BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. baru agar pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip yang telah dipahami tersebut dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM. Pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang aktif dan kondusif.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh seluruh komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, terampil, cerdas, maju, dan modern (Depdiknas, 2009: 2). Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keseimbangan pada kebutuhan lahiriah dan batiniah, seperti yang tercantum pada tujuan pendidikan nasional Indonesia, yaitu mewujudkan pendidikan yang seimbang antara kebutuhan lahiriah dan kebutuhan batiniah. Pendidikan diarahkan pada terwujudnya manusia Indonesia yang sadar berada dalam lingkungannya dan mengenal lingkungannya (Rustaman, 2007: 819). Selain itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dinyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. 1

2 Pada zaman globalisasi ini, setiap siswa harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan zamannya. Siswa perlu dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan, agar mereka dapat bertahan dan bersaing di era globalisasi ini. Kemampuan berpikir kritis ini perlu dikembangkan, karena tuntutan zaman yang menghendaki setiap orang untuk mencari, memilih dan menggunakan informasi dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang senantiasa berhadapan dengan berbagai permasalahan dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif, perbedaan pandangan dalam memandang sesuatu untuk memecahkan masalah, dan berpikir kritis merupakan aspek yang diperlukan dalam memecahkan masalah secara kreatif sehingga setiap warga negara dapat bersaing dan bekerja sama dengan bangsa lain. Pada beberapa Standar Kompetensi Lulusan di sekolah menengah disebutkan bahwa setiap siswa diharapkan dapat: (1) membangun dan menerapkan informasi atau pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif; (2) menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan; (3) menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2006: 3). Selain itu, siswa tidak hanya dapat berpikir saja, tetapi juga siswa harus dapat berargumentasi mengenai apa yang dipikirkannya itu. Siswa harus dapat mengomunikasikan hasil pemikirannya. Hal ini sesuai dengan berpikir kritis yang diungkapkan oleh Inch et al. (2006: 6) bahwa siswa harus dapat mengumpulkan semua informasi yang didapatkannya dan mengomunikasikan hasil pemikirannya.

3 Pendidikan sains memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman (Hernani et al., 2009: 2). Perkembangan IPA dan teknologi yang sangat pesat memerlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif serta dapat beragumentasi dengan benar (Depdiknas, 2006: 5). Pendidikan biologi memiliki peluang yang besar dan tepat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Siswa diharapkan memiliki bekal untuk mengembangkan potensi dirinya. Berpikir biologi (bernalar verbal) dalam berbagai bentuk dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains yang sesuai dengan karakteristik materinya (Rustaman, 2007: 805). Dewasa ini, kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih banyak berpusat pada guru (teacher centered). Selain itu, dalam pembelajaran sains di Indonesia, khususnya Biologi, siswa dituntut lebih banyak mempelajari konsep dan prinsip. Cara pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan tanpa makna. Di pihak lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains perlu dipelajari siswa, hal ini menyebabkan munculnya kejenuhan siswa belajar sains secara hafalan. Dalam pembelajaran biologi, guru hendaknya mengajarkan bagaimana siswa berpikir.

4 Guru mengajak siswa untuk mempelajari biologi menurut cara berpikirnya. Selain itu, guru pun hanya mengevaluasi kemampuan siswa dari segi pengetahuan yang berupa hafalan, hal-hal yang merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi tidak dibiasakan di sekolah. Alat-alat evaluasi berupa soal hanya mengukur aspek mengingat atau hafalan saja. Dalam hal ini diperlukan suatu alat ukur tes yang valid dan reliabel yang dapat mengukur berpikir kritis siswa, sehingga siswa dapat memutuskan sesuatu dengan benar dan dapat memecahkan masalah. Minimnya perangkat soal yang mengukur pencapaian hasil belajar biologi dalam hal berpikir tampaknya menjadi salah satu penyebab kurang diberdayakannya pengembangan proses berpikir dalam pendidikan sains. Kekurangmampuan menyiapkan soal-soal yang mengukur aspek-aspek sains yang penting untuk diukur mempengaruhi kualitas soal-soal buatan guru (Rustaman, 2007: 820). Sudah waktunya proses berpikir dan potensi siswa berpikir diases dengan cara lain. Dalam setiap kegiatan sains sering terkembangkan hasil belajar yang mencakup lebih dari satu domain. Hasil belajar sains biologi bukan hanya pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga sikap ilmiah dan bernalar yang dikembangkan sesuai karakteristik materinya. Pengukuran hasil belajar sains biologi yang berupa penalaran siswa dapat menggunakan tes atau soal esai. Bentuk dari tes atau soal esai memiliki potensi yang sangat besar yang belum dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Perubahan kehidupan dalam bidang sosial, ekonomi dan pesatnya perkembangan dunia teknologi menuntut sekolah untuk membantu peningkatan sumber daya manusia yang dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut. Proses penilaian dengan menggunakan

