bongkar muat pada setiap harinya selalu menggunakan crane, sehingga Performance Crane di kapal tongkang Floating Crane sangat diperlukan

3. Pengujian beban yang dilakukan pada crane. Maka dari itu adanya pengujian beban pada crane setiap periodiknya. Untuk memenuhi tingkat keselamatan crane, barang yang diangkut, dan kapalnya. Pengujian beban yang dilakukan pada crane ini untuk menguji seberapa kuat daya angkutnya, dan seberapa besar sudut lengan crane yang diperoleh. Sehingga menghasilkan Safe Working Load (SWL) dan Sudut Lengan Crane (Boom Angle).

1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana cara atau langkah-langkah dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya?. 2. Bagaimana menentukan Safe Working Load dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya?. 3. Bagaimana pembacaan indikator (digital display) Load Cell Test dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya?. 4. Berapa Tegangan lengan crane yang diperlukan dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya?. 5. Berapa variasi sudut lengan crane yang diperlukan dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya?.

1.3 TUJUAN 1. Mengetahui cara atau langkah-langkah dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya. 2. Dapat menentukan Safe Working Load dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya. 3. Mengetahui pembacaan indikator (digital display) Load Cell Test dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya. 4. Mengetahui berapa Tegangan lengan crane yang diperlukan dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya. 5. Mengetahui berapa Variasi Sudut lengan crane yang diperlukan dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya.

1.4 BATASAN MASALAH 1. Alat yang digunakan untuk Load Cell Test yaitu Merek Strain Stall made in Inggris type 5900 Kapasitas 50 Ton. 2. Pengujian yang dilakukan hanya Load Cell Test pada Crane nya, Jenis Crane yang digunakan adalah A Frame, Electro Crane Hydraulic. 3. Beban yang digunakan pada saat pengujian adalah Box-Boom yang berisi Batu Cor yang diikatkan pada Hook Crane. 4. Analisa yang digunakan yaitu variasi lengan sudut, tegangan maximum sehingga SWL memenuhi syarat.

1.5 MANFAAT 1. Sebagai standar cara atau langkah-langkah dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di pelabuhan Surabaya dan dapat juga dilakukan di tempat lainnya sesuai standar yang dilakukan. 2. Sebagai acuan untuk menentukan Safe Working Load dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di tempat lainnya. 3. Mengetahui pembacaan indikator (digital display) Load Cell Test dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di PT. PAL Surabaya?. 4. Sebagai ketetapan untuk menentukan Berapa Tegangan lengan crane yang dicapai dan diderita oleh lengan crane dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di tempat lainnya. 5. Sebagai ketetapan untuk menentukan Berapa sudut lengan crane yang diperlukan dalam pengujian beban pada deck crane yang dilakukan di tempat lainnya.

BAB III METODOLOGI

FLOW CHART METODOLOGI Gambar 3.1. Flow Chart penelitian

3.1 Analisa Setelah Pengujian 3.1.1 Analisa Perhitungan Tegangan Tali Wire Rope dari Deck Crane Menurut Ir.Syamsir A. Muin (1990, Pesawat Pengangkat, Rajawali, Jakarta) Setiap kawat dalam lengkungan tali yang dibebani suatu tekanan yang komplit yaitu tension, bending stress dan twisting stress dikombinasikan dengan tekanan dan gosokan (rubbing) timbal balik dan strand. Pengalaman menunjukkan bahwa umur tali baja sangat tergantung pada fatique (kelelahan). Jadi umur tali baja akan sangat tergantung kepada frekuensi pembengkokan dari tali tersebut, jadi dari jumlah pembengkokan/ nomor bengkokan (Number of Bend, NB) didefinisikan sebagai jumlah titik-titik pada puli atau drum sebagai titik tolak datang atau pergi dari tali, titik yang dalam satu arah merupakan NB dari pembengkokan tunggal (Single Bend) dan dalam dua arah merupakan NB dari pembengkokan berganda (Double Bend).

