BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini menjabarkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa teori tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

Disajikan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru SMA Bidang Studi Bahasa Indonesia. oleh Drs. H. Ma mur Saadie.M.Pd

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

AKU-LIRIK RELIGIUS DALAM ANTOLOGI CHAIRIL ANWAR DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

PSB PSMA. Rela berbagi Ikhlas memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

UNlVERSlTl SAINS MALAYSIA. Peperiksaan Se-mester Pertama Sidang Akademik Oktober Masa: 3jam

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi

Rela berbagi ikhlas memberi

PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI SISWA KELAS XI A SMKN 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2008/2009

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI KE DALAM BENTUK PROSA BEBAS. Oleh

Analisis Unsur Intrinsik Puisi Tema Guru Karya Siswa Kelas V SDN 1 Nagarasari

STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAHASA INDONESIA XII IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa dan bersastra, yaitu kegiatan menggunakan bahasa dan estetika.

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Puisi Baru dalam Mata Pelajaran Bahasa

BAB V PENGEMASAN PUISI SEBAGAI BAHAN AJAR. Hasil analisis struktur dan nilai karakter pada buku Antologi Puisi

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MANAIKA PADA MATERI PARAFRASE PUISI SISWA KELAS 6 B SDN SEMBORO 01 JEMBER

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

4. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN)

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Disusun Oleh: WIDAYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

I. PENDAHULUAN. baik itu masalah pribadi maupun masalah umum. Masalah pribadi adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL OLEH RUDY PRASETYO A1D111001

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menjabarkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa teori tersebut diantaranya pengertian sastra, pengertian puisi, pengertian puisi lirik, pengertian aku-lirik, pengertian religius, serta pengertian dan unsur semantik. 2.1 Pengertian Sastra Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta akar kata Sas, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata tra- biasanya menunjukkan alat, suasana. Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra, buku arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan suberarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter (Teeuw, 1984:23). Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan semi kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1984:8). Kutipan di atas menyatakan bahwa sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi instruksi dan petunjuk kepada pembaca karena sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. Sastra

11 menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan sosial yang merupakan ekspresi kehidupan manusia. 2.2 Pengertian Puisi Puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Stuktur fisik dan stuktur batin puisi juga padat. Keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam adonan roti (Reevers dalam Waluyo, 1987: 26). Puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, ia bercakap dengan emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian (Tarigan, 1967: 28). Puisi merupakan bentuk prngucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional (Waluyo, 1987: 27). Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya (Slametmuljana 1951: 58). Pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Batasan ini hanya berkaitan dengan stuktur fisiknya saja.

12 Puisi merupakan bentuk permukaan yang berupa larik, bait, dan pertalian makna larik dan bait (S. Effendi dalam Herman 1982: xi). Penyair berusaha mengongkretkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep abstrak dengan menggunakan pengimajian, pengiasan, dan perlambangan. Hakikat puisi berupa bentuk batin atau isi puisi dan metode puisi untuk menggantikan bentuk fisik puisi. Bentuk batin yang diperinci meliputi perasaan, tema, nada, dan amanat. Bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas diksi, kata konkret, majas atau bahasa figuratif, bunyi yang menghasilkan rima dan ritma. Dari beberapa definisi di atas ditemukan data sebagai berikut 1. dalam puisi terjadi pengonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa. 2. dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbaiki, diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi. 3. puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood atau pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif. 4. bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif, hal ini ditandai dengan kata konkret lewat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. 5. bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyatu raga tidak dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan bentuk batin tersebut dapat ditelaah unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keseluruhan. Jadi, dapat ditarik kesimpulan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian stuktur fisik dan stuktur batinnya.

13 2.3 Pengertian Puisi Lirik dan Aku-Lirik Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku-lirik sebagai juru bicara dalam puisinya. Jenis puisi lirik seperti elegi, serenada, dan ode ( Waluyo, 1987:135). Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka, contohnya dalam puisi Asrul Sani Elegi Jakarta yang mengungkapkan duka terhadap kota Jakarta. Serenada adalah puisi atau sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata serenada berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan di waktu senja, contohnya dalam sajak Rendra Serenada Hitam, Serenada Biru, Serenada Merah Jambu, dan Serenada Ungu.Warna-warna di belakang serenada tersebut melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan sebagainya. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, suatu hal atau keadaaan, contohnya pada puisi pemujaan terhadap tokoh yang dikagumi. Contoh ode antara lain Teratai (Sanusi Pane), Diponegoro (Chairil Anwar), dan Ode Buat Proklamator (Leon Agusta). Aku-lirik merupakan pembicara dalam teks puisi yang ditujukan kepada seorang pendengar, seorang kekasih, gejala alam yang dipersonifikasikan penyair sendiri atau pembaca (Luxemburg, 1986: 176). Dalam puisi lirik, penyair mengungkapkan aku-lirik sebagai juru bicara dalam puisinya. Jenis puisi lirik seperti elegi, serenada, dan ode (Waluyo, 1987: 135).