5 respon terbatas memiliki kekurangan yaitu tidak tergalinya segala kemampuan siswa dan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu cara penilaian yang dapat menutupi semua kebutuhan tersebut yaitu dengan digunakannya tes atau soal esai. Penilaian berbentuk esai menurut Stiggins (1994: 134) memiliki tiga keunggulan utama yaitu: (1) penilaian berbentuk esai memungkinkan guru untuk menyelidiki tingkat pencapaian target kemampuan siswa pada berpikir tingkat tinggi; (2) penilaian berbentuk esai dapat diintegrasikan ke dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai cara yang produktif; (3) penilaian esai juga dapat memperlihatkan proses berpikir, ketelitian dan sistematika penyusunan yang dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal, serta dapat diketahui kesulitan yang dialami siswa sehingga memungkinkan dilakukannya perbaikan. Materi Sistem Organ dipilih sebagai tema penelitian. Sistem Organ yang diambil adalah Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Pernapasan. Ketiga sistem organ ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Pembelajaran biologi di sekolah pada saat ini memisahkan satu sistem dengan sistem lainnya, sehingga pemahaman siswa terhadap materi sistem organ menjadi terpisah-pisah. Sebagai contoh, siswa belum memahami bahwa proses pernapasan akan berkaitan langsung dengan proses pencernaan dan peredaran darah, yaitu ketika pengambilan oksigen dari lingkungan, oksigen tersebut digunakan untuk proses metabolisme di dalam sel dan menghasilkan energi. Zat-zat makanan (glukosa, asam amino, asam lemak) yang terdapat di dalam sel tubuh merupakan hasil transportasi dari sistem peredaran darah. Siswa hanya memahami bagianbagian dari proses pernapasan, proses pencernaan, dan proses pencernaan. Siswa

6 tidak melihat dari semua bagian itu adalah suatu yang saling berhubungan dan satu kesatuan. Menurut Chapra (Bun, 2009: 1), awal abad ke 20 menjadi tahun kemunculan biologi organismik. Suatu perubahan dalam biologi dari mekanistik ke sistemik. Kata sistem yang dimaksud adalah suatu keseluruhan yang bersatu, berupa hubungan bagian-bagian berdasarkan sifat-sifat dasarnya dan pemikiran sistem berarti sebuah pemahaman konteks atas keseluruhan (yang lebih besar). Sistem selalu bersifat keseluruhan yang menyangkut bagian-bagiannya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa sistem merupakan suatu hal yang padu yang tidak dapat dipisahkan. Tiga sistem organ yang pada penelitian ini memiliki keterkaitan satu sama lain, namun pada kenyataan di lapangan, pembelajaran mengenai Sistem Organ sering dipisahkan. Bahkan, apabila dilihat dari kurikulum Sistem Peredaran Darah dipelajari di kelas XI semester 1, sedangkan Sistem Pencernaan dan Sistem Pernapasan dipelajari di kelas XI semester 2. Hal ini menyebabkan pengetahuan siswa tidak terintegrasi, dengan adanya masalahmasalah yang dimunculkan secara kontekstual mengenai ketiga sistem organ tersebut, siswa diharapkan memahami materi sistem organ tersebut secara menyeluruh. Penelitian mengenai berpikir kritis Inch telah dilakukan oleh Yolida (2010: 143) dengan judul Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Metabolisme untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa hanya mengungkapkan delapan elemen berpikir kritis Inch. Penelitian serupa dilakukan oleh Noviyanti (2010: 14) dengan judul