Cara menetukan NB diperoleh sebagai berikut : Pemilihan tali dengan 11 lengkungan tentunya berdasarkan dari sistem pulley pada deck crane kapal tongkang Santoso 11. Gambar 3.2. Pemilihan NB (Number of Bend), terpilih tali dengan 11 lengkungan dilihat secara visual pada saat pengujian dilakukan di PT. PAL Surabaya. (Sumber : Document on the job training BKI)

Penerapan pada perhitungan maka ditentukan Pemilihan NB (Number of Bend), terpilih tali dengan 11 lengkungan. Gambar 3.3 Pemilihan NB (Number of Bend), terpilih tali dengan 11 lengkunga (Sumber : Buku Ir.Syamsir A. Muin (1990, Pesawat Pengangkat, Rajawali, Jakarta))

Bila NB telah ditentukan maka perbandingan antara diameter puli dan diameter tali diberikan dalam gambar 3.4 : Gambar 3.4 Pemilihan NB (Number of Bend), terpilih tali dengan 11 lengkunga (Sumber : Buku Ir.Syamsir A. Muin (1990, Pesawat Pengangkat, Rajawali, Jakarta))

Bila diameter puli dan diameter tali ditentukan maka akan dibandingkan dengan sertifikat wire rope dari laporan BKI, sebagai berikut : Gambar 3.5 Sertifikat Wire Rope Deck Crane (Sumber : Document on the job training BKI)

Langkah langkah Perhitungan Tali wire rope akan dimulai sebagai berikut : Jumlah kawat dalam tali (i) ditentukan dalam kontruksi, sebagaimana terdapat dalam (sertifikat wire rope deck crane) kontruksi tali yang tertera diatas yaitu 6 x 36 = 216 + 1c. Bila sudah ditentukan kontruksi tali dari laporan pengujian maka dibandingkan dengan tabel sebagai berikut : Gambar 3.6 Pemilihan Kontruksi Tali 6 x 37 = 222 ulir (Sumber : Buku Ir.Syamsir A. Muin (1990, Pesawat Pengangkat, Rajawali, Jakarta))

Dari proses pemilihan sampai ditemukan tali, ternyata kontruksi tali yang terdapat dalam gambar 3.5 dipilih dan dipakai perhitungan analisa adalah 6 x 37 = 222 ulir. Maka perhitungan dimulai sebagai berikut :

3. Mencari Luas Penampang Tali. Mencari luas penampang tali diperoleh penjabaran dari rumus diameter satu kawat pada (rumus 3.2), penjabaran rumus diuraikan sebagai berikut :

4. Mencari Tegangan pada Tali. Sebelum mencari tegangan harus mengetahui kontruksi tali yang dipakai, diketahui konstruksi tali = 6 x 37 = 222 x 1c maka rumus perhitungan sebagai berikut : Gambar 3.7 Rumus Tegangan tali dengan, Kontruksi Tali 6 x 37 = 222 ulir (Sumber : Buku Ir.Syamsir A. Muin (1990, Pesawat Pengangkat, Rajawali, Jakarta))

4. Mencari Tegangan pada Tali. Sebelum mencari tegangan harus mengetahui kontruksi tali yang dipakai, diketahui konstruksi tali = 6 x 37 = 222 x 1c maka rumus perhitungan sebagai berikut : Tabel 1. Faktor keamanan dari tali

3.1.2 Analisa Perhitungan Daya, Jenis Motor, Rpm Motor dari Deck Crane

Tabel 2. Beban putus tali baja tipe 6 x 37+1fiber core

Beban yang diberikan mempengaruhi tegangan pada tali baja, sudut lengan boom yang berubah-ubah, dan lengan boom. 3.1.3 Analisa Perhitungan Tegangan Maximum Dari Lengan Crane Menurut Rudenko, N. (1996, Mesin Pengangkat, Erlangga, Jakarta) Kerangka crane harus dapat menahan beban mati dan beban hidup dari luar, tekanan angin (di tempat terbuka), gaya inersia dan lain-lain, dan kerangka ini akan mentransmisikan gaya tersebut pada pondasi atau pendukung lainya. Kerangka crane harus dapat menjamin kekuatan dan stabilitas kontruksi secara keseluruhan. Hal ini berarti tegangan pada elemennya secara terpisah tidak boleh melebihi batas amannya sedangkan regangan yang terjadi harus dapat ditentukan dengan sendirinya. Di samping itu, regangan sangat kecil sehingga dapat diabaikan maka beban variabel yang bekerja pada crane tidak menyebabkan getaran pada kerangka secara keseluruhan ataupun komponennya. Kekakuan struktur crane yang cukup merupakan tuntutan utama untuk mendapatkan operasi seluruh mekanisme kerja yang dapat diandalkan dan bebas dari gangguan. Oleh karena itu desain dan perhitungan kerangka crane harus dilakukan dengan ketelitian yang tinggi.