14 Puisi yang bersituasi bahasa monolog, artinya hanya ada satu pembicara atau pencerita yang membawakan seluruh teks, pembicara atau pencerita ini dinamakan si aku, si aku lirik atau subjek lirik (Luxemburg, 1989: 74). Pembicara dalam sebuah teks puisi dinamakan si aku, aku-lirik atau subyek lirik (Ikram, 1989: 74). 1.4 Pengertian Religiutas Religi berarti keagamaan, perasaan atau pengikatan terhadap Tuhan (Atmosuwito, 1989). Perasaan keagamaan ini dapat dijelaskan sebagai perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan ketuhanan, cinta akan Tuhan merupakan salah satu kepekaan emosi yang berpotensi untuk meningkatkan kepekaan emosi dan pada hakikatnya puisi itu berwahana bahasa serta puisi itu adalah bentuk seni dan setiap bentuk kesenian pasti melibatkan faktor emultif. Religiusitas disebut sebagai inti kualitas hidup manusia karena ia adalah dimensi yang berada di dalam lubuk hati sebagai riak getaran nurani pribadi dan menempas intimitas jiwa (Mangunwijaya 1981: 11). Kriteria-kriteria religius sebuah karya sastra (1) penyerahan diri, tunduk dan taat kepada sang pencipta, (2) kehidupan yang penuh kemuliaan, (3) perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan, (4) perasaan berdosa, (5) perasaan takut, dan (6) mengakui kebesaran Tuhan (Atmosuwito, 1987: 124). Religiusitas dimaksudkan sebagai pembuka jalan agar kehidupan orang yang beragama makin intens Semakin orang religius, hidup orang itu makin nyata atau merasa makin ada dengan hidupnya sendiri

15 Bagi orang yang beragama, intensitas itu tidak dapat dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri terus menerus terhadap pusat kehidupan. Segala sastra adalah religious (Mangunwijaya dalam Lathief, 2008: 175). Religius diambil dari bahasa Latin relego, dimaksudkan dengan menimbang kembali atau prihatin tentang (sesuatu hal). Seorang yang religius dapat diartikan sebagai manusia yang berarti, yang berhati nurani serius, saleh, teliti, dan penuh dengan pertimbangan spiritual (Lathief, 2008: 175) Jadi, religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati. Dengan demikian, sikap religius ini lebih mengajuk pada pribadi seseorang dengan Khaliqnya, bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan. Religius dalam karya sastra menuntun pembaca lebih memahami hubungan antara manusia dengan Tuhannya, mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap hubungan manusia dengan Tuhan. 2.4 Pengertian dan Unsur Struktur Semantik Berhubungan dengan puisi, tanda atau makna disebut dengan struktur semantik atau batin. Bentuk batin puisi meliputi perasaan, tema, nada, dan amanat. Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa konotatif yang multiinterpretasi. Makna yang dilukiskan dalam puisi menekankan pada makna kias melalui lambang. Makna tersebut diperinci lagi menjadi tema dan amanat yang didasarkan atas perasaan dan nada (suasana batin) penyairnya. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat

16 berhubungan dengan makna karya sastra. Tema bersifat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum (S. Effendi dalam Herman, 1982 : xi). Terdapat dua struktur penting dalam puisi yaitu struktur semantik atau tematik dan struktur sintaktik puisi. Struktur semantik terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Sedangkan struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi (I.A. Richards dalam Herman, 1976: 129). Struktur semantik yang akan dijadikan acuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimanakah sosok Aku-lirik yang relegius pada kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar dijabarkan sebagai berikut 1.4.1 Tema Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok permasalahan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan maka puisinya bertema ketuhanan.tema puisi yang bersifat lugas, objektif, dan khusus harus dihubungkan dengan penyairnya. Karena itu tema bersifat khusus (penyair), tetapi objektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). a. Tema Ketuhanan

17 Puisi dengan tema ketuhanan biasanya akan menunjukan religion experience atau pengalaman religi penyair. Pengalaman religi didasarkan atas tingkat kedalaman pengalaman ketuhanan seseorang. Dapat juga dikatakan sebagai tingkat kedalaman iman seseorang terhadap agamanya atau lebih luas terhadap Tuhannya. Pengalaman religi seorang penyair didasarkan atas pengalaman hidup penyair secara konkret. Jika penyairnya bukan seorang religius yang khusyu dalam hal religi, maka sulit diharapkan ia akan menghasilkan puisi yang bertema ketuhanan cukup mendalam. Bahkan sebaliknya, jika penyair itu orang yang ragu-ragu akan Tuhan, ragu-ragu akan kekuasaan gaib, mungkin puisinya akan bersifat mempermainkan Tuhan karena penggunaan nama Tuhan secara tidak terhormat. Berikut merupakan contoh puisi dengan penggunaan Aku-lirik dalam tema puisi ketuhanan. Doa Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku? Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik. Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa, menanyang pikir, membawa angan ke bawah kursimu. Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya. Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak. Aduh, kasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar mataku sendu,