7 Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Kingdom Plantae untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA yang hanya mengungkapkan delapan elemen berpikir kritis Inch. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sukaesih (2010: 167) mengenai Pembelajaran Berbasis Praktikum dengan Menerapkan Asesmen Tes Lisan Pada Topik Keanekaragaman Hayati untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa juga hanya mengungkapkan delapan elemen berpikir kritis Inch. Ketiga penelitian tersebut menggunakan delapan elemen berpikir kritis Inch, namun tidak menggunakan 26 sub elemen berpikir kritis Inch dalam penyusunan instrumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai berpikir kritis Inch yang menggunakan delapan elemen dan 26 sub elemen berpikir kritis Inch, sehingga diperoleh suatu kesatuan utuh dalam penggunaan elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengembangan soal esai berpikir kritis dan profil pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada tema sistem organ?. Untuk mempermudah penelitian ini, permasalahan di atas dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah karakteristik soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung?

8 2. Bagaimanakah pengembangan soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung? 3. Bagaimanakah profil berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung? C. Batasan Masalah Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut. 1. Berpikir kritis pada penelitian ini didasarkan pada berpikir kritis yang dikemukakan oleh Inch et al. (2006: 6). Berpikir kritis ini mencakup delapan elemen berpikir kritis, yaitu pertanyaan terhadap masalah (question at issue), tujuan (purpose), informasi (information), konsep (concepts), asumsi (assumptions), sudut pandang (point of view), interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference), dan implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences). 2. Soal yang digunakan pada penelitian ini adalah soal esai berdasarkan elemenelemen berpikir kritis Inch, yaitu soal esai terstruktur. 3. Karakteristik soal yang dapat mengukur pencapaian berpikir kritis siswa yaitu soal esai yang disusun berdasarkan delapan elemen dan 26 sub elemen berpikir kritis Inch et al. (2006: 6), serta memiliki validitas dan reliabilitas dengan interpretasi lebih dari cukup. 4. Tema sistem organ yang digunakan pada penelitian ini mencakup Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Pernapasan.

9 D. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan soal esai berpikir kritis dan menggambarkan profil pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada tema sistem organ. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menggambarkan karakteristik soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung. 2. Mengembangkan soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung. 3. Menggambarkan profil berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Mengembangkan khazanah keilmuan di bidang pengembangan instrumen soal esai berpikir kritis yang merujuk pada suatu framework dari Inch et al., meliputi tujuan (purpose), pertanyaan terhadap masalah (question at issue), asumsi (assumptions), sudut pandang (point of view), informasi (informations), konsep (concepts), interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference), serta implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences).

10 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, hasil penelitian ini memberikan kesempatan kepada siswa SMA untuk berlatih mengerjakan soal-soal berpikir kritis Inch. b. Bagi guru, hasil penelitian ini memberikan alternatif bentuk evaluasi atau penilaian yang lebih variatif dan dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siwa, serta memberikan informasi dan wawasan mengenai soal berpikir kritis Inch. c. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman langsung dalam pengembangan instrumen soal esai berpikir kritis Inch pada siswa SMA. d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan untuk melakukan penelitian yang serupa dalam bidang pengembangan instrumen asesemen berupa soal berdasarkan berpikir kritis Inch pada jenjang dan tema yang berbeda. e. Bagi evaluator atau pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam meninjau kesenjangan evaluasi hasil belajar yang diterapkan selama ini. f. Bagi lembaga pendidikan, diperoleh seperangkat soal berpikir kritis yang valid dan reliabel, yang telah teruji sebagai alat ukur untuk melakukan evaluasi dan perbaikan kualitas evaluasi serta untuk memperkaya khazanah soal esai biologi SMA.