Langkah langkah Perhitungan Tegangan pada lengan crane akan dimulai sebagai berikut :

3.1.4 Analisa Variasi Sudut pada Lengan Crane Setelah selesai dari pengujian yang dilakukan oleh klas BKI maka Deck Crane akan dianalisa variasi sudut lengan cranenya sebagaimana sudut dan jarijari kerja, SWL Deck Crane sudah diketahui dalam manual book crane tetapi dari beberapa sudut, tegangan lengan crane belum diketahui. Tujuan dari analisa Variasi sudut crane ini diharapkan untuk menemukan perhitungan berapa tegangan pada lengan crane yang terbesar pada saat lengan crane berada disudut tertentu dengan beban konstan. Sehingga diketahui berapa sudutnya, berapa tegangan lengan cranenya, dengan beban yang sama. Analisa diterapkan pada perhitungan rumus formula dengan metodemetode rumus pendekatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB IV DATA DAN ANALISA

PERHITUNGAN PADA LENGAN 4.1 Perhitungan pada Lengan Crane pada 4 sudut yang berbeda dan 4 beban yang berbeda. Pada bab ini membahas tentang masalah perhitungan pada tegangan lengan crane sebagaimana sudut dan jari-jari kerja, SWL Deck Crane sudah diketahui dalam manual book crane tetapi dari beberapa sudut, tegangan lengan crane belum diketahui. Tujuan dari data dan analisa ini diharapkan untuk menemukan perhitungan berapa tegangan pada lengan crane yang terbesar pada saat lengan crane berada disudut yang berbeda dengan beban yang berbeda. Sehingga dapat diketahui dalam sudut yang berbeda dan beban berbeda, berapa tegangan yang terbesar pada lengan crane. Analisa diterapkan pada perhitungan rumus formula dengan metode-metode rumus pendekatan

4.2 Penerapan Grafik Tegangan maksimum dengan sudut lengan crane dari hasil perhitungan. Penerapan grafik dilakukan dengan memasukkan hasil dari perhitungan tegangan pada lengan crane yang terbesar pada saat lengan crane berada disudut yang berbeda dengan beban yang berbeda, sebagaimana sudut dan jari-jari kerja, SWL Deck Crane sudah diketahui dalam manual book crane tetapi dari beberapa sudut, tegangan lengan crane belum diketahui.

Berikut Grafik yang diperoleh dari perhitungan :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Output dari analisa yaitu percobaan dari beberapa sudut lengan crane maka diperoleh tegangan maximum pada lengan crane dengan swl yang ditentukan, dengan analisa bertujuan supaya keselamatan kerja terpenuhi. Dalam analisa yang diteliti mencoba untuk mencari perhitungan tegangan tegangan yang terjadi pada lengan crane pada setiap sudutnya. pada 4 sudut yang ditentukan (19, 28.73, 32.56, 83.3 derajat) dan 4 SWL (25, 28, 35, 40 ton) maka ditemukan tegangan yang berbeda-beda. Hasil dari perhitungan tersebut membuktikan bahwa semakin besar sudut yang diterima oleh lengan crane maka semakin kecil tegangan yang diderita oleh lengan crane, dan juga sebaliknya apabila sudut lengan crane semakin kecil maka semakin besar tegangan yang diderita oleh lengan crane.

Dari hasil pengujian oleh klas BKI diperoleh : 22,7 Ton (SWL) x 110/100 = 25 Ton (Load Test), Sudut Kerja = 25 derajat. Dari hasil analisa setelah pengujian diperoleh : Analisa pada Tali Wire Rope : Analisa pada Daya Motor : 1. Diameter Tali = 1. Diameter Drum = 2. Diameter Satu Kawat = 2. Putaran Motor = 3. Luas Penampang Tali = 3. Putaran Drum = 4. Tegangan pada Tali = 4. Rasio = 5. Gaya Tarik Pada Tali = 5. Torsi Drum = 6. Beban Putus Tali = 6. Daya Motor = 7. Umur Tali Wire Rope = 7. Torsi Brake = Analisa Tegangan Lengan Crane pada beban 28 ton dan Sudut 19 derajat : 1. Momen Lengkung = 2. Tegangan Maksimum =

Load Cell Test disini yaitu menganalisa dari hasil pengujian yang dilakukan oleh klas BKI. Untuk kepentingan penelitian dan penyempurnaan analiasa ini maka dapat dikembangkan lagi tidak hanya dengan 4 variasi sudut lengan crane saja tetapi dengan memvariasikan dari beberapa sudut lengan crane misal dari (10 sampai 80 derajat) atau sudut minimum sampai sudut maksimum, dengan SWL yang ditentukan maupun tidak ditentukan, sehingga menghasilkan variasi tegangan yang tentukan.