18 biar berbinar galakku rayu! (Amir Hamzah, Nyanyian Sunyi) Dalam puisi Amir Hamzah ini didapat kedalaman rasa ketuhanan yang terlahir dalam pemilihan kata, ungkapan, lambang, kiasan, dan sebagainya. Penggunaan Aku-lirik pada bait Aduh, kasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu! menunjukan betapa berat hubungan penyair dengan Tuhannya. Juga menunjukkan betapa sungguhsungguh penyair menyerahkan diri secara total, dapat kita rasakan secara nyata dalam sajak ini. 1.4.2 Perasaan Dalam menciptakan puisi suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair yang lainnya sehingga puisi yang diciptakan berbeda pula. Dalam menghadapi tema keadilan atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan pengemis atau orang gelandangan. Perasaan Chairil Anwar berbeda dengan perasaan Toto Sudarto Bachtiar dan berbeda pula dengan Rendra dan Arifin C. Noer dalam menghadapi pengemis. Toto Sudarto Bachtiar menghadapi gadis kecil berkaleng kecil dengan perasaan iba hati karena rasa belas kasihan. Sementaraitu, Rendra berperasan benci dan bersikap memandang rendah pengemis karena pengemis tidak berusaha keras untuk menopang kehidupannya. Dalam puisi-puisi tersebut nampak perbedaan sikap penyair yang menyebabkan perbedaan perasaan penyair menghadapi objek tertentu.

19 Sikap simpati dan antipasi, rasa senang dan tidak senang, rasa benci, rindu, setia kawan dapat dijumpai dalam berbagai puisi yang perasan dituang di dalamnya. Contoh puisi dengan penggunaan Aku-lirik yang mengandung suasana perasaan yang berbeda walau dengan satu tema yakni tema ketuhanan, dapat dijumpai pada sajak Doa karya Chairil Anwar dan PadaMu Jua karya Amir Hamzah. Doa Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu... PadaMu Jua Aku manusia Punya rasa Rindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Karena sikap para penyair terhadap Tuhan pada saat itu berbeda, maka perasan yang dihasilkan juga berbeda. Rasa ketuhanan dalam doa penuh kepasrahan dan kekhusyuan. Dalam Padamu Jua rasa ketuhanan penuh dengan keraguan, penasaran, dan kekecewaan. 2.4.3 Nada dan Suasana Dalam menulis puisi, penyair memiliki sikap tertentu terhadap pembaca apakah ia ingin bersikap menggurui, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

20 Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Sering kali puisi bernada santai karena penyair bersikap santai kepada pembaca. Jika nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Jadi, nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati penyair. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Berikut merupakan contoh puisi aku-lirik dengan melibatkan nada dan suasana. Menyesal Pagiku hilang sudah melayang, Hari mudaku sudah pergi, Sekarang petang datang membayang, Batang usiaku sudah tinggi, Aku lalai di pagi hari, Beta lengah di masa muda, Kini hidup meracun hati, Miskin ilmu, miskin harta.. (Ali Hasjmy, 1954) Dalam puisi ini penyair mensugesti pembaca untuk tidak mencontoh sosok tokoh (aku-lirik) yang dikisahkan dalam puisi ini. Sosok aku-lirik pada bait-bait puisi Menyesal memperdalam nada dan suasana yang menyiratkan agar pembaca tidak menyia-nyiakan waktu untuk terus berkarya. 1.4.4 Amanat

21 Amanat yang hendak disampaikan penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Puisi yang mengandung amanat harus sesuai dengan tema yang dikehendaki. Namun, dalam merumuskan amanat itu tema harus dilengkapi dengan perasaan dan nada yang dikemukakan penyair. Contohnya tema ketuhanan akan mengandung amanat yang berbeda karena penyair memiliki perasaan, nada, dan suasana hati yang berbeda pula. Tema berbeda dengan amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Arti karya sastra bersifat lugas, objektif, dan khusus. Makna karya sastra bersifat kias, subjektif dan umum. Makna berhubungan dengan orang perorangan, konsep seseorang, dan situasi saat penyair mengimajinasikan karyanya. Rumusan tema harus obyektif dan sama untuk semua pembaca puisi, namun amanat sebuah puisi dapat bersifat interpretatif, artinya setiap orang memiliki penafsiran makna yang berbeda dengan yang lain. Contoh dalam puisi-puisi protes sosial, makna karya sastra yang tinggi sering dibungkus dengan wujud pengucapan bahasa yang kasar atau berlebih-lebihan. Kritik yang diberikan dalam puisi protes bertujuan untuk memperbaiki kehidupan. Karya-karya protes sering pula begitu lembut, walaupun tujuan yang dikemukakan adalah kritik yang cukup keras, namun dibungkus dengan wujud pengucapan bahasa yang lembut dan halus. Hanya pembaca yang benar-benar merenung secara mendalam yang mampu menangkap maksud puisi seperti itu. Misalnya, puisi-puisi Goenawan Mohamad, Subagio Satro Wardoyo, dan Abdul Hadi W.M. adalah puisi lembut yang bertujuan memberikan kritik yang cukup keras.

