BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat,

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu pada tahun 2004 dan tahun 2005. Pada tahun 2004, dari 17.835 anak usia sekolah ditemukan sebanyak 435 anak usia sekolah berstatus gizi buruk dan 7.400 anak usia sekolah lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar 10.000 orang anak. Dibandingkan dengan tahun 2004, angka anak usia sekolah gizi kurang mengalami peningkatan, tahun 2005 dari 16.076 anak usia sekolah yang mempunyai status gizi buruk yaitu 476 anak, 7.600 anak usia sekolah lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar 8.000 orang anak (Arisman, 2006). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007, prevalensi anak usia sekolah kurus (laki-laki) adalah 13.3 %, sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah kurus (perempuan) adalah 10.9%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah kurus (laki-laki) di atas prevalensi nasional dan sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah kurus (perempuan) di atas prevalensi nasional. Sedangkan untuk prevalensi nasional anak usia sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9.5% dan prevalensi nasional anak usia sekolah gemuk (perempuan) adalah 6.4%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk (laki-laki) di atas prevalensi nasional termasuk diantaranya provinsi Bengkulu. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk (perempuan) di atas prevalensi nasional termasuk juga diantaranya provinsi Bengkulu. 1

2 Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, Status gizi pada anak usia 6-18 tahun juga dilakukan penilaian yang sama dengan mengelompokkan menjadi tiga yaitu untuk anak usia 6-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. Secara nasional prevalensi anak pendek untuk ketiga kelompok masih tinggi, yaitu di atas 30%, tertinggi pada kelompok anak 6-12 tahun (35,8%), dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun (31,2%). Prevalensi kurus pada kelompok anak 6-12 tahun dan 13-15 tahun hampir sama sekitar 11 %, sedangkan pada kelompok anak 16-18 tahun adalah 8,9 %. Di Provinsi Bengkulu sendiri berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 prevalensi untuk status gizi anak 6-12 tahun berdasarkan TB/U yaitu sangat pendek 15,0 %, Pendek 18,4 % dan normal 66,6 %, untuk Prevalensi indonesia persennya adalah sangat pendek 15,1 %, pendek 20,5 %, dan normal 64,5 %. Sedangkan prevalensi untuk status gizi anak 6-12 tahun berdasarkan (IMT/U) yaitu Sangat Kurus 3,6 %, kurus 5,3 %, normal 82,1 % dan gemuk 7,0 %, dan untuk prevalensi Indonesia adalah sangat kurus 4,6 %, kurus 7,6 %, normal 78,6 % dan Gemuk 5,2 %. Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masih dijumpainya anak-anak yang menderita gizi kurang dan buruk serta meningkatnya jumlah anak yang mengalami gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang, kesehatan dan adanya daerah miskin gizi ( iodium ). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat

3 tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2001). Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 2005). Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi (Almatsier, 2001). Masalah gizi bisa terjadi pada semua kelompok umur seperti anak-anak khususnya anak sekolah. Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual dan bersikap aktif. Biasanya pertumbuhan perempuan lebih cepat daripada laki-laki. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 prevalensi overweight dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2 %. Sejak tahun 1970 hingga 2010, kejadian obesitas meningkat tiga kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah dasar dibeberapa kota besar menunjukkan kisaran jumlah 2,1-25 %. Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang

4 dari 70 persen dari angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 40,7 persen. Penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 persen dari angka kecukupan bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 37 persen, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan penduduk yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dengan persentase terendah (30,9%), dan yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat (46,7%). Provinsi yang penduduknya mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal dengan persentase terendah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (18,0%), dan yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (56,0%). Di dalam Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur, terutama pada anak usia sekolah (6 12 tahun), usia pra remaja (13 15 tahun), usia remaja (16 18 tahun), dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di perdesaan. Juga terdapat kontribusi konsumsi karbohidrat terhadap konsumsi energi adalah 61 persen, sedikit diatas angka yang dianjurkan PUGS. Kontribusi protein terhadap konsumsi energi hanya 13,3 persen dan kontribusi konsumsi lemak terhadap energi sebesar 25,6 persen (lebih dari anjuran PUGS). Rata-rata kecukupan konsumsi energi dan protein (%) dan persentase anak umur 7-12 tahun yang mengkonsumsinya dibawah kebutuhan minimal untuk Provinsi Bengkulu energi kurang 70 % sebanyak 43, 6 % dan untuk protein kurang dari 80 % sebanyak 28,3 %. Berdasarkan keadaan dan masalah-masalah diatas saya melakukan penelitian berdasarkan data RISKESDAS untuk membuktikan adanya

5 hubungan asupan energi, karbohidrat, protein dan serat terhadap status gizi pada anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 1.2. Identifikasi Masalah Dari data yang didapat di Provinsi Bengkulu, Kecamatan bebas rawan gizi adalah kecamatan dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita < 15%. Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu tahun 2007, dari 110 kecamatan, 17 diantaranya tercatat sebagai kecamatan bebas rawan gizi. Dengan demikian kecamatan bebas rawan gizi di Provinsi Bengkulu sebesar 15,45% (DINKES Provinsi Bengkulu, 2007) Dengan mengkonsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang, keluarga dan masyarakat. Rendahnya prevalensi konsumsi pangan atau kurangnya konsumsi makanan yang beraneka ragam atau seimbangnya masukan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, terjadinya penyakit dan dapat mengakibatkan lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta menurunnya kemampuan kerja. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. 1.3. Pembatasan Masalah Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data Sekunder, sehingga masalah penelitian ini dibatasi pada hubungan asupan energi,

6 karbohidrat, protein, serat dan status gizi pada anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 1.4. Perumusan Masalah Dengan Adanya uraian pada latar belakang di atas, maka didapat identifikasi masalah dan pembatasan masalah, sehingga penulis dapat merumuskan masalah apakah ada hubungan asupan energi, karbohidrat, protein, serat dan status gizi pada anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Untuk megetahui hubungan asupan energi, karbohidrat, protein, serat dan status gizi anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi jenis kelamin, tipe daerah, asupan energi, karbohidrat, protein, serat rata-rata per hari dan status gizi anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 2. Menganalisis perbedaan asupan energi, karbohidrat, protein, serat, dan status gizi berdasarkan jenis kelamin anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 3. Menganalisis perbedaan asupan energi, karbohidrat, protein, serat, dan status gizi berdasarkan Tipe Daerah anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu.

7 4. Menganalisis hubungan asupan energi dengan status gizi anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 5. Menganalisis hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 6. Menganalisis hubungan protein dengan status gizi anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 7. Menganalisis hubungan asupan serat dengan status gizi anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Bagi Pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi para praktisi maupun mahasiswa dibidang kesehatan terutama pada jurusan ilmu gizi mengenai hubungan asupan energi, karbohidrat, protein, serat dan status gizi anak sekolah usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. 1.6.2. Bagi Penelitian Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang Ilmu Gizi, khususnya dalam mengintervensi kejadian status gizi kurang dan lebih pada anak sekolah usia 7-12 tahun dan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya. 1.6.3. Bagi Instansi Kesehatan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada instansi kesehatan baik pemerintah maupun swasta serta pihak yang

8 terkait guna penyusunan rencana program peningkatan status gizi pada anak sekolah usia 7-12 tahun.