22 Sajak-sajak cinta Rendra juga mengandung amanat yang berhubungan dengan perasaan cinta luhur. Saling menghargai antara dua kekasih merupakan landasan lestarinya cinta mereka. Cinta tersebut bukan dorongan jasmani dan nafsu seksual belaka, namun merupakan panggilan Tuhan. Sebab itu, percintaan masa remaja harus diteruskan ke jenjang perkawinan untuk meningkat martabat kemanusian. Berikut merupakan contoh puisi aku-lirik dengan melibatkan amanat yang terdapat pada puisi PadaMu Jua karya Amir Hamzah. Padamu Jua Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Punya rasa Rindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas

23 Nanar aku gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menusuk ingin Serupa dara di balik tirai Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu bukan giliranku Matahari bukan kawanku (Amir hamzah: Nyanyi Sunyi) Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang pertemuan dua orang kekasih yang telah lama terpisah, yaitu antara aku lirik dengan kekasihnya. Puisi ini menerangkan tentang sebuah pertemuan yang abadi, yaitu setelah kematian aku lirik. Pulang kembali aku padamu dalam baris ini menerangkan bahwa aku lirik merasakan bahwa ia tidak bisa menghindar dari kekasihnya,tuhannya.walaupun cinta itu sampai habis terkikis oleh masa dan hilang terbang ke tempat yang antah-berantah, aku lirik tetap tidak bisa melepaskan diri dari kekasihnya. Dalam puisi ini kekasih yang dimaksud adalah Tuhan aku lirik yang selalu mencintainya walupun aku lirik telah berpaling dari-nya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta kekasih aku lirik tersebut, Amir Hamzah menambahkan seperti dahulu. Ini menandakan bahwa memang cinta yang diberikan oleh kekasih aku lirik tidak dapat berubah dan dirasakan aku lirik ketika ia melakoni pulang kembali tersebut. Amanat dalam puisi ini manusia harus berjalan menuruti jalan yang ditunjukkan jalan oleh Tuhan dan selalu berusaha dekat dengan-nya.

24 Demikianlah contoh-contoh amanat yang disampaikan penyair lewat puisinya. Ketajaman apresiasi kita dalam menetukan amanat penyair ditentukan oleh pengalaman kita bergulat membaca dan terlibat secara penuh dengan puisi. Pembaca harus berasumsi, setiap penyair ingin mengungkapkan suatu makna yang mempertinggi martabat kemanusiaan. Setiap penyair ingin membeberkan rahasia dunia agar ciptaan Tuhan dapat lebih jauh mengikuti jalan yang diajarkan Tuhan. Dengan asumsi seperti ini, pembaca tidak hanya terpikat oleh kulit bahasa yang membungkus puisi itu dan lupa mencari makna yang tersirat di balik kata-kata yang tersurat. 2.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMA, karya sastra yang akan digunakan sebagai bahan ajar dapat memberikan sumbangan secara maksimal apabila membantu pendidikan secara utuh yang mencakup empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Secara umum tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BNSP, 2006: 16) adalah sebagai berikut 1. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 2. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 3. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

25 Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa sehingga membantu siswa untuk dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilainilai etika yang inti. Pembelajaran sastra untuk Aku-lirik dalam puisi di sekolah terdapat dalam silabus, pembelajaran membaca sastra SMA kelas X. Kompetensi Inti mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotongroyong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Kompetensi Dasar mengapresiasi sastra Indonesia untuk menemukan nilai-nilai kehidupan dan menerapkannya untuk memperhalus budi pekerti. Pembelajaran biasanya dikaitkan dengan kegiatan apresiasi sastra, hal itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis unsur tematik atau stuktur batin yang terdapat dalam puisi. Kegiatan apresiasi sastra di sekolah juga dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan karakter adalah religuitas maka peneliti memanfaatkan puisi-puisi aku-lirik yang mengamanatkan pesanpesan religi sehingga dapat membangun sikap moral dan religi peserta